Kisah tentang Sister Gulshan Esther
(Gulshan Fatima), seorang keturunan langsung Muhammad melalui putrinya Fatima.
Saya harus meninggalkan rumah karena mereka tidak mau menerima kepercayaaku
yang baru, karena dikeluargaku belum ada yang berbeda agama, jadi saya harus
pergi keluar kota dan bekerja di sekolah menjadi seorang guru di sekolah
anak-anak yang buta.
Kakakku sakit keras
Saya mendapat kunjungan dari seorang tamu yang tidak kuharapkan membawa berita yang sangat buruk. Iparku, Blund Shah dari Rawalpindi datang ke sekolah menemui saya. Ia berdiri di ruang tamu, kelihatan lelah dan hancur hatinya serta memberitahukan padaku bahwa kakakku Anis sakit keras di Gujarat, di tempat mana ia telah tinggal selama 3 bulan di sebuah bungalow yang disewa, karena mendapatkan perawaan dokter keluarga selama masa mengandungnya yang menemui kesulitan lalu dari sana telah dimasukkan ke rumah-sakit. Bayinya meninggal dan para dokter di rumah-sakit tidak dapat menghentikan pendarahannya.
Saya mendapat kunjungan dari seorang tamu yang tidak kuharapkan membawa berita yang sangat buruk. Iparku, Blund Shah dari Rawalpindi datang ke sekolah menemui saya. Ia berdiri di ruang tamu, kelihatan lelah dan hancur hatinya serta memberitahukan padaku bahwa kakakku Anis sakit keras di Gujarat, di tempat mana ia telah tinggal selama 3 bulan di sebuah bungalow yang disewa, karena mendapatkan perawaan dokter keluarga selama masa mengandungnya yang menemui kesulitan lalu dari sana telah dimasukkan ke rumah-sakit. Bayinya meninggal dan para dokter di rumah-sakit tidak dapat menghentikan pendarahannya.
"Ia
sedang dalam keadaan yang mendekati kematian dan berulangkali selalu
memanggil-manggil namamu. Dapatkah kau langsung pergi kesana bersamaku
sekarang? Saya membawa mobil diluar."
Permintaan
ini merupakan suatu panggilan pulang yang tidak dapat kutolak. Sebuah pintu
yang kukira tertutup untuk selamanya kini terbuka. "Oh Kakakku yang
malang, tentu saja saya mau datang, tapi pertama-tama saya harus minta ijin
dulu". Saya mohon diri dan meninggalkan ruangan itu. Suatu bisikan kecil terdengar
di dalam telingaku berkata: "Ia telah mati waktu kau tiba disana nanti.
Percuma saja membuangbuang waktu kesana. Mereka tidak memperkenankan kau
memberi kesaksian. Malah bisa saja mereka mencegahmu kembali kesini."
Sebelum
menghadap kepala sekolah, saya pergi kekamarku dan berdoa. Jawabannya kuterima
dengan jelas: "Pergilah menjumpainya. Ia tidak akan mati. Aku akan
memeliharanya agar hidup".
Meninggal
Saya
meminta ijin untuk 2 hari, diperkenankan, lalu kumasukkan beberapa barang kecil
kedalam tasku. Kami berangkat jam 5 sore. Setelah berkendaraan selama 3 jam,
kami tiba dirumah di Gujarat dimana kami disambut dengan berita yang sangat
mendukacitakan. "Ia telah meninggal", kata dokter kakakku, ny.Khan.
"Ia meninggal pada jam 7 malam. Ia telah banyak kehilangan darah. Saya
masuk keruangan dimana kakakku dibaringkan. Terlihat wajahnya menjadi kuning
kelabu, kurus dan bibirnya biru. Suaminya berderai air mata dan dengan penuh
simpati dipapah keluar ruangan itu oleh salah seorang keluarga. Ruangan itu
penuh dengan orang-orang berkabung anggota keluarga dan tetangga - berita
kematian itu menjalar dengan cepat dan orang-orang segera berdatangan untuk
memberi penghormatan bagi almarhumah.
Saya
berlutut dan menangis disisi tempat tidur itu. "Yesus". kataku dalam
hati. Engkau berkata bahwa ia akan hidup. Apa yang harus kulakukan? Ia sudah
meninggal.
Saya
melanjuntukan doaku, Yesus, Engkaulah jalan, Kebenaran dan Hidup. Perbuatlah
Mujizat ini dan bangkitkanlah dia". Saya berdoa seperti ini sampai timbul
keyakinan dalam diriku yang sangat kuat bahwa Yesus telah berkata: "Ia
tidak akan mati". Aku akan memeliharanya dan hidup". Jadi saya
berdoa: Tuhan, hidupkanlah dia sehingga saya dapat bercakap-cakap dengannya
sebentar tentang Engkau". Kemudian, sesudah beberapa waktu lamanya saya
mendengar suatu suara berkata :"Ia tidak mati. Ia hidup. Aku telah
memberikan kehidupan padanya".
Mendengar
ini saya berdiri dan berkata kepada orang-orang disitu, "Kenapa anda
semuanya menangis? Ia tidak mati - ia hidup". Mereka menjadi ketakutan.
"Ia gila. Masukkan dia kedalam kamar yang satu disana. Pintunya dikunci
dari luar".
Mereka
mendorongku keluar dan lalu dimasukkan kedalam sebuah kamar tidur kosong. Saya
mendengar pintu itu dikunci dari luar. Kini, saya benar-benar mejadi seorang
yang dipenjarakan. Saya selanjutnya berdoa:"Tuhan bagkitkanlah kakakku,
sehingga mereka dapat percaya bahwa ia hidup." Waktu itu mereka mulai
melakukan tahap-tahap akhir mempersiapkan jenazah. Tubuh kakakku telah
dimandikan dan pakaiannya sudah diganti. Dia akan dimandikan lagi tapi tidak
pada malam hari.
Jadi
kira-kira jam 8 pagi barulah terdengar bunyi anak kunci, palang pintu dibuka
dan saya dibebaskan untuk memberi penghormatan terakhir bagi kakakku. Saya
berdiri disamping tempat tidurnya bersama wanita-wanita lainnya. Istri
"Maulvi" membacakan "Kalmas" bagi jenazah itu lalu bersama
3 wanita lainnya maju kedepan untuk mengangkat jenazah itu agar dimandikan buat
terakhir kalinya. Saya melihat ada tanda kemerah-merahan pada tangan dan kakinya.....tanda
kehidupan, tanda adanya darah.......Sesudah itu mereka hendak membalut tubuh
kakakku dengan sehelai kain lalu menempatkannya kedalam sebuah peti.
Bangkit
Tiba-tiba
kakakku menggerakkan lengannya, membuka matanya, langsung duduk dan memandang
sekelilingnya dengan heran. "Apa yang terjadi? Orang-orang berteriak,
berjatuhan. Beberapa orang mencoba lari keruangan itu. Terjadi kepanikan luar
biasa. Saya memeluk Anis dan ia bergantungan padaku. Orang-orang datang
kembali. Lalu mereka semua memandang kepadaku. "Apa yang telah kau
lakukan? Bagaimana mungkin seorang yang sudah mati duduk kembali? Hatiku penuh
diliputi dengan sukacita serta suatu perasaan dalam kebesaran Allah, lalu saya
berkata sambil tersenyum: "Tanyakan padanya apa yang telah terjadi".
Lalu Anis berceritera dengan lembut yang merupakan ciri khasnya. "Jangan
takut padaku. Saya hidup".
Suaminya
bersama imam mauvi serta muazin dari mesjid datang berlari-lari masuk karena
mendengar kejadian yang menggemparkan itu. Mauvi menumpangkan tangannya keatas
kepala kakakku dan bertanya," Batti, ceritakanlah yang sebenarnya padaku.
Apa yang terjadi? Apa yang berlaku padamu? 14 jam yang lalu anda meninggal
!Kami sedang mempersiapkan pemakamanmu!" Ia berkata, "Saya tidak mati
!" Dokter perempuan itu ada disana." Anda telah meninggal.
Tidak
ada tanda-tanda kehidupan padamu, "tegasnya. "Saya tidak mati, saya
sedang tidur !" kata kakak perempuanku. "Dalam tidurku saya bermimpi bahwa saya sedang menaiki sebuah tangga
dan pada puncak tangga itu : ada seorang laki-laki memakai jubah putih mengenakan
sebuah mahkota emas dan ada satu cahaya keluar dari dahinya. Saya melihat
tangannya diatas saya dan terlihat suatu cahaya memancar dari tangan-Nya itu.Ia
berkata: Aku Yesus Kristus, Raja diatas segala Raja. Aku akan mengirim engkau kembali
dan pada waktu yang ditentukan Aku akan membawamu kesini lagi.
Lalu
saya membuka mataku. Hal ini diceritakannya dengan wajah yang memancarkan sukacita.
Tidak ada kata-kata yang dapat melukiskan kegembiraan dan sukacita dalam keluarga
kami. Saya mempergunakan kesempatan ini untuk menceritrakan kepada siapa saja
yang mau mendengarkan tentang Nabi yang penuh dengan pekerjaan mujizat itu.
Yang lebih besar dari sekedar seorang nabi-Yesus. Bahkan suami Anis, yang
merupapakan salah seorang yang dulunya sangat menentangku pada awalnya, sekarang
berkata bahwa karena doakulah maka istrinya telah dapat hidup kembali.
"Siapakah
Nabi Besar ini, yang telah kau lihat? "tanyanya sesudah 3 hari para tamu pulang.
Saya mengambil Al-quran dan menunjukkan padanya tulisan-tulisan tentang Yesus
dalam surah Maryam. Kemudian saya menunjukkan padanya dalam Alkitabku kisah
tentang kebangkitan Lazarus dalam Johanes 11 : 43 - 44."Sekarang, apakah kakak
percaya bahwa Yesus dapat membangkitkan orang mati?". Dikatakan disini bahwa
Ia memanggil Lazarus : "Keluarlah! dan iapun keluar". Dengan perlahan
ia menjawab:"Ya,Saya percaya mujizat ini dari nabi Isa anak Maryam.
Istriku memperoleh kembali kehidupannya untuk yang kedua kalinya"
Kelihatannya ia cukup senang dan menerima apa yang kujelaskan padanya. Pada
diri Anis justru terjadi perubahan yang sangat besar. Bagiku ia selalu
merupakan seorang kakak yang sangat saling mengasihi dengan saya, tapi kini
dalam dirinya terlihat pancaran sukacita dan damai. Saya mendengarkan dia
berceritra pada Mauvi dan istrinya segala seuatu tentang visinya dengan Yesus
dan saya perhatikan bahwa mereka mendengarkannya dengan penuh perhatian. Namun
sesudah itu mereka mulai melirik padaku dengan perasaan tidak senang.
"Ceritakanlah lebih banyak lagi tentang Yesus". bisiknya pada salah
satu kesempatan singkat waktu kami sempat sendirian saja.
Jadi
saya memberikan padanya sebuah kitab perjanjian baru kecil dan ia berjanji akan
membacanya walaupun ia merasa bahwa ia memerlukan seseorang membantunya agar dapat
mengerti. Ia memulai dengan Injil matius dan saya jelaskan bagaimana Yesus
lahir demikian pula asal usulnya. "Teruslah berdoa untukku. Saya akan
tetap setia terhadap apa yang telah kusaksikan sehingga saya dapat mengikut Dia
yang telah memberi hidup padaku",katanya, "Saya sudah menikah, karena
itu saya membutuhkan lebih banyak dukungan doa". Mataku penuh dengan
airmata. Saya dapat memahami posisinya dengan sebaik-baiknya. Dengan semua
kejadian ini, saya telah menempatkan "sunrise" dibelakang pikiranku, tapi
tiba-tiba saya menyadari bahwa saya harus kembali. Yang sebenar-benarnya, saya
begitu ingin pergi dan menceritakan kepada orang lain tentang mujizat-mujizat
ini.
Ketika
saya berangkat dengan bus kembali ke Lahore. Anis meremas-remas tanganku dan
berkata,"Pintu rumahku terbuka untukmu. Kapan saja engkau mau, kau dapat kembali.
Bahkan bila keluarga-keluarga lainnya tidak sudi lagi melihatmu, saya tetap melihatmu."
Begitu
bus bergerak keluar dari stasiun Gujarat dimuati penumpang baik dari pedalaman
maupun dari kota, maka saya duduk merenungkan jalannya peristiwaperistiwa yang
terjadi selama kunjunganku, sekarang makin menghilang seolah-olah mimpi bahagia
dibelakangku. Satu hal yang harus kugaris-bawahi - saya tetap mencintai keluarga-keluarga itu dengan dunia mereka, tapi
saya tidak dapat lagi hidup didalamnya. Saya adalah seorang jemaah, bukan pada
perjalanan menuju ke Mekah, tapi pada satu perjalanan yang benar-benar langsung
menuju kepada Allah melalui Yesus. "Sunrise" telah merupakan
bagian dari perjalanan jemaahku.
Sumber:
Book THE TORN VEIL
Gulshan
Fatima, dia dulu lumpuh tidak dapat berjalan, tetapi ketika dia berjumpa dengan
Isa (Yesus), membuat kesembuhan dan dapat berjalan, pesan Yesus kepadanya bahwa
dia harus menjadi saksi. Bahwa Yesus adalah jalan kebenaran dan hidup. Keluarga
tidak setuju kalau dia menceritakan nama Isa kepada orang lain.
Pertolongan Tuhan tidak pernah terlambat,
cara kerja Tuhan yang ajaib di dalam hidupnya, biarpun proses dan harga yang
harus dibayar, tetapi hal tersebut tidak membuat imannya kepada Yesus berubah.
Dia tetap melangkah bersama Tuhan didalam hidupnya.
Bukunya
yang berjudul The Torn Veil, salah satu buku yang memberkati banyak orang yang
tidak percaya di timur tengah dan juga seluruh dunia, dari buku ini
menceritakan perjalan hidupnya dari kecil dengan keluarga dan dimana ketika dia
mencari kesembuhan, sampai berjumpa dengan Isa, harus pergi meninggalkan
keluarga, sampai menjadi penginjil. Bagi saudara yang belum memiliki bukunya,
ada dapat download secara gratis, buku ini format pdf 108 hal terjemahan bahasa
indonesia .. Download. Biarlah dari cerita ini iman kita kepada
Isa dan hidup takut akan Tuhan ada setiap kita. Amin
No comments:
Post a Comment