Monday, November 12, 2012

Setelah Kematian: Surga dan Neraka

Teima kasih atas komentar yang telah memberi masukan, bagi saya pemilik blog ini, tentu saya juga tidak setuju dengan beberapa kata yang ditulis dibawa ini karena tidak sesuai dengan Alkitab. Oleh sebab itu jangan perna mencari kebenaran yang berupa argumen atau pendapat orang tetapi carilah kebenaran yang lahir dari roh. Banyak kesaksian di blog ini yang menceritakan tentang surga dan neraka, hal ini bisa menjadi masukan buat saudara bahwa surga dan neraka itu nyata.

By: Paulus Teguh Kurniawan
Pendahuluan
Saat ini seringkali muncul pertanyaan terkait surga, neraka, dan kehidupan setelah kematian.
Ke manakah roh manusia setelah manusia mati?
Seperti apakah surga dan neraka itu?
Apakah api penyucian itu ada?
Apakah Allah yang pengasih tega menyiksa orang selama-lamanya di neraka?
Dalam artikel ini penulis akan memberikan analisis teologis mengenai isu-isu tersebut dan juga membahas beberapa kesalah pahaman yang seringkali terjadi.

Setelah Kematian
Ke manakah roh manusia setelah manusia mati?
Teologi katolik menjawab bahwa roh manusia akan berada di api penyucian, baru kemudian masuk ke surga. Bagaimanapun, pandangan ini tidak konsisten dengan Alkitab, murni hasil pemikiran filosofis belaka (penulis akan membahasnya lebih mendalam di bagian akhir artikel ini). Beberapa orang Kristen menjawab bahwa roh tersebut akan menuju tempat penantian, di mana roh-roh tersebut menantikan penghakiman Allah di akhir zaman. Pandangan inipun tidak konsisten dengan Alkitab. Tidak ada 1 ayatpun di Alkitab yang menyebutkan adanya tempat penantian tersebut. Baik pandangan tentang api penyucian maupun tentang tempat penantian, keduanya berkontradiksi dengan janji Yesus kepada orang yang disalibkan di sebelah-Nya.

Yesus menjanjikan Yesus menjanjikan, “hari ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus” (Lukas 23:43).

Dari kata-kata Yesus ini saja sudah jelas ke manakah roh manusia setelah mati: tentu saja langsung menuju ke surga atau neraka!

Namun kita seringkali dibingungkan dengan penghakiman terakhir di akhir zaman, di mana disebutkan bahwa Tuhan akan menghakimi orang yang hidup maupun yang mati.

Jika manusia yang mati langsung menuju surga atau neraka, kenapa mereka masih harus dihakimi lagi di akhir zaman?

Kita harus mengingat bahwa Alkitab dengan konsisten menyebutkan bahwa di surga maupun neraka akan ada tingkatan-tingkatan tertentu, yang diperuntukkan kepada tiap orang sesuai dengan apa yang mereka hasilkan dalam hidup mereka di dunia. Jika demikian, tentu tidak aneh jika orang yang sudah mati masih akan dihakimi lagi di akhir zaman.
Mereka memang sudah ditentukan masuk surga atau neraka, namun di akhir zaman mereka akan dihakimi untuk menentukan tingkatan surga/neraka yang mana yang sesuai untuk mereka (pembahasan mengenai penghakiman di akhir zaman akan dibahas lebih lanjut di akhir artikel ini).

Neraka
Seperti apakah neraka itu?
Ini adalah salah satu hal yang paling sering disalah mengerti oleh orang-orang Kristen saat ini. Neraka digambarkan sebagai tempat di mana orang-orang berdosa disiksa selama-lamanya, mengalami penderitaan kekal oleh api yang tiada henti menyiksa mereka. Tidak aneh ada orang-orang yang keberatan dengan iman Kristen karena isu neraka ini.

Apakah Allah yang pengasih begitu tega menyiksa orang sampai selama-lamanya hanya karena gagal dalam kehidupan yang hanya 1 kali?

Sebagaimana yang dikatakan oleh Charles Templeton, “Aku tidak mungkin memegangi tangan seseorang di atas api sekejap pun. Tidak sekejap pun! Bagaimana bisa Allah yang pengasih menyiksa anda selamanya—bahkan tidak membiarkan anda mati, tapi merasakan penderitaan itu selama-lamanya? Tidak seorang kriminal pun yang mau melakukan hal itu!”.

Gambaran neraka tersebut benar-benar salah. Neraka bukanlah tempat penyiksaan. Neraka adalah tempat di mana seseorang dipisahkan selama-lamanya dari hadirat Allah, namun bukanlah tempat penyiksaan. Justru Allah menciptakan neraka karena Ia menghormati kebebasan manusia. Neraka adalah tempat bagi orang-orang yang selama hidupnya menolak Allah. Selama di dunia, mereka masih mempunyai beberapa kebaikan hati dan moral oleh karena anugerah Allah, namun di akhir zaman, mereka akan menjadi “dirinya sendiri”.
Mereka yang menolak Allah akan menjadi jahat seluruhnya. Karena selama hidupnya mereka tidak mau bersama Allah, apalagi setelah mati. Mereka akan lebih suka tinggal di neraka, daripada bersama Allah di surga. Karena itulah Allah menciptakan neraka, untuk memenuhi keinginan mereka sendiri. Dalam hidup mereka di dunia, tiap harinya mereka tidak peduli tentang surga, di sanalah mereka membuat keputusan tiap harinya untuk menolak surga dan lebih suka hidup untuk dirinya sendiri. Karena itulah, Allah menuruti kemauan mereka, menyediakan tempat di mana mereka hidup untuk dirinya sendiri, terlepas sepenuhnya dari Allah. Dan itulah neraka.

Dalam zaman modern ini, kita cenderung mengartikan “kebaikan” sebagai hal-hal yang terkesan lembut seperti kesabaran, kelemah lembutan, memaafkan, dan lain-lain, namun kita seringkali lupa bahwa kebaikan juga mencakup keadilan dan rasa hormat pada kebebasan dan pilihan seseorang. Di neraka memang tidak ada penyiksaan, namun dipisahkan dari hadirat Allah adalah suatu derita yang melebihi apapun yang dapat kita bayangkan. Mereka akan hidup selamanya dalam kekosongan, kehampaan, tanpa ada satupun hal yang baik bagi mereka.

Berbagai gambaran di Alkitab tentang neraka seperti api, ratap dan kertak gigi, (Matius 13:42; Matius 24:51) bukanlah menunjukkan tentang siksaan kekal di neraka, melainkan bermakna kiasan bahwa neraka adalah tempat keputusasaan yang tiada duanya. Sebagai contoh, neraka digambarkan sebagai tempat dengan kegelapan total (Matius 25:30; Matius 22:13), namun juga dipenuhi api (Wahyu 20:15).

Bagaimana mungkin? Api pastilah akan memberikan cahaya. Yesus juga pernah menggambarkan neraka sebagai tempat di mana cacing-cacing terus memakan daging manusia (Markus 9:48). Ini juga merupakan kiasan.

Pada zaman Yesus, ada sistem saluran untuk mengalirkan darah dan lemak dari binatang-binatang yang dikorbankan di bait Allah, saluran tersebut mengalirkannya ke luar tembok kota, di mana semuanya dikumpulkan ke sebuah kolam. Di kolam itu ada cacing-cacing yang terus memakannya. Tempat itu sangat mengerikan untuk dilihat. Yesus menggunakan kiasan ini untuk mengatakan bahwa neraka itu lebih menjijikkan daripada kolam tersebut.

Orang-orang yang beranggapan bahwa neraka adalah tempat penyiksaan menganggap bahwa Allah bagaikan seorang anak kecil yang mengatakan “kalau kau tidak mau menuruti perintah-Ku, akan kusiksa kamu selama-lamanya dengan api neraka!”. Itu sama sekali jauh dari kebenaran.

Selain itu, ada juga orang-orang yang merasa keberatan dengan neraka karena mengira bahwa setiap orang akan mengalami penderitaan yang sama di neraka. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, bahwa di neraka ada tingkatan-tingkatan tertentu untuk tiap orang sesuai dengan perbuatannya selama di dunia.

Kita bisa mengetahuinya dari kata-kata Yesus di Matius 11:20-24. Beberapa orang lagi bertanya, “Tidak bisakah Allah membuat semua orang masuk surga saja?”. Tindakan seperti itu justru merupakan tindakan yang tidak bermoral bagi Allah. Itu berarti Allah menciptakan manusia sebagai “mainan-mainan” yang dibuat hanya untuk memenuhi tujuan-Nya sendiri, tanpa mempedulikan keinginan dan pilihan manusia itu sendiri.

Selain itu, bagaimana Allah bisa dianggap adil jika Ia hanya menyelamatkan semua orang tanpa ada yang binasa? Penulis akan memberikan suatu analogi sederhana. Jika dalam pengadilan ada seorang hakim yang selalu membebaskan terdakwanya, tidak ada yang dia hukum, apa dia akan dianggap hakim yang baik dan adil? Sekali lagi penulis menekankan bahwa dalam zaman modern sekarang ini, kita cenderung menganggap kebaikan itu identik dengan hal-hal yang lembut seperti mengampuni, sabar, dan lain-lain. Ini sangat menyimpang dari hakikat “kebaikan” yang sebenarnya.

Jika demikian, kenapa Allah tidak memberikan kesempatan kedua kepada manusia? Perlu kita perhatikan bahwa sebenarnya Allah pun merasa tidak nyaman dengan adanya neraka (Matius 23:37; Yesaya 38:17; Yehezkiel 33:11; Yehezkiel 18:23). Disebutkan pula bahwa Allah sudah memperpanjang kesempatan bagi orang-orang untuk bertobat (Wahyu 10:6; Wahyu 6:10). Kita sebenarnya sudah melihat belas kasihan Allah di sini.

Jika setelah mendapat kesempatan itupun manusia masih tidak mau bertobat, kenapa Allah harus memberi kesempatan kedua?

Selain itu, jika Allah memberi mereka kesempatan kedua setelah mereka melihat mengerikannya neraka itu, maka pertobatan orang-orang itu bukanlah berdasarkan ketulusan, melainkan karena terpaksa, karena takut pada neraka. Pertobatan yang demikian bukanlah pertobatan; itu tidak akan menghasilkan kasih kepada Allah.

Bisa disimpulkan bahwa keberadaan neraka bukanlah menunjukkan bahwa Allah adalah pribadi yang kejam dan tidak berbelas kasihan. Sebaliknya, Ia menciptakan neraka karena Ia menghormati kebebasan manusia yang diciptakan-Nya. Ia tidak menciptakan manusia sebagai “mainan-mainan” yang semata-mata digunakan-Nya hanya untuk memenuhi tujuan-Nya sendiri. Sebaliknya, Ia memberikan manusia kebebasan untuk memilih dan memiliki sendiri tujuan mereka.

Surga
Jika neraka adalah tempat di mana manusia dipisahkan dari hadirat Allah, sebaliknya, surga adalah tempat di mana manusia akan menikmati hadirat Allah selama-lamanya. Dan inilah kenikmatan yang paling besar, suatu kenikmatan yang sungguh tidak terbayangkan. Sama seperti neraka, di surga juga ada tingkatan-tingkatan tertentu. Kita bisa mengetahui ini dari Lukas 12:47-48; 19:16-19; 1 Korintus 3:14-15. Manusia akan dimuliakan di surga. Mungkin bagi kita, dimuliakan dan menikmati hadirat Allah bukanlah sesuatu yang kelihatan begitu indah. Namun, kita harus ingat bahwa di surga, kita tidaklah mendapat kemuliaan dunia, melainkan kemuliaan surga. Dan keindahan hadirat Allah tersebut adalah sesuatu yang memuaskan seluruh perasaan kita, yang kita tidak bisa membayangkannya saat ini.

Berbeda dari konsep agama-agama lain, di mana kita berusaha melakukan berbagai hal untuk memperoleh keselamatan; entah itu dengan berbuat baik, dengan memperoleh pengetahuan, atau apapun; dalam Kristen, yang berperan dalam keselamatan kita adalah Sang Allah sendiri. Saat di surga, kita akan menyadari betapa besar anugerah yang kita terima, betapa sebenarnya kita tidak layak mendapat anugerah yang begitu besar. Kita akan menyadari dengan sepenuhnya kebesaran Allah dalam karya penciptaan-Nya, dalam kematian dan kebangkitan-Nya, dan keadilan-Nya di akhir zaman di mana Ia akan melenyapkan dosa, maut, dan penderitaan, membawa kita kepada kebahagiaan tertinggi di mana kita bisa bersama-Nya di surga. 

Tidak ada lagi kesakitan, kehausan, kelaparan, kematian atau penderitaan apapun (Wahyu 21:4). Ini adalah konsep yang hanya ada dalam Kristen saja: Allah berinisiatif menyelamatkan manusia, rela mati untuk manusia, agar manusia bisa menikmati kebahagiaan tertinggi tersebut. Demikianlah di surga kita tidak akan lagi mengingini makanan, pujian, ataupun lainnya; sebaliknya, pikiran kita akan selalu dipenuhi rasa syukur dan kekaguman yang luar biasa akan anugerah Allah yang begitu besar. Inilah konsep surga yang paling indah, yang tidak ada dalam agama manapun selain Kristen.

Lalu, bagaimana dengan doktrin api penyucian?
Teologi katolik mengatakan bahwa setelah kita mati, kita akan berada di api penyucian. Di api penyucian ini kita akan mengalami siksaan api untuk melunasi akibat dosa kita. Setelah dosa kita lunas terbayar di api penyucian barulah kita masuk ke surga. Seperti sudah disebutkan sebelumnya bahwa api penyucian hanyalah murni pemikiran filosofis belaka. Seperti yang sudah dijelaskan bahwa di neraka sekalipun, Allah tidak menyiksa manusia dengan api. Karena itu, jika di neraka saja manusia tidak disiksa, tentunya sangat aneh jika orang-orang benar yang akan masuk surga justru mengalami penyiksaan api. Konsep api penyucian ini tidak hanya tidak Alkitabiah, melainkan juga merendahkan nilai pengorbanan Yesus. Yesus sudah tuntas menanggung akibat dosa kita (Yohanes 5:24; Ibrani 10:14); gagasan api penyucian merendahkan kecukupan karya Kristus ini. Alkitab juga dengan konsisten menyebutkan bahwa kematian bagi orang benar merupakan istirahat mereka, bukan saatnya untuk menanggung penyiksaan lagi. Daniel 12:13; Wahyu 6:11, 14:13 menyebutkan hal ini.

Apa jelasnya yang akan terjadi di akhir zaman?
Di awal telah disebutkan bahwa di akhir zaman akan ada penghakiman terakhir di mana orang-orang akan ditentukan untuk mendapatkan tingkatan surga/neraka yang mana. Selain dari itu, orang-orang benar yang sudah mati akan dibangkitkan (1 Korintus 15:35-58, Filipi 3:21). Roh mereka yang sebenarnya sudah berada di surga akan kembali ke tubuh jasmani mereka, lalu tubuh mereka akan diubah menjadi tubuh baru, tubuh yang sempurna, tubuh yang sorgawi. Mungkin ini mengejutkan kita karena selama ini kita berpikir bahwa kita hanya akan berupa roh di surga. Bagaimanapun, di Alkitab jelas diceritakan bahwa Yesus dan Elia naik ke surga tidak hanya rohnya saja, melainkan juga beserta dengan tubuh.

Kenapa perlu ada penghakiman terakhir? Dalam penghakiman terakhir, Allah akan menunjukkan dengan sempurna segala kebaikan dan keadilan-Nya. Saat itulah semua ciptaan akan melihat dengan sempurna penggenapan semua janji-janji Allah dan penuntasan karya-Nya.

Penutup
Artikel singkat ini tidak mungkin cukup untuk mengulas habis semua teologi tentang surga dan neraka. Seperti yang sudah penulis sebutkan bahwa penulis hanya bermaksud menjawab beberapa kesalahpahaman yang umum terjadi dan beberapa pertanyaan yang membingungkan kita, terutama yang membuat orang-orang meragukan bahkan menolak iman Kristen. Penulis mengajak kita semua untuk tidak hanya memandang artikel ini sebagai tambahan pengetahuan saja. 

Mari kita merenungkan sejenak betapa besar anugerah Tuhan yang telah menebus dosa kita, menyediakan upah surga yang begitu indah, yang sebenarnya tidak pantas kita terima. Ia yang tetap mengasihi manusia-manusia berdosa, menyediakan neraka yang bukan merupakan tempat penyiksaan padahal sebenarnya Ia mempunyai hak dan kuasa untuk menyiksa mereka. Kiranya artikel ini membuat kita semakin menyadari kasih Allah bagi kita dan membuat kita senantiasa hidup dalam pengharapan kita akan keselamatan dari Allah.
Sumber: http://sebandi2.blogspot.com

Kumpulan Kisah Nyata:

No comments:

Post a Comment