Monday, April 15, 2013

Kakaku bangkit dari kematian selama 14 jam

Kisah tentang Sister Gulshan Esther (Gulshan Fatima), seorang keturunan langsung Muhammad melalui putrinya Fatima. Saya harus meninggalkan rumah karena mereka tidak mau menerima kepercayaaku yang baru, karena dikeluargaku belum ada yang berbeda agama, jadi saya harus pergi keluar kota dan bekerja di sekolah menjadi seorang guru di sekolah anak-anak yang buta.

Kakakku sakit keras
Saya mendapat kunjungan dari seorang tamu yang tidak kuharapkan membawa berita yang sangat buruk. Iparku, Blund Shah dari Rawalpindi datang ke sekolah menemui saya. Ia berdiri di ruang tamu, kelihatan lelah dan hancur hatinya serta memberitahukan padaku bahwa kakakku Anis sakit keras di Gujarat, di tempat mana ia telah tinggal selama 3 bulan di sebuah bungalow yang disewa, karena mendapatkan perawaan dokter keluarga selama masa mengandungnya yang menemui kesulitan lalu dari sana telah dimasukkan ke rumah-sakit. Bayinya meninggal dan para dokter di rumah-sakit tidak dapat menghentikan pendarahannya.

"Ia sedang dalam keadaan yang mendekati kematian dan berulangkali selalu memanggil-manggil namamu. Dapatkah kau langsung pergi kesana bersamaku sekarang? Saya membawa mobil diluar."

Permintaan ini merupakan suatu panggilan pulang yang tidak dapat kutolak. Sebuah pintu yang kukira tertutup untuk selamanya kini terbuka. "Oh Kakakku yang malang, tentu saja saya mau datang, tapi pertama-tama saya harus minta ijin dulu". Saya mohon diri dan meninggalkan ruangan itu. Suatu bisikan kecil terdengar di dalam telingaku berkata: "Ia telah mati waktu kau tiba disana nanti. Percuma saja membuangbuang waktu kesana. Mereka tidak memperkenankan kau memberi kesaksian. Malah bisa saja mereka mencegahmu kembali kesini."

Sebelum menghadap kepala sekolah, saya pergi kekamarku dan berdoa. Jawabannya kuterima dengan jelas: "Pergilah menjumpainya. Ia tidak akan mati. Aku akan memeliharanya agar hidup".

Meninggal
Saya meminta ijin untuk 2 hari, diperkenankan, lalu kumasukkan beberapa barang kecil kedalam tasku. Kami berangkat jam 5 sore. Setelah berkendaraan selama 3 jam, kami tiba dirumah di Gujarat dimana kami disambut dengan berita yang sangat mendukacitakan. "Ia telah meninggal", kata dokter kakakku, ny.Khan. "Ia meninggal pada jam 7 malam. Ia telah banyak kehilangan darah. Saya masuk keruangan dimana kakakku dibaringkan. Terlihat wajahnya menjadi kuning kelabu, kurus dan bibirnya biru. Suaminya berderai air mata dan dengan penuh simpati dipapah keluar ruangan itu oleh salah seorang keluarga. Ruangan itu penuh dengan orang-orang berkabung anggota keluarga dan tetangga - berita kematian itu menjalar dengan cepat dan orang-orang segera berdatangan untuk memberi penghormatan bagi almarhumah.

Saya berlutut dan menangis disisi tempat tidur itu. "Yesus". kataku dalam hati. Engkau berkata bahwa ia akan hidup. Apa yang harus kulakukan? Ia sudah meninggal.

Saya melanjuntukan doaku, Yesus, Engkaulah jalan, Kebenaran dan Hidup. Perbuatlah Mujizat ini dan bangkitkanlah dia". Saya berdoa seperti ini sampai timbul keyakinan dalam diriku yang sangat kuat bahwa Yesus telah berkata: "Ia tidak akan mati". Aku akan memeliharanya dan hidup". Jadi saya berdoa: Tuhan, hidupkanlah dia sehingga saya dapat bercakap-cakap dengannya sebentar tentang Engkau". Kemudian, sesudah beberapa waktu lamanya saya mendengar suatu suara berkata :"Ia tidak mati. Ia hidup. Aku telah memberikan kehidupan padanya".

Mendengar ini saya berdiri dan berkata kepada orang-orang disitu, "Kenapa anda semuanya menangis? Ia tidak mati - ia hidup". Mereka menjadi ketakutan. "Ia gila. Masukkan dia kedalam kamar yang satu disana. Pintunya dikunci dari luar".

Mereka mendorongku keluar dan lalu dimasukkan kedalam sebuah kamar tidur kosong. Saya mendengar pintu itu dikunci dari luar. Kini, saya benar-benar mejadi seorang yang dipenjarakan. Saya selanjutnya berdoa:"Tuhan bagkitkanlah kakakku, sehingga mereka dapat percaya bahwa ia hidup." Waktu itu mereka mulai melakukan tahap-tahap akhir mempersiapkan jenazah. Tubuh kakakku telah dimandikan dan pakaiannya sudah diganti. Dia akan dimandikan lagi tapi tidak pada malam hari.

Jadi kira-kira jam 8 pagi barulah terdengar bunyi anak kunci, palang pintu dibuka dan saya dibebaskan untuk memberi penghormatan terakhir bagi kakakku. Saya berdiri disamping tempat tidurnya bersama wanita-wanita lainnya. Istri "Maulvi" membacakan "Kalmas" bagi jenazah itu lalu bersama 3 wanita lainnya maju kedepan untuk mengangkat jenazah itu agar dimandikan buat terakhir kalinya. Saya melihat ada tanda kemerah-merahan pada tangan dan kakinya.....tanda kehidupan, tanda adanya darah.......Sesudah itu mereka hendak membalut tubuh kakakku dengan sehelai kain lalu menempatkannya kedalam sebuah peti.

Bangkit
Tiba-tiba kakakku menggerakkan lengannya, membuka matanya, langsung duduk dan memandang sekelilingnya dengan heran. "Apa yang terjadi? Orang-orang berteriak, berjatuhan. Beberapa orang mencoba lari keruangan itu. Terjadi kepanikan luar biasa. Saya memeluk Anis dan ia bergantungan padaku. Orang-orang datang kembali. Lalu mereka semua memandang kepadaku. "Apa yang telah kau lakukan? Bagaimana mungkin seorang yang sudah mati duduk kembali? Hatiku penuh diliputi dengan sukacita serta suatu perasaan dalam kebesaran Allah, lalu saya berkata sambil tersenyum: "Tanyakan padanya apa yang telah terjadi". Lalu Anis berceritera dengan lembut yang merupakan ciri khasnya. "Jangan takut padaku. Saya hidup".

Suaminya bersama imam mauvi serta muazin dari mesjid datang berlari-lari masuk karena mendengar kejadian yang menggemparkan itu. Mauvi menumpangkan tangannya keatas kepala kakakku dan bertanya," Batti, ceritakanlah yang sebenarnya padaku. Apa yang terjadi? Apa yang berlaku padamu? 14 jam yang lalu anda meninggal !Kami sedang mempersiapkan pemakamanmu!" Ia berkata, "Saya tidak mati !" Dokter perempuan itu ada disana." Anda telah meninggal.

Tidak ada tanda-tanda kehidupan padamu, "tegasnya. "Saya tidak mati, saya sedang tidur !" kata kakak perempuanku. "Dalam tidurku saya bermimpi bahwa saya sedang menaiki sebuah tangga dan pada puncak tangga itu : ada seorang laki-laki memakai jubah putih mengenakan sebuah mahkota emas dan ada satu cahaya keluar dari dahinya. Saya melihat tangannya diatas saya dan terlihat suatu cahaya memancar dari tangan-Nya itu.Ia berkata: Aku Yesus Kristus, Raja diatas segala Raja. Aku akan mengirim engkau kembali dan pada waktu yang ditentukan Aku akan membawamu kesini lagi.

Lalu saya membuka mataku. Hal ini diceritakannya dengan wajah yang memancarkan sukacita. Tidak ada kata-kata yang dapat melukiskan kegembiraan dan sukacita dalam keluarga kami. Saya mempergunakan kesempatan ini untuk menceritrakan kepada siapa saja yang mau mendengarkan tentang Nabi yang penuh dengan pekerjaan mujizat itu. Yang lebih besar dari sekedar seorang nabi-Yesus. Bahkan suami Anis, yang merupapakan salah seorang yang dulunya sangat menentangku pada awalnya, sekarang berkata bahwa karena doakulah maka istrinya telah dapat hidup kembali.

"Siapakah Nabi Besar ini, yang telah kau lihat? "tanyanya sesudah 3 hari para tamu pulang. Saya mengambil Al-quran dan menunjukkan padanya tulisan-tulisan tentang Yesus dalam surah Maryam. Kemudian saya menunjukkan padanya dalam Alkitabku kisah tentang kebangkitan Lazarus dalam Johanes 11 : 43 - 44."Sekarang, apakah kakak percaya bahwa Yesus dapat membangkitkan orang mati?". Dikatakan disini bahwa Ia memanggil Lazarus : "Keluarlah! dan iapun keluar". Dengan perlahan ia menjawab:"Ya,Saya percaya mujizat ini dari nabi Isa anak Maryam. Istriku memperoleh kembali kehidupannya untuk yang kedua kalinya" Kelihatannya ia cukup senang dan menerima apa yang kujelaskan padanya. Pada diri Anis justru terjadi perubahan yang sangat besar. Bagiku ia selalu merupakan seorang kakak yang sangat saling mengasihi dengan saya, tapi kini dalam dirinya terlihat pancaran sukacita dan damai. Saya mendengarkan dia berceritra pada Mauvi dan istrinya segala seuatu tentang visinya dengan Yesus dan saya perhatikan bahwa mereka mendengarkannya dengan penuh perhatian. Namun sesudah itu mereka mulai melirik padaku dengan perasaan tidak senang. "Ceritakanlah lebih banyak lagi tentang Yesus". bisiknya pada salah satu kesempatan singkat waktu kami sempat sendirian saja.

Jadi saya memberikan padanya sebuah kitab perjanjian baru kecil dan ia berjanji akan membacanya walaupun ia merasa bahwa ia memerlukan seseorang membantunya agar dapat mengerti. Ia memulai dengan Injil matius dan saya jelaskan bagaimana Yesus lahir demikian pula asal usulnya. "Teruslah berdoa untukku. Saya akan tetap setia terhadap apa yang telah kusaksikan sehingga saya dapat mengikut Dia yang telah memberi hidup padaku",katanya, "Saya sudah menikah, karena itu saya membutuhkan lebih banyak dukungan doa". Mataku penuh dengan airmata. Saya dapat memahami posisinya dengan sebaik-baiknya. Dengan semua kejadian ini, saya telah menempatkan "sunrise" dibelakang pikiranku, tapi tiba-tiba saya menyadari bahwa saya harus kembali. Yang sebenar-benarnya, saya begitu ingin pergi dan menceritakan kepada orang lain tentang mujizat-mujizat ini.

Ketika saya berangkat dengan bus kembali ke Lahore. Anis meremas-remas tanganku dan berkata,"Pintu rumahku terbuka untukmu. Kapan saja engkau mau, kau dapat kembali. Bahkan bila keluarga-keluarga lainnya tidak sudi lagi melihatmu, saya tetap melihatmu."

Begitu bus bergerak keluar dari stasiun Gujarat dimuati penumpang baik dari pedalaman maupun dari kota, maka saya duduk merenungkan jalannya peristiwaperistiwa yang terjadi selama kunjunganku, sekarang makin menghilang seolah-olah mimpi bahagia dibelakangku. Satu hal yang harus kugaris-bawahi - saya tetap mencintai keluarga-keluarga itu dengan dunia mereka, tapi saya tidak dapat lagi hidup didalamnya. Saya adalah seorang jemaah, bukan pada perjalanan menuju ke Mekah, tapi pada satu perjalanan yang benar-benar langsung menuju kepada Allah melalui Yesus. "Sunrise" telah merupakan bagian dari perjalanan jemaahku.
Sumber: Book THE TORN VEIL

Catatan:
Gulshan Fatima, dia dulu lumpuh tidak dapat berjalan, tetapi ketika dia berjumpa dengan Isa (Yesus), membuat kesembuhan dan dapat berjalan, pesan Yesus kepadanya bahwa dia harus menjadi saksi. Bahwa Yesus adalah jalan kebenaran dan hidup. Keluarga tidak setuju kalau dia menceritakan nama Isa kepada orang lain. Pertolongan  Tuhan tidak pernah terlambat, cara kerja Tuhan yang ajaib di dalam hidupnya, biarpun proses dan harga yang harus dibayar, tetapi hal tersebut tidak membuat imannya kepada Yesus berubah. Dia tetap melangkah bersama Tuhan didalam hidupnya.

Bukunya yang berjudul The Torn Veil, salah satu buku yang memberkati banyak orang yang tidak percaya di timur tengah dan juga seluruh dunia, dari buku ini menceritakan perjalan hidupnya dari kecil dengan keluarga dan dimana ketika dia mencari kesembuhan, sampai berjumpa dengan Isa, harus pergi meninggalkan keluarga, sampai menjadi penginjil. Bagi saudara yang belum memiliki bukunya, ada dapat download secara gratis, buku ini format pdf 108 hal terjemahan bahasa indonesia .. Download. Biarlah dari cerita ini iman kita kepada Isa dan hidup takut akan Tuhan ada setiap kita. Amin

No comments:

Post a Comment