BAB
I
PENDAHULUAN
Pada dasarnya, Kristen berarti Pengikut
Kristus atau orang-orang yang percaya dan mengaku bahwa Yesus Kristus adalah
Tuhan dan Juruselamat satu-satunya. Sebagai pengikut Kristus, orang Kristen
memiliki tugas untuk memberitakan Injil kepada semua bangsa supaya semakin
banyak orang yang percaya dan mengaku bahwa Yesus Kristus adalah Tuhan dan
Juruselamat mereka.
Dilihat dari segi jumlah, orang Kristen
telah mengalami perkembangan yang pesat dari masa ke masa. Seiring dengan
perkembangan jumlah tersebut, maka pemahaman orang Kristen terhadap kekristenan
juga telah mengalami perkembangan dari masa ke masa yang dibuktikan dengan munculnya
berbagai ragam theologia yang dianut oleh orang Kristen. Namun, munculnya
berbagai ragam theologia tersebut juga telah menjadi persoalan yang serius bagi
pengajaran yang sebenarnya tentang kekristenan karena sering kali theologia
yang dihasilkan menyimpang dari kebenaran firman Tuhan (ajaran yang
alkitabiah). Penyimpangan dari ajaran yang alkitabiah ini disebut bidat.
Oleh karena itu, dalam makalah ini
penulis akan membahas salah satu bidat yang sedang berkembang sekarang ini,
yaitu Mormonisme. Penulis akan membahas tentang sejarah berdirinya, pokok
pengajarannya dan dampaknya bagi kekristenan. Penulis juga memberikan tinjauan
alkitabiah terhadap mormonisme tersebut. Melalui makalah ini, penulis berharap
kiranya pembaca dapat memiliki pemahaman tentang mormonisme dan dapat mengambil
sikap dan tindakan yang tepat dalam menghadapi pengajaran dan penganut
mormonisme.
BAB
II
SEJARAH
MUNCULNYA MORMONISME
Mormonisme juga menyebut diri sebagai
The Church of Jesus Christ of Latter-Day Saints (Gereja Orang-orang Kudus dari
Yesus Kristus pada Akhir Zaman) atau dikenal dengan gereja Mormon. Nama Mormon
yang diberikan kepada kelompok ini berkaitan dengan Kitab Suci mereka yang
kedua di samping Alkitab, yaitu Kitab Mormon (The Book of Mormon). Dalam bab
ini penulis akan membahas secara singkat tentang sejarah munculnya gereja
Mormon dan bagaimana pengajaran (doktrin) dalam gereja Mormon.
A. Pendiri Gereja Mormon
Pendiri gereja Mormon adalah Joseph
Smith (1805-1844). Ia lahir pada tanggal 23 Desember 1085 di Sharon, Vermont.
Ia adalah anak ke empat dari sepuluh bersaudara. Nama ayahnya adalah Joseph dan
ibunya adalah Lucy Mack Smith. Pada tahun 1817, keluarganya pindah ke Palmyra,
New York.[1] Sebagian besar anggota keluarga Smith bergabung di gereja
Presbiterian, kecuali Joseph. Hal ini disebabkan oleh kebingungannya dalam
menentukan denominasi gereja yang paling benar.
B. Latar Belakang Munculnya Mormonisme
Gereja Mormon secara resmi berdiri pada
tanggal 6 April 1830 di New York.
[2] Berdirinya gereja ini
dilatarbelakangi oleh suasana dan iklim keagamaan di wilayah timur laut AS pada
awal abad ke-19. Kebangunan rohani yang besar gelombang pertama dimulai dari
1740-an dan disusul dengan kebangunan rohani kecil-kecilan. Namun, pada tahun
1800 kebangunan rohani telah padam sehingga mengakibatkan semangat dan
kehidupan rohani sangat merosot atau berada di titik terendah di sepanjang
sejarah bangsa itu.
[3]Sebagai respons terhadap keadaan pada
waktu itu, sejak 1820-an berlangsunglah Kebangunan rohani yang besar gelombang
kedua, dengan tokoh-tokohnya, antara lain Charles G. Finney dan Alexander
Campbell. Akibatnya, semangat kerohanian dan penginjilan ke dalam dan ke luar
negeri kembali berkobar di negara tersebut. Namun, masing-masing penginjil atau
denominasi menyebut ajarannya sebagai yang paling alkitabiah dan paling benar.
[4] Dampaknya adalah orang-orang yang
diinjili, termasuk Joseph Smith menjadi bingung dalam memilih ajaran mana yang
paling alkitabiah dan paling benar dan harus diikuti.Keadaan ini membuat Joseph
Smith termotivasi untuk menyelidiki ajaran yang paling benar dan alkitabiah.
Pada tahun 1820, ketika ia berdoa di bawah pohon dekat rumahnya di Palmyra, New
York untuk memohon hikmat dari Tuhan, ia menerima penglihatan pertama.
Tiba-tiba, dua “Pribadi” menampakkan diri kepadanya. Salah satu dari antara
mereka menunjuk kepada yang lain dan berkata: “Inilah Anak-Ku yang Kukasihi,
dengarkanlah Dia!”
[5] Menurutnya, Allah Bapa dan Anak-Nya,
Yesus Kristus menyatakan diri kepadanya. Allah melarangnya untuk bergabung
dengan gereja manapun sebab sesungguhnya semua perhimpunan agama itu keliru. Ia
juga menerima janji bahwa Allah memilihnya untuk memulihkan gereja Yesus
Kristus di dunia ini. Kemudian ia diminta untuk menunggu petunjuk lebih lanjut
sambil mempersiapkan diri untuk tugas tersebut.
Tiga tahun kemudian, yaitu pada tahun
1823, ia kembali menerima penglihatan. Ia dikunjungi oleh Malaikat Moroni.
Malaikat Moroni memberikan kepadanya catatan sejarah kuno yang tertulis dalam
lempengan-lempengan emas yang disembunyikan oleh Malaikat Moroni di bawah bukit
Kumorah sampai waktu yang dijanjikan untuk diberitahukan kepada nabi
orang-orang kudus zaman akhir (the prophet of the Latter-day Church). Malaikat
Maroni melarangnya supaya tidak mengambil lempengan-lempengan yang berharga
tersebut selama empat tahun lagi. Selama selang waktu tersebut, ia harus
mengunjugi kembali bukit Kumorah setiap tahun.
[6]Smith diperintahkan untuk
memperkenalkan sejarah ini kepada dunia dengan menerjemahkannya ke dalam bahasa
Inggris. Menurutnya, ia ditolong oleh Roh Allah dan memberikan kepadanya Urim
dan Tumim sebagai “kaca matanya” untuk menyingkapkannya.
[7] Akhirnya, pada tahun 1830, penyataan
baru dalam bentuk buku yang diberi judul “Kitab Mormon” diterbitkan di Palmyra.
Sedangkan keberadaan lempengan-lempengan tersebut disahkan oleh tiga saksi yang
kemungkinan di bawah pengaruh nabi (Joseph Smith). Kemudian, pada tanggal 6
April 1830, ia mendirikan gerejanya melalui persekutuan enam orang di Fayette,
New York. Gereja tersebut dikenal dengan Gereja Mormon.
BAB
III
PENGAJARAN
(DOKTRIN) MORMONISME
Dalam bab ini penulis akan membahas
tentang Pengajaran (Doktrin) Mormonisme, yaitu Sumber Pengajaran (doktrin) dan
Pokok-pokok Pengajaran (doktrin) tentang Allah, Yesus Kristus, Roh Kudus,
Manusia, Keselamatan dan Akhir Zaman.
A. Sumber Pengajaran (Doktrin)
Para penganut Mormonisme percaya bahwa
ada empat sumber firman yang diinspirasikan Allah. Pertama, Alkitab, “sejauh
diterjemahkan dengan tepat” sebagaimana yang dinyatakan dalam pengakuan iman
para penganut mormonisme: “We believe the Bible to be the Word of God in so far
as it is translated correctly…”[8] Joseph Smith dan pengikutnya percaya bahwa
terdapat banyak kesalahan penerjemahan kalimat dan kata Alkitab atau sengaja diubah
dari teks aslinya.[9] Ayat-ayat mana yang diterjemahkan dengan tidak tepat
tidak selalu jelas.
Kedua, Kitab Mormon yang “diterjemahkan”
oleh Joseph Smith dan diterbitkan pada tahun 1830. Pengakuan iman penganut
Mormonisme menyatakan bahwa: “We also believe the Book of Mormon to be the Word
of God.” Joseph Smith mengklaim kitab ini sebagai “kitab yang paling benar” di
dunia (the most correct of any book on earth) sebab diterjemahkan dengan kuasa
Allah.[10] Dengan mengikuti aturan-aturannya orang dapat menjadi lebih dekat
kepada Allah dibanding dengan “mengikuti kitab-kitab lain.”
Ketiga, Doktrin dan Perjanjian(The
Doctrine and Covenants), yaitu sebuah catatan tentang 136 penyataan tentang
doktrin Mormonisme seperti baptisan kepada orang mati dan celestial
marriage.[11] Doktrin dan Perjanjian(The Doctrine and Covenants) dianggap oleh
penganut Mormonisme sebagai kitab suci dan mengandung kumpulan wahyu modern
yang berkaitan dengan Gereja Yesus Kristus yang telah dipulihkan.
Keempat, Mutiara Yang Berharga (The
Pearl of the Great Price), yaitu salah satu dari Kitab Suci Mormon yang berisi
rangkaian pernyataan-pernyataan yang ditulis oleh Joseph Smith yang berjudul
The Articles of Faith.[12] Buku ini terdiri dari tiga belas pokok utama
kepercayaan kaum Mormonisme.[13] Para penganut Mormonisme menganggap buku
“Mutiara Yang Berharga” (The Pearl of the Great Price) sebagai “klarifikasi”
doktrin dan pengajaran-pengajaran yang telah hilang dari Alkitab dan juga
tambahan informasi mengenai penciptaan bumi.
B. Pokok-pokok
Pengajaran (Doktrin)
1.
Allah, Yesus dan Roh Kudus
Menurut gereja Mormon, Allah disebut
Bapa, Yesus disebut Anak pertama dari Bapa di surga, Roh Kudus adalah Roh
penolong manusia di bumi. Bapa, Anak dan Roh Kudus bukan tiga Pribadi yang esa
dalam keberadaannya (three persons in one Beings), melainkan tiga keberadaan
yang terpisah (the three seperate Beings).[14] Mereka juga percaya bahwa Bapa
dan Anak memiliki tubuh dari daging dan tulang persis sama dengan yang dimiliki
manusia, tetapi Roh Kudus tidak memiliki tubuh dari daging dan tulang melainkan
merupakan pribadi Roh. Allah tidak selamanya merupakan makhluk yang tertinggi
dalam alam semesta ini, namun Dia mencapai status itu melalui hidup yang benar
dan usaha yang berlangsung secara terus menerus. Inkarnasi Yesus adalah hasil
hubungan fisik antara Allah Bapa dan Maria.[15]
2. Manusia
Para penganut Mormonisme mengajarkan
bahwa semua manusia tinggal bersama Allah dan Anak-Nya, Yesus Kristus, di dalam
pra kehidupan sebelum mereka masuk ke dalam dunia. Manusia adalah roh yang
sudah ada dari kekal yang kemudian mengambil tubuhnya pada saat kelahiran di
dunia ini.[16] Manusia tidak diciptakan atau dibuat. Sebagaimana Allah pada
mulanya, demikian pula manusia bahwa manusia bisa menjadi Allah.
3. Keselamatan
Para penganut Mormonisme mengakui bahwa
kematian Yesus tidak dapat menyelamatkan orang lain, kecuali Adam. Keselamatan
yang sesungguhnya diperoleh melalui ketaatan dan peraturan-peraturan[17],
sakramen-sakramen dari Mormon dan perbuatan baik. Salah satu sakramen yang
dilaksanakan adalah baptisan.[18] Baptisan untuk orang mati juga diajarkan dan
dilakukan oleh orang-orang Mormon. Mereka yang masih hidup dibaptiskan untuk
mewakili leluhur mereka yang telah meninggal yang tidak memeluk kepercayaan Mormon.
Gereja ini mengajarkan bahwa keselamatan akan disediakan bagi orang-orang yang
sudah mati. Mereka yang belum mendapat kesempatan untuk mendengar khotbah
orang-orang Mormon pada waktu mereka masih hidup di dunia, akan diberi
kesempatan untuk bertobat setelah kematian.
4. Akhir Zaman
Setelah kehidupan di dunia ini, roh
manusia akan meninggalkan tubuh yang fana dan pergi ke suatu tempat tinggal di
mana dia menunggu kebangkitan. Tempat tinggal yang disebut menjadi tempat yang
indah dan damai bagi orang benar dan sebuah penjara roh untuk orang yang
meninggal dalam dosa mereka, sejauh mereka tidak bertobat dalam kehidupan yang
fana.
Karena pembaptisan dengan air dan Roh
Kudus merupakan asas yang utama untuk keselamatan manusia, juga harusnya ada
sebuah cara untuk orang yang tidak memiliki kesempatan untuk dibaptiskan dalam
kehidupan yang fana. Untuk tujuan ini, para anggota Gereja menyelidiki para
leluhur mereka dan membawa nama mereka ke bait suci, di mana mereka dapat
dibaptiskan untuk leluhur mereka secara perwakilan (lihat 1 Kor 15:29).
Dalam kebangkitan setiap orang, baik
orang yang baik maupun orang yang jahat akan menerima tubuh yang sempurna yang
tidak dapat meninggal dan sakit lagi. Dalam saat itu setiap orang akan berdiri
di hadapan Allah Bapa dan Yesus Kristus untuk diadili untuk setiap tindakan dan
keinginan hatinya sewaktu dia masih tinggal dalam tubuh yang fana. Dalam
penghakiman itu orang akan memasuki tingkat-tingkat kemuliaan berbeda yang
selaras dengan kebenaran kehidupan mereka.
BAB IV
TINJAUAN
ALKITABIAH TERHADAP PENGAJARAN (DOKTRIN) MORMONISME
Setiap pengajaran (doktrin) harus diuji
kebenarannya melalui firman Allah yang tertulis dalam Alkitab karena Alkitab
adalah satu-satunya sumber kebenaran. Oleh karena itu, dalam bab ini penulis
akan menuliskan tinjauan alkitabiah terhadap sumber pengajaran (doktrin) dan
pokok-pokok pengajaran (doktrin) Mormonisme.
A. Sumber Pengajaran (Doktrin)
Para penganut Mormonisme mengakui bahwa
ada empat sumber firman yang diinspirasikan Allah, yaitu Alkitab, Kitab Mormon,
Doktrin dan Perjanjian, dan Mutiara yang Berharga. Hal ini jelas penyimpangan
dari ajaran Alkitab itu sendiri karena tidak mengakui kecukupan Alkitab untuk
menyatakan Pribadi, Karya dan Kehendak Allah bagi manusia. Dengan kata lain,
mereka menolak Alkitab sebagai satu-satunya sumber kebenaran serta penuntun
iman dan kehidupan.
Dalam 2 Timotius 3:16 menyatakan dengan
jelas keseluruhan kecukupan Alkitab untuk menyatakan kebenaran Allah. Hal ini
membuktikan bahwa kanon Alkitab sekarang sudah lengkap. Tidak ada sarana (wahyu
khusus) lain yang dipakai Allah untuk berbicara kepada gereja-Nya selain
melalui Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Tidak ada yang perlu ditambahkan
atau dihapus dari firman Allah yang sempurna (Wahyu 22:18,19).[19] Dengan
demikian, empat sumber firman Tuhan yang diakui oleh para penganut Mormonisme
seperti yang telah dituliskan di atas adalah penyimpangan dari firman Tuhan
atau kesesatan.
B. Pokok-pokok Pengajaran (Doktrin)
1. Allah, Yesus Kristus dan Roh Kudus
Pemahaman para penganut Mormonisme bahwa
Allah Bapa, Anak dan Roh Kudus bukan tiga Pribadi yang Esa, melainkan tiga
keberadaan yang terpisah, menunjukkan bahwa mereka menyangkal ketritunggalan
Allah. Mereka tidak menerima apa yang diajarkan Alkitab bahwa Allah yang
berpribadi tiga itu, Allah Tritunggal adalah Allah yang Esa dan tidak
terpisah-pisah.
Beberapa istilah yang menyatakan bahwa
Allah yang berpribadi tiga adalah Allah yang Esa, yaitu pertama, kata “Kita”
dalam Kej. 1:26, 3:22, 11:7, Yesaya 6:8. Allah memakai kata ganti Kita untuk
menyebut diri-Nya sendiri, bukan Saya. Kata ganti Kita menyatakan bahwa Allah
itu lebih dari satu pribadi. Kata ganti Kita juga menunjukkan perundingan di
antara Pribadi-Pribadi yang berada di dalam Diri Allah yang Esa. Kedua, sebutan
Elohim bagi Allah. Kata Elohim adalah bentuk jamak. Walaupun sebutan Allah ini
selalu dalam bentuk jamak (Elohim), namun kata kerja yang mengikutinya selalu
memakai kata kerja untuk bentuk tunggal.[20] Hal ini menunjukkan bahwa Allah itu
Esa. Ketiga, Amanat Agung Tuhan Yesus (Matius 28:19-20) dan juga Rasul Paulus
menyebutkan Allah Bapa, Anak dan Roh Kudus.
Pemahaman para penganut Mormonisme bahwa
Allah Bapa memiliki tubuh dari daging dan tulang persis sama dengan yang
dimiliki manusia adalah pemahaman yang sesat. Pemahaman ini sangat bertentangan
dengan apa yang tertulis dalam Alkitab bahwa Allah itu Roh (Yoh. 4:24). Allah
adalah Roh berarti Allah tidak memiliki tubuh dari daging dan tulang persis
sama dengan yang dimiliki manusia. Dengan demikian, kebenaran bahwa Allah
adalah Roh menunjukkan bahwa pemahaman mereka tentang “inkarnasi Yesus adalah
hasil hubungan fisik antara Allah Bapa dan Maria” adalah pengajaran (doktrin)
yang sesat.
2. Manusia
Pengajaran Mormonisme tentang pre-eksistensi
manusia di mana semua manusia tinggal bersama Allah dan Anak-Nya, Yesus
Kristus, di dalam pra kehidupan sebelum mereka masuk ke dalam dunia adalah
pengajaran yang sesat atau tidak alkitabiah. Dalam Kej. 1:26-27; 2:7 dicatat
bahwa manusia adalah ciptaan Allah. Dengan demikian, manusia bukanlah roh yang
sudah ada dari kekal bersama-sama dengan Allah.
3. Keselamatan
Pemahaman para penganut Mormonisme yang
mengakui bahwa kematian Yesus Kristus tidak dapat menyelamatkan manusia,
kecuali Adam, melainkan keselamatan diperoleh melalui ketaatan dan
peraturan-peraturan gereja Mormon adalah pengajaran yang sesat. Pemahaman ini
tidak mengakui kesempurnaan karya Yesus Kristus dan menolak bahwa keselamatan
adalah anugerah Allah semata-mata. Alkitab mengajarkan bahwa Yesus sanggup
menyelamatkan dengan sempurna semua orang yang oleh Dia datang kepada Allah
(Ibrani 7:25). Alkitab juga mengajarkan bahwa keselamatan adalah anugerah Allah
semata-mata (sola gratia) dan bukan hasil usaha manusia (Efesus 8:10). Ketaatan
kepada Allah bukan untuk memperoleh keselamatan, tetapi karena orang percaya
telah diselamatkan (telah menerima
keselamatan) oleh Allah, maka orang percaya harus hidup dalam ketaatan kepada
Allah.
4. Akhir Zaman
Pemahaman para penganut Mormon bahwa
tersedia keselamatan bagi orang-orang yang sudah meninggal dunia melalui
baptisan kepada orang mati adalah pengajaran yang sesat. Amanat Agung Tuhan
Yesus dalam Matius 28:19 tentang baptisan tidak ditujukan kepada mereka yang
sudah meninggal, tetapi kepada orang-orang yang masih hidup. Baptisan juga
tidak dapat menyelamatkan karena sesungguhnya makna baptisan adalah tanda dan
materai bahwa orang percaya adalah milik atau kepunyaan Allah.
BAB
V
KESIMPULAN
Berdasarkan pemahaman tentang Mormonisme
yang telah penulis uraikan dalam bab-bab sebelumnya, maka penulis menyimpulkan
bahwa Mormonisme adalah suatu aliran pengajaran (doktrin) yang menyimpang dari
kebenaran firman Allah. Penyimpangan tersebut dapat dibuktikan melalui tinjauan
alkitabiah terhadap sumber pengajaran (doktrin) dan pokok-pokok pengajaran
(doktrin) Mormonisme.
Para penganut Mormonisme mengakui bahwa
ada empat sumber firman Allah bagi manusia, yang berarti mereka menolak
otoritas, wibawa, kesempurnaan atau kecukupan Alkitab (seperti tertulis dalam 2
Timotius 3:16) untuk menyatakan kebenaran Allah bagi manusia. Pokok-pokok
pengajaran Mormonisme juga menyangkal doktrin Trinitas atau Allah Tritunggal,
mengajarkan pre-eksistensi manusia yang sesungguhnya tidak alkitabiah, tidak
mengakui kesempurnaan karya keselamatan yang dikerjakan Yesus Kristus melalui
kematian-Nya di atas kayu salib serta mengajarkan konsep eskatologis yang salah
di mana tersedia keselamatan bagi mereka yang sudah meninggal melalui baptisan
kepada orang mati.
Akhirnya, para penganut Mormonisme
haruslah back to the true doctrine (kembali ke pengajaran/doktrin yang
benar)dan memegang prinsip Sola Scriptura (hanya Alkitab saja), Sola Gratia
(hanya anugerah saja), Sola Fide (hanya iman saja), dan Sola Christo (hanya
Kristus saja) seperti yang pernah disampaikan oleh para tokoh Reformasi,
Marthin Luther, Yohanes Calvin dan Zwingly.
DAFTAR ISI
Bab I Pendahuluan
Bab II Sejarah Terbentuknya Mormonisme
A. Pendiri Gereja Mormon
B. Latar Belakang Munculnya Gereja
Mormon
Bab III Pengajaran (Doktrin) Mormonisme
A. Sumber Pengajaran (Doktrin)
B. Pokok Pengajaran (Doktrin)
1. Allah, Yesus dan Roh Kudus
2. Manusia
3. Keselamatan
4. Akhir zaman
Bab IV
Tinjauan Alkitabiah Terhadap Pengajaran (Doktrin) Mormonisme
A. Sumber Pengajaran (Doktrin)
B. Pokok Pengajaran (Doktrin)
1. Allah, Yesus dan Roh Kudus
2. Manusia
3. Keselamatan
4. Akhir Zaman
Bab V Kesimpulan
Daftar Pustaka
[1] Josh McDowell, Don Stewart, Handbook
of Today’s Religions: Understanding The Cults, (San Bernardino: Here’s Life
Publishers), p.83
[2]
Stevri I. Lumintang, Keunikan Theologia Kristen di Tengah Kepalsuan,
(Batu: Departemen Literatur, PPII, 2010), h.445
[3] Jan S. Aritonang, Berbagai Aliran di
dalam dan di sekitar Gereja (Jakarta: PT BPK Gunung Mulia, 1995), h.343
[4] Jan S. Aritonang, Berbagai Aliran…,
h.344
[5] Anthony A. Hoekema, The four Major
Cults, (Devon: The Paternoster Press, LTD, 1963), p.10
[6] John H. Gerstner, The Theology of
the Mayor Sects (Grand Rapids, Michigan: Baker Book House, 1985), p.42
[7] Stevri I. Lumintang, Keunikan
Theologia…, h.444
[8] Josh McDowell, Don Stewart,
Handbook…, pp.87-88
[9] Stevri I. Lumintang, Keunikan
Theologia…, h.445
[10] Josh McDowell, Don Stewart, Consise
Guide To Today’s Religions, (Raans Road: Scripture Press Foundation, 1989), p.92
[11] Josh McDowell, Don Stewart,
Handbook …,p.88
[12] Anthony A. Hoekema, The four…, p.18
[13] John H. Gerstner, The Theology…,
p.43
[14] Anthony A. Hoekema, The four…, p.34
[15] Stevri I. Lumintang, Keunikan Theologia…,
h.445-446
[16] Josh McDowell, Don Stewart,
Handbook …,p.88
[17] Peraturan-peraturan tersebut adalah
pertama, iman di dalam Tuhan Yesus Kristus. Kedua, pertobatan. Ketiga, baptisan
untuk pengampunan dosa. Keempat, penumpangan tangan untuk karunia Roh Kudus.
[18] Stevri I. Lumintang, Keunikan
Theologia…, h.446
[19] W. Gary Crampton, Alkitab: Firman Allah (Verbum Dei),
(Surabaya: Momentum, 2008), h.49
[20] Stephen Tong, Allah Tritunggal,
(Surabaya: Momentum, 2009), h.37-41
By: Iman Zandroto
Kumpulan Kisah Nyata:
No comments:
Post a Comment