Teima kasih atas komentar yang telah memberi masukan, bagi saya pemilik blog ini, tentu saya juga tidak setuju dengan beberapa kata yang ditulis dibawa ini karena tidak sesuai dengan Alkitab. Oleh sebab itu jangan perna mencari kebenaran yang berupa argumen atau pendapat orang tetapi carilah kebenaran yang lahir dari roh. Banyak kesaksian di blog ini yang menceritakan tentang surga dan neraka, hal ini bisa menjadi masukan buat saudara bahwa surga dan neraka itu nyata.
Pendahuluan
Saat ini seringkali
muncul pertanyaan terkait surga, neraka, dan kehidupan setelah kematian.
Ke manakah roh
manusia setelah manusia mati?
Seperti apakah
surga dan neraka itu?
Apakah api
penyucian itu ada?
Apakah Allah yang
pengasih tega menyiksa orang selama-lamanya di neraka?
Dalam artikel ini
penulis akan memberikan analisis teologis mengenai isu-isu tersebut dan juga
membahas beberapa kesalah pahaman yang seringkali terjadi.
Setelah Kematian
Ke manakah roh
manusia setelah manusia mati?
Teologi katolik
menjawab bahwa roh manusia akan berada di api penyucian, baru kemudian masuk ke
surga. Bagaimanapun, pandangan ini tidak konsisten dengan Alkitab, murni hasil
pemikiran filosofis belaka (penulis akan membahasnya lebih mendalam di bagian
akhir artikel ini). Beberapa orang Kristen menjawab bahwa roh tersebut akan
menuju tempat penantian, di mana roh-roh tersebut menantikan penghakiman Allah
di akhir zaman. Pandangan inipun tidak konsisten dengan Alkitab. Tidak ada 1
ayatpun di Alkitab yang menyebutkan adanya tempat penantian tersebut. Baik
pandangan tentang api penyucian maupun tentang tempat penantian, keduanya
berkontradiksi dengan janji Yesus kepada orang yang disalibkan di sebelah-Nya.
Yesus menjanjikan
Yesus menjanjikan, “hari ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam
Firdaus” (Lukas 23:43).
Dari kata-kata
Yesus ini saja sudah jelas ke manakah roh manusia setelah mati: tentu saja
langsung menuju ke surga atau neraka!
Namun kita
seringkali dibingungkan dengan penghakiman terakhir di akhir zaman, di mana
disebutkan bahwa Tuhan akan menghakimi orang yang hidup maupun yang mati.
Jika manusia yang mati langsung menuju surga atau neraka,
kenapa mereka masih harus dihakimi lagi di akhir zaman?
Kita harus
mengingat bahwa Alkitab dengan konsisten menyebutkan bahwa di surga maupun
neraka akan ada tingkatan-tingkatan tertentu, yang diperuntukkan kepada tiap
orang sesuai dengan apa yang mereka hasilkan dalam hidup mereka di dunia. Jika
demikian, tentu tidak aneh jika orang yang sudah mati masih akan dihakimi lagi
di akhir zaman.
Mereka memang sudah
ditentukan masuk surga atau neraka, namun di akhir zaman mereka akan dihakimi
untuk menentukan tingkatan surga/neraka yang mana yang sesuai untuk mereka
(pembahasan mengenai penghakiman di akhir zaman akan dibahas lebih lanjut di
akhir artikel ini).
Neraka
Seperti apakah
neraka itu?
Ini adalah salah
satu hal yang paling sering disalah mengerti oleh orang-orang Kristen saat ini.
Neraka digambarkan sebagai tempat di mana orang-orang berdosa disiksa
selama-lamanya, mengalami penderitaan kekal oleh api yang tiada henti menyiksa
mereka. Tidak aneh ada orang-orang yang keberatan dengan iman Kristen karena
isu neraka ini.
Apakah Allah yang
pengasih begitu tega menyiksa orang sampai selama-lamanya hanya karena gagal
dalam kehidupan yang hanya 1 kali?
Sebagaimana yang
dikatakan oleh Charles Templeton, “Aku tidak mungkin memegangi tangan seseorang
di atas api sekejap pun. Tidak sekejap pun! Bagaimana bisa Allah yang pengasih
menyiksa anda selamanya—bahkan tidak membiarkan anda mati, tapi merasakan
penderitaan itu selama-lamanya? Tidak seorang kriminal pun yang mau melakukan
hal itu!”.
Gambaran neraka
tersebut benar-benar salah. Neraka bukanlah tempat penyiksaan. Neraka adalah
tempat di mana seseorang dipisahkan selama-lamanya dari hadirat Allah, namun
bukanlah tempat penyiksaan. Justru Allah menciptakan neraka karena Ia
menghormati kebebasan manusia. Neraka adalah tempat bagi orang-orang yang
selama hidupnya menolak Allah. Selama di dunia, mereka masih mempunyai beberapa
kebaikan hati dan moral oleh karena anugerah Allah, namun di akhir zaman,
mereka akan menjadi “dirinya sendiri”.
Mereka yang menolak
Allah akan menjadi jahat seluruhnya. Karena selama hidupnya mereka tidak mau
bersama Allah, apalagi setelah mati. Mereka akan lebih suka tinggal di neraka,
daripada bersama Allah di surga. Karena itulah Allah menciptakan neraka, untuk
memenuhi keinginan mereka sendiri. Dalam hidup mereka di dunia, tiap harinya
mereka tidak peduli tentang surga, di sanalah mereka membuat keputusan tiap
harinya untuk menolak surga dan lebih suka hidup untuk dirinya sendiri. Karena
itulah, Allah menuruti kemauan mereka, menyediakan tempat di mana mereka hidup
untuk dirinya sendiri, terlepas sepenuhnya dari Allah. Dan itulah neraka.
Dalam zaman modern
ini, kita cenderung mengartikan “kebaikan” sebagai hal-hal yang terkesan lembut
seperti kesabaran, kelemah lembutan, memaafkan, dan lain-lain, namun kita
seringkali lupa bahwa kebaikan juga mencakup keadilan dan rasa hormat pada
kebebasan dan pilihan seseorang. Di neraka memang tidak ada penyiksaan, namun
dipisahkan dari hadirat Allah adalah suatu derita yang melebihi apapun yang
dapat kita bayangkan. Mereka akan hidup selamanya dalam kekosongan, kehampaan,
tanpa ada satupun hal yang baik bagi mereka.
Berbagai gambaran
di Alkitab tentang neraka seperti api, ratap dan kertak gigi, (Matius 13:42;
Matius 24:51) bukanlah menunjukkan tentang siksaan kekal di neraka, melainkan
bermakna kiasan bahwa neraka adalah tempat keputusasaan yang tiada duanya.
Sebagai contoh, neraka digambarkan sebagai tempat dengan kegelapan total
(Matius 25:30; Matius 22:13), namun juga dipenuhi api (Wahyu 20:15).
Bagaimana mungkin?
Api pastilah akan memberikan cahaya. Yesus juga pernah menggambarkan neraka
sebagai tempat di mana cacing-cacing terus memakan daging manusia (Markus
9:48). Ini juga merupakan kiasan.
Pada zaman Yesus,
ada sistem saluran untuk mengalirkan darah dan lemak dari binatang-binatang
yang dikorbankan di bait Allah, saluran tersebut mengalirkannya ke luar tembok
kota, di mana semuanya dikumpulkan ke sebuah kolam. Di kolam itu ada
cacing-cacing yang terus memakannya. Tempat itu sangat mengerikan untuk
dilihat. Yesus menggunakan kiasan ini untuk mengatakan bahwa neraka itu lebih
menjijikkan daripada kolam tersebut.
Orang-orang yang
beranggapan bahwa neraka adalah tempat penyiksaan menganggap bahwa Allah
bagaikan seorang anak kecil yang mengatakan “kalau kau tidak mau menuruti
perintah-Ku, akan kusiksa kamu selama-lamanya dengan api neraka!”. Itu sama
sekali jauh dari kebenaran.
Selain itu, ada
juga orang-orang yang merasa keberatan dengan neraka karena mengira bahwa
setiap orang akan mengalami penderitaan yang sama di neraka. Seperti yang telah
disebutkan sebelumnya, bahwa di neraka ada tingkatan-tingkatan tertentu untuk
tiap orang sesuai dengan perbuatannya selama di dunia.
Kita bisa
mengetahuinya dari kata-kata Yesus di Matius 11:20-24. Beberapa orang lagi
bertanya, “Tidak bisakah Allah membuat semua orang masuk surga saja?”. Tindakan
seperti itu justru merupakan tindakan yang tidak bermoral bagi Allah. Itu
berarti Allah menciptakan manusia sebagai “mainan-mainan” yang dibuat hanya
untuk memenuhi tujuan-Nya sendiri, tanpa mempedulikan keinginan dan pilihan
manusia itu sendiri.
Selain itu, bagaimana
Allah bisa dianggap adil jika Ia hanya menyelamatkan semua orang tanpa ada yang
binasa? Penulis akan memberikan suatu analogi sederhana. Jika dalam pengadilan
ada seorang hakim yang selalu membebaskan terdakwanya, tidak ada yang dia
hukum, apa dia akan dianggap hakim yang baik dan adil? Sekali lagi penulis
menekankan bahwa dalam zaman modern sekarang ini, kita cenderung menganggap
kebaikan itu identik dengan hal-hal yang lembut seperti mengampuni, sabar, dan
lain-lain. Ini sangat menyimpang dari hakikat “kebaikan” yang sebenarnya.
Jika demikian,
kenapa Allah tidak memberikan kesempatan kedua kepada manusia? Perlu kita
perhatikan bahwa sebenarnya Allah pun merasa tidak nyaman dengan adanya neraka
(Matius 23:37; Yesaya 38:17; Yehezkiel 33:11; Yehezkiel 18:23). Disebutkan pula
bahwa Allah sudah memperpanjang kesempatan bagi orang-orang untuk bertobat
(Wahyu 10:6; Wahyu 6:10). Kita sebenarnya sudah melihat belas kasihan Allah di
sini.
Jika setelah
mendapat kesempatan itupun manusia masih tidak mau bertobat, kenapa Allah harus
memberi kesempatan kedua?
Selain itu, jika
Allah memberi mereka kesempatan kedua setelah mereka melihat mengerikannya
neraka itu, maka pertobatan orang-orang itu bukanlah berdasarkan ketulusan,
melainkan karena terpaksa, karena takut pada neraka. Pertobatan yang demikian
bukanlah pertobatan; itu tidak akan menghasilkan kasih kepada Allah.
Bisa disimpulkan bahwa keberadaan neraka bukanlah
menunjukkan bahwa Allah adalah pribadi yang kejam dan tidak berbelas kasihan.
Sebaliknya, Ia menciptakan neraka karena Ia menghormati kebebasan manusia yang
diciptakan-Nya. Ia tidak menciptakan manusia sebagai “mainan-mainan” yang
semata-mata digunakan-Nya hanya untuk memenuhi tujuan-Nya sendiri. Sebaliknya,
Ia memberikan manusia kebebasan untuk memilih dan memiliki sendiri tujuan
mereka.
Surga
Jika neraka adalah tempat di mana manusia dipisahkan dari
hadirat Allah, sebaliknya, surga adalah tempat di mana
manusia akan menikmati hadirat Allah selama-lamanya. Dan inilah kenikmatan
yang paling besar, suatu kenikmatan yang sungguh tidak terbayangkan. Sama
seperti neraka, di surga juga ada tingkatan-tingkatan tertentu. Kita bisa
mengetahui ini dari Lukas 12:47-48; 19:16-19; 1 Korintus 3:14-15. Manusia akan
dimuliakan di surga. Mungkin bagi kita, dimuliakan dan menikmati hadirat Allah
bukanlah sesuatu yang kelihatan begitu indah. Namun, kita harus ingat bahwa di
surga, kita tidaklah mendapat kemuliaan dunia, melainkan kemuliaan surga. Dan
keindahan hadirat Allah tersebut adalah sesuatu yang memuaskan seluruh perasaan
kita, yang kita tidak bisa membayangkannya saat ini.
Berbeda dari konsep
agama-agama lain, di mana kita berusaha melakukan berbagai hal untuk memperoleh
keselamatan; entah itu dengan berbuat baik, dengan memperoleh pengetahuan, atau
apapun; dalam Kristen, yang berperan dalam keselamatan kita adalah Sang Allah
sendiri. Saat di surga, kita akan menyadari betapa besar anugerah yang kita
terima, betapa sebenarnya kita tidak layak mendapat anugerah yang begitu besar.
Kita akan menyadari dengan sepenuhnya kebesaran Allah dalam karya
penciptaan-Nya, dalam kematian dan kebangkitan-Nya, dan keadilan-Nya di akhir
zaman di mana Ia akan melenyapkan dosa, maut, dan penderitaan, membawa kita
kepada kebahagiaan tertinggi di mana kita bisa bersama-Nya di surga.
Tidak ada lagi kesakitan, kehausan, kelaparan, kematian atau penderitaan apapun (Wahyu 21:4). Ini adalah konsep yang hanya ada dalam Kristen saja: Allah berinisiatif menyelamatkan manusia, rela mati untuk manusia, agar manusia bisa menikmati kebahagiaan tertinggi tersebut. Demikianlah di surga kita tidak akan lagi mengingini makanan, pujian, ataupun lainnya; sebaliknya, pikiran kita akan selalu dipenuhi rasa syukur dan kekaguman yang luar biasa akan anugerah Allah yang begitu besar. Inilah konsep surga yang paling indah, yang tidak ada dalam agama manapun selain Kristen.
Tidak ada lagi kesakitan, kehausan, kelaparan, kematian atau penderitaan apapun (Wahyu 21:4). Ini adalah konsep yang hanya ada dalam Kristen saja: Allah berinisiatif menyelamatkan manusia, rela mati untuk manusia, agar manusia bisa menikmati kebahagiaan tertinggi tersebut. Demikianlah di surga kita tidak akan lagi mengingini makanan, pujian, ataupun lainnya; sebaliknya, pikiran kita akan selalu dipenuhi rasa syukur dan kekaguman yang luar biasa akan anugerah Allah yang begitu besar. Inilah konsep surga yang paling indah, yang tidak ada dalam agama manapun selain Kristen.
Lalu, bagaimana dengan doktrin api penyucian?
Teologi katolik
mengatakan bahwa setelah kita mati, kita akan berada di api penyucian. Di api
penyucian ini kita akan mengalami siksaan api untuk melunasi akibat dosa kita.
Setelah dosa kita lunas terbayar di api penyucian barulah kita masuk ke surga. Seperti
sudah disebutkan sebelumnya bahwa api penyucian hanyalah murni pemikiran
filosofis belaka. Seperti yang sudah dijelaskan bahwa di neraka
sekalipun, Allah tidak menyiksa manusia dengan api. Karena itu, jika di neraka
saja manusia tidak disiksa, tentunya sangat aneh jika orang-orang benar yang
akan masuk surga justru mengalami penyiksaan api. Konsep api penyucian ini
tidak hanya tidak Alkitabiah, melainkan juga merendahkan nilai pengorbanan
Yesus. Yesus sudah tuntas menanggung akibat dosa kita (Yohanes 5:24; Ibrani
10:14); gagasan api penyucian merendahkan kecukupan karya Kristus ini. Alkitab
juga dengan konsisten menyebutkan bahwa kematian bagi orang benar merupakan
istirahat mereka, bukan saatnya untuk menanggung penyiksaan lagi. Daniel 12:13;
Wahyu 6:11, 14:13 menyebutkan hal ini.
Apa jelasnya yang akan terjadi di akhir zaman?
Di awal telah
disebutkan bahwa di akhir zaman akan ada penghakiman terakhir di mana
orang-orang akan ditentukan untuk mendapatkan tingkatan surga/neraka yang mana.
Selain dari itu, orang-orang benar yang sudah mati akan dibangkitkan (1
Korintus 15:35-58, Filipi 3:21). Roh
mereka yang sebenarnya sudah berada di surga akan kembali ke tubuh jasmani
mereka, lalu tubuh mereka akan diubah menjadi tubuh baru, tubuh yang sempurna,
tubuh yang sorgawi. Mungkin ini mengejutkan kita karena selama ini kita
berpikir bahwa kita hanya akan berupa roh di surga. Bagaimanapun, di Alkitab
jelas diceritakan bahwa Yesus dan Elia
naik ke surga tidak hanya rohnya saja, melainkan juga beserta dengan tubuh.
Kenapa perlu ada
penghakiman terakhir? Dalam penghakiman terakhir, Allah akan menunjukkan dengan
sempurna segala kebaikan dan keadilan-Nya. Saat itulah semua ciptaan akan
melihat dengan sempurna penggenapan semua janji-janji Allah dan penuntasan
karya-Nya.
Penutup
Artikel singkat ini
tidak mungkin cukup untuk mengulas habis semua teologi tentang surga dan
neraka. Seperti yang sudah penulis sebutkan bahwa penulis hanya bermaksud
menjawab beberapa kesalahpahaman yang umum terjadi dan beberapa pertanyaan yang
membingungkan kita, terutama yang membuat orang-orang meragukan bahkan menolak
iman Kristen. Penulis mengajak kita semua untuk tidak hanya memandang artikel
ini sebagai tambahan pengetahuan saja.
Mari kita merenungkan sejenak betapa besar anugerah Tuhan yang telah menebus dosa kita, menyediakan upah surga yang begitu indah, yang sebenarnya tidak pantas kita terima. Ia yang tetap mengasihi manusia-manusia berdosa, menyediakan neraka yang bukan merupakan tempat penyiksaan padahal sebenarnya Ia mempunyai hak dan kuasa untuk menyiksa mereka. Kiranya artikel ini membuat kita semakin menyadari kasih Allah bagi kita dan membuat kita senantiasa hidup dalam pengharapan kita akan keselamatan dari Allah.
Mari kita merenungkan sejenak betapa besar anugerah Tuhan yang telah menebus dosa kita, menyediakan upah surga yang begitu indah, yang sebenarnya tidak pantas kita terima. Ia yang tetap mengasihi manusia-manusia berdosa, menyediakan neraka yang bukan merupakan tempat penyiksaan padahal sebenarnya Ia mempunyai hak dan kuasa untuk menyiksa mereka. Kiranya artikel ini membuat kita semakin menyadari kasih Allah bagi kita dan membuat kita senantiasa hidup dalam pengharapan kita akan keselamatan dari Allah.
Sumber: http://sebandi2.blogspot.com
Kumpulan Kisah
Nyata:
No comments:
Post a Comment