Kesaksian, tas yang hilang di
restoran. Dan di dalam tas tersebut ada paspor dan visa, ini adalah dokumen
yang sangat penting bagi mereka yang pergi keluar negeri. Anda ingin tahu jalan
cerita bagaimana tas tersebut bisa kembali?.. Baca di bawah ini, kisah ini diambil dari judul buku 12 Gerbang ILAHI. Pdt.
Petrus Agung Purnomo menceritakan kejadian yang di alami ketika berada di
negara Jerman.
Makan Pagi di Restoran
Akhir Juni 2008, saya diudang ke
Jerman sebelum saya ke Amerika untuk suatu pelayanan. Di suatu hari, pada waktu
makan pagi, saya menaruh tas saya di kursi restoran Hotel di mana saya menginap,
lalu mengambil makanan.
Dalam waktu kurang dari tiga menit, saya kembali ke kursi, dan tas saya sudah tidak ada. Saya cukup panik, bukan karena tasnya, tetapi karena paspor dan visa Amerika yang ada dalam tas itu. Masalahnya, setelah dari Jerman saya akan pulang ke Indonesia beberapa hari, kemudian harus segera ke Amerika. Pada waktu saya tahu tas itu tidak ada, saya mencoba mencari sebisa-bisanya, tetapi tidak menemukannya. Lalu saya lapor ke security hotel. Mereka mencarinya, tetapi tidak menemukannya juga. Panitia yang mengundang saya datang membantu. Setelah berputar-putar kurang lebih satu jam, tetap saja tidak ditemukan. Akhirnya, mereka menelepon polisi.
Dalam waktu kurang dari tiga menit, saya kembali ke kursi, dan tas saya sudah tidak ada. Saya cukup panik, bukan karena tasnya, tetapi karena paspor dan visa Amerika yang ada dalam tas itu. Masalahnya, setelah dari Jerman saya akan pulang ke Indonesia beberapa hari, kemudian harus segera ke Amerika. Pada waktu saya tahu tas itu tidak ada, saya mencoba mencari sebisa-bisanya, tetapi tidak menemukannya. Lalu saya lapor ke security hotel. Mereka mencarinya, tetapi tidak menemukannya juga. Panitia yang mengundang saya datang membantu. Setelah berputar-putar kurang lebih satu jam, tetap saja tidak ditemukan. Akhirnya, mereka menelepon polisi.
Kami terus saja mencari di sekitar
Hotel, tempat parkir dan tong-tong sampah pun kami periksa, tetapi tidak
temukan juga. Setelah semua usaha tidak berhasil, saya mengingatkan Tuhan dalam
doa. Doa seperti ini selalu terakhir saya ucapkan di saat-saat genting, di saat
sudah sangat terdesak dan tidak berdaya. Saya datang kepada Tahan dan berkata: “Tuhan, aku ini hamba-Mu. Kemanapun aku
pergi bukan karena kehendakku. Sekalipun dagingku ke sana dan ke situ, tetapi
kaki ini tidak akan pernah melangkah kemana pun tanpa aba-aba dari-Mu.
Engkau tahu keadaanku sekarang; tasku hilang, pasporku hilang.”
Hari itu adalah hari Sabtu. Saya
mulai berpikir, bahwa dalam dua hari saya tidak akan berbuat apa-apa. Besoknya,
seharusnya saya ke Belanda dan hari Selasa pulang ke Indonesia. Dalam hal ini
saya mengatakan, tidak mungkin membuat paspor baru dalam satu hari, apalagi
melewati akhir minggu. Biasanya pembuatan paspor perlu waktu dua minggu, tidak
mungkin lebih cepat atau di percepat. Kalau pun jadi dalam satu hari, masih
mengurus visa Amerika. Jadi, secara manusiawi tidak mungkin beberapa hari,
paling cepat tiga minggu sampai sebulan barulah paspor dan visanya jadi.
Padahal saya membutuhkannya minggu berikutnya!
Dalam keadaan tanpa harapan, saya
hanya bisa diam dan bertanya dalam doa: “ Tuhan, apa yang harus aku perbuat?”
Tidak ada jawaban. Saat itu, saya hanya duduk di mobil dan berkata lagi: “Tuhan, aku hamba-Mu. Apa pun yang aku
alami, jika tidak seijin-Mu tidak mungkin terjadi. Sekarang, saya harapkan
semuanya kepada-Mu. Jika Engkau mau aku ke Amerika, Engkau pasti akan menolong,
bagaimana pun caranya. Apa pun keputusan-Mu, Engkau yang berdaulat. Jika
tiba waktunya ke Amerika dan aku tidak punya paspor dan visa, maka aku tidak
akan berangkat.”
Saya tidak menyalahkan Tuhan, karena
saya tahu Tuhan tidak pernah bersalah. Mengomel? untuk apa, itu sama sekali
tidak menolong apa-apa. Saya juga tidak marah kepada siapa pun, karena tidak
ada yang salah, kecuali yang mengambil tas
itu, ketika dia memegang tas itu, harap saya. Biarlah dia menjadi pendeta dan
kemudian dapat bersaksi: “Dulu saya ahli mencuri dan sekarang menjadi pendeta.”
Saya serakang semua kepada Tuhan dan saya anggap selesai.
Jika kita sudah menyerahkan kepada Tuhan,
jangan terus-menerus bertanya: “Piye Tuhan” (Bagaimana Tuhan?) Sikap ini
sungguh merepotkan diri sendiri. Seringkali kita membuat kesalahan dalam hal
ini. Seperti seseorang yang menanam kacang, dan setiap hari dia mencungkili
biji kacang itu dari tanah, hanya
mengetahui kacangnya sudah bertumbuh atau belum? Lalu menanam kembali, tetapi
besoknya ia mencungkilinya kembali. Lama-kelamaan, biji itu membusuk dan tidak
akan pernah bertumbuh.
Kembali ketempat Retreat
Sesudah menyerahkan semuanya kepada
Tuhan, kami kembali ke tempat retreat. Saya akan berkhotbah, dan saya sudah
kehilangan satu sesi karena mencoba mencari tas yang hilang, selanjutnya jangan
sampai kehilangan sesi yang kedua. Sesampai di sana, saya pinjam Alkitab,
kemudian berkhotbah.
Aneh sekali yang terjadi pada saya
hari ini. Pada umumnya, jika seseorang mengalami apa yang saya alami, pasti
akan kalut. Saya sendiri tampak panik, dan itu sesuatu yang lumrah. Tetapi
anehnya, hati saya biasa ‘dibungkus’ Tuhan sedemikian lupa, sehingga saya tidak
gelisah, tidak marah, tidak kesak dan bisa berkhotbah dengan cool sekali,
seperti tidak terjadi apa-apa. Sampai saya mencubit badan saya beberapa kali
untuk memastikan, bahwa saya tidak sedang bermimpi. Ini benar-benar terjadi, benar-benar
saya alami.
Para peserta retreat malahan tegang,
karena rupanya mereka diberitahu bahwa pembicaranya kehilangan tas yang berisi
dokumen penting, dan kemudian mereka mendoakan saya. Begitu saya tiba dilokasi
retreat, mereka mengerti bahwa saya memang belum menemukan, karena saya tidak
membawanya seperti pada sesi-sesi sebelumnya. Nampaknya, mereka juga mengerti,
bahwa saya meminjam Alkitab, karena jelas tidak sama dengan yang dipakai
sebelumnya. Tetapi saya juga heran, sambil berkhotbah saya bertanya-tanya:
“Kenapa aku koq tidak gelisah, ya?” Jelas ini bukan manusiawi, karena manusia
jasmani kita tidak akan kuat, tidak akan tahan dan pasti akan gelisah.
Tas ditemukan
Di tengah-tengah khotbah, tiba-tiba
pintu dibuka dan Ketua Panitia masuk ke ruangan. Dia berkata: “Pak, maaf,
interupsi!” Seumur hidup, saya tidak pernah diinterupsi orang dalam khotbah.
Jadi saya berhenti, sebab dia berteriak cukup latang. Saya lalu bertanya: “Ada
apa?” “Tas Bapak ketemu. Paspor, Alkitab, PDA, semuanya ada.” Saya menjawab:
“Jika ada berita seperti itu dan kamu interupsi khotbah, dosamu diampuni.”
Pencurunya profesional sekali. Hanya
dalam hitungan waktu 15 menit, dari saat terakhir saya melihat tas saya sampai
kemudian hilang dan ditemukan, tas itu sudah ada di hotel lain yang jaraknya
palin cepat 15 menit naik mobil. Ditaruhnya tas itu ditempat parkir, diambilnya
uangnya, dan mungkin dia kecewa sebab tidak terlalu banyak, sedangkan PDA,
Alkitab dan paspor, semuanya dibiarkan disitu. Dia taruh saja dan ditinggalkan
pergi. Ada seseorang entah siapa. sedang memarkir mobilnya melihat tas itu di
situ. Lalu dibawa orang itu ke hotel dan ternyata hotel itu sedang mengadakan
pameran. Jadi dia masuk kedalam dan melapor ke security: “Aku menemukan tas
ini” Ketika dilihat ada paspor dan foto
saya yang mungkin ternyenyum dan berkata: “Kembalikan aku!”, akhirnya anggota
security itu melapor ke polisi. Maka, polisi yang sudah menerima laporan adanya
barang hilang segera juga melaporkan bahwa barangnya sudah ditemukan.
Peserta retreat berkata: “Ini mujizat.
Karena tidak biasanya dibuang begitu dekat. Kalaupun ditemukan, paling-paling
dua tahun kemudian. Pernah terjadi, yang paling cepat dua bulan dan di temukan
di tong sampah. Beruntung belum dibawa sampahnya.”
Hanya dalam waktu kurang dari 30
menit, tas yang hilang ditemukan dan saya mendapatkan kembali paspor saya. Saya
angkat paspornya di hadapan Tuhan dan berkata: “Tuhan, aku membuktikan lagi
hari ini, jika Engkau berkata, ‘berangkat, Nak,’ maka akan ditemukan juga, jika
engkau berkata, ‘tidak berangkat, Nak,’ maka mungkin tidak pernah akan pernah ditemukan.” Dan lagi hari
itu, kambali saya berkata kepada Tuhan: “Tuhan,
hidupku ini ada dalam tangan-Mu. Apapun keputusan-Mu, itulah yang akan
terjadi.” Setan boleh merekah-rekah yang jahat, tetapi jika Tuhan berkata,
“Selalu akan terjadi kebaikan dalam hidupmu,” maka pada akhirnya akan terjadi
kebaikan yang justru luar biasa.
Belajar arti Menyerah kepada Tuhan
Keadaan boleh menekan seberat apa pun,
tetapi harus selalu ingat, bahwa Anda memiliki Yesus Kristus, Iman Besar Agung,
dan Ia berkata: “Aku pulihkan. Supaya setiap saat, apapun yang engkau alami,
datanglah kepada-Ku dan katakan: “Bapa, ya Abba Bappa...” Berserahlah kepada
Tuhan, dan lepaskan kekuatiranmu, maka Anda akan melihat Tuhan.
Jika kita ragu-ragu, kita seperti
tanaman yang setiap hari dibongkar, sehingga menjadi busuk. Sekali kita berani
melepaskan semuanya, lepaskan saja. Jika kita terus ikut campur tangan dengan
kekuatan kita, tidak akan berguna banyak. Sampai hari ini, saya terus belajar apa artinya menyerah kepada Tuhan.
Jika kita menghadapi persoalan, tantangan dan kesulitan apapun hari-hari ini,
saya mengajak Anda mencari Tuhan dan belajar menyerah kepada Tuhan. Dan Anda bisa mulai dari sekarang, tidak
perlu menunggu besok, tetapi sekarang! Berserah kepada Tuhan dan katakan
“Tuhan, jika bukan Engkau, siapa lagi?”
Saat Anda bertemu dengan Tuhan tidak ada lagi arogansi dan
kesombongan dan keangkuhan, yang ada kita merendah, dan tersungkur di bawah
kaki-Nya. Di
situ kita akan mengerti, bahwa justru itulah saatnya dimana Dia menyatakan
kuasa-Nya dengan cara yang luar biasa.
Sayangnya banyak orang berkata: “Saya
berdoa dan tidak merakan apa-apa. Saya berdoa dan tidak ada hadirat Tuhan. Saya
berdoa dan tidak pernah lagi mendengar Tuhan bicara. “Bahkan beberapa orang
begitu frustasi dan berkata: “Mungkin para pendeta itu hanya mengarang saja.
Sebenarnya ia tidak pernah mendengar suara Tuhan bicara, buktinya saya tidak
pernah mendengar Tahan bicara.”
Harus dimengerti bahwa pengalaman
Anda bukanlah suatu yang lebih hebat dari apa yang Alkitab nyatakan. Pengalaman
kita tidak akan pernah bisa mengubah apa yang Tuhan katakan. Jika Dia berkata:
“Aku berbicara kepada anak-anak-Ku,” maka itu berarti Dia sungguh-sungguh
berbicara kepada kita. Biar hati kita belajar mengenal Tuhan kita. Amin
Catatan:
Pdt. Drs. Petrus Agung Purnomo, lahir
baru pada usia 17 tahun. Selesai menyelesaikan pendidikan sarjana, dia
mengabdikan dirinya sepenuh waktu melayani Tuhan. Injil membawanya keseluruh
indonesia, bahkan ke puluhan negara di dunia. Tahun 1991, merintis gereja JKI
Injil Kerajaan di Semarang dan Tuhan berkati dengan pertumbuhan yang luar
biasa. Gedung gereja Holy Stadium dibangun dalam anugerah Tuhan dengan
kapasitas 12.000 tempat duduk. Tuhan memberkati luar biasa sehingga pelayanan
di gereja berkembang menjadi alat perubahan dan trasformasi masyarakat.
Kumpulan Kisah Nyata:
Tuhan hadir dalam mimpiku "Kesaksian orang Arab"
No comments:
Post a Comment