Kotbah Pdt. Petrus Agung Purnomo
Minggu itu mereka sibuknya luar biasa, sampai pada waktu mereka ke Air Port, terbang ke jakarta, sejak pada waktu itu menjelang tengah hari saya di telpon,
Anak: papi kami sudah di Air Port,
rupaya, mereka lupa minta duit. Sebenarnya hal tersebut hampir sama dengan orang kristen yang tinggal meminta kepada Tuhan.
Anak: kan papi janji nanti, papi beri uang ketika kami mau berangkat, ini lupa lalu
Saudara mengerti ga, ada dimensi yang saya memahami sedangkan anakku belum mengerti, lalu kemudian mereka ngotot.
Anak: ini bagaimana pi, batal berangkat ke jakarta,
Ketita saya matikan Telpon, lalu saya menelepon teman saya yang menjemput anak-anak di air port, saya katakan kepada dia, nanti saya akan mengirim duit ke no rekening kamu, jadi kalau kamu sudah sampai di air port, mapir ke ATM, ambil duitnya, isi di amplop, kasi anak saya, dan bilang ini dari papinya.Saya perkirakan ketika anak saya baru saja mau berangkat ke jakarta, duitnya suda ada sama teman saya di jakarta. Anak saya sampai di air port, mereka telpon saya.
Anak: papi kami sudah sampai di jakarta,
Kemudian anakku, mematikan telponnya, ambil barang, saya tidak berpindah dari kursi saya di kantor, selama mereka terbang, saya ada urusan di kantor, saya duduk tinggal memegang telpon, sedangkan anak saya sedang kuatir, aku cuma tenang-tenang saja. Sampai dibandara teman saya jemput, lalu kasih amplop, katakan ini dari papi, ko bisa. Teman saya ceritakan semuanya, kepada dia dan dia katakan, ada begitu to, lalu anak saya telpon, papi, lalu saya katakan sudah heppy, ya, sekarang aku belanja ya, sudah itu tidak minta terima kasih.
Kalau
kita orang percaya bisa menyadari, betapa eror diri kita, sebetulnya itu adalah
posisi yang sudah lumayang, kerena untuk mencapai kepada titik kesadarang tidak
banyak orang yang dapat mencapai sampai kepada, titik tersebut. Kebanyakan
manusia merasa dirinya baik, merasa dirinya sudah hebat, dan merasa dirinya
suda luar biasa, sehingga kita tidak membutukan pertobatan setiap saat, kalau
kita mengalami apapun yang salah orang lain
dan Tuhan yang salah.
Ada dimensi-dimensi Ilahi yang ternyata
tidak dapat disentuh dengan dimensi manusia kita, dan pada waktu kita tidak
dapat menyentuhnya, itu adalah awal dimana kita merasa kacau, bimbang, kuatir,
dan takut. Tetapi sesungguhnya kalau kita belajar kenal Tuhan, maka makin lama
ada akan makin kenal dimensi Tuhan yang tidak terselami oleh cara berfikir kita,
tetapi kenyataan itu fakta itu tidak pernah berubah, Tuhan tetaplah Tuhan yang
sempurna dan luar biasa.
Saya memiliki pengalaman kecil
beberapa tahun yang lalu, waktu itu anak saya masih kecil sehingga mereka belum
memiliki kartu ATM, sehingga mereka
jalani hidup mereka sebagai anak-anak.
Anak: papi, nanti minggu depan
kami mau berankat ke jakarta untuk belanjakan beberapa hal untuk di pakai pelayanan,
Saya: oh
ya,
Anak: nah,
duitnya,
Saya: ya
sudah, nanti sebelum berangkat, ke jakarta, temui papi lagi, untuk kasih
duitnya.
Minggu itu mereka sibuknya luar biasa, sampai pada waktu mereka ke Air Port, terbang ke jakarta, sejak pada waktu itu menjelang tengah hari saya di telpon,
Anak: papi kami sudah di Air Port,
Saya: mau
kemana,
Anak: kan
kejakarta,
Saya: hati-hati,
Anak: ko
hati-hati, duitnya mana,
rupaya, mereka lupa minta duit. Sebenarnya hal tersebut hampir sama dengan orang kristen yang tinggal meminta kepada Tuhan.
Anak: kan papi janji nanti, papi beri uang ketika kami mau berangkat, ini lupa lalu
mereka ngotot bilang papi bisakah,
nyusul ke air port sekarang, bawa duitnya,
Saya:
kamu bording jam berapa,
Anak: sudah
dipanggil,
Saya: lah
percuma bapak, sampai di air port kamu sudah naik pesawat,
Anak: ga
bisa, terus gimana, mau belanja tidak ada duitnya,
Saya: bilang
sudah tenang nantikan sumua beres,
Anak: tidak
bisah pi tidak ada duwit sama sekali di aku, sampai di jakarta nyuruh ngapain,
Saya: ya
belanja.
Saudara mengerti ga, ada dimensi yang saya memahami sedangkan anakku belum mengerti, lalu kemudian mereka ngotot.
Anak: ini bagaimana pi, batal berangkat ke jakarta,
Saya:
jangan,
Anak: duitnya
mana,
Saya: sudah
berangkat, nanti papi tanggung jawab.
Ketita saya matikan Telpon, lalu saya menelepon teman saya yang menjemput anak-anak di air port, saya katakan kepada dia, nanti saya akan mengirim duit ke no rekening kamu, jadi kalau kamu sudah sampai di air port, mapir ke ATM, ambil duitnya, isi di amplop, kasi anak saya, dan bilang ini dari papinya.Saya perkirakan ketika anak saya baru saja mau berangkat ke jakarta, duitnya suda ada sama teman saya di jakarta. Anak saya sampai di air port, mereka telpon saya.
Anak: papi kami sudah sampai di jakarta,
Saya: Puji
Tuhan,
Anak: ko
Puji Tuhan, duitnya,
Saya:
yang penting kamu selamat sampai ke jakarta,
Anak: duitnya,
Saya: tenang,
lalu saya bilang, apakah selama ini papi pernah menngecewakanmu,
Anak: bulum,
mukin kali ini,
Saya: yang
lupa siapa,
Anak: memang
yang lupa aku, tetapi papi terlalu anggap biasa,
Saya: memang bengini bapakmu ini, tenang saja,
Anak: ko
tidak perduli,
Saya: peduli,
Anak: aku
ngapain sekarang, tidak punya duit ya belanja,
Saya: sudah,
ambil kopermu dulu, jangan sampai lupa, ada yang jemput kamu,
Anak: apa
minta duitnya sama teman papi
Saya: ga juga, nanti sampai di luar kalian rundinkan mau belanja di mana
Anak: papi
ko aneh,
Saya: ya, sudah ambil barang
Kemudian anakku, mematikan telponnya, ambil barang, saya tidak berpindah dari kursi saya di kantor, selama mereka terbang, saya ada urusan di kantor, saya duduk tinggal memegang telpon, sedangkan anak saya sedang kuatir, aku cuma tenang-tenang saja. Sampai dibandara teman saya jemput, lalu kasih amplop, katakan ini dari papi, ko bisa. Teman saya ceritakan semuanya, kepada dia dan dia katakan, ada begitu to, lalu anak saya telpon, papi, lalu saya katakan sudah heppy, ya, sekarang aku belanja ya, sudah itu tidak minta terima kasih.
Apa yang saya ceritakan adalah suatu
gambaran dimensi yang kita sebagai anak-anak tidak dapat mengerti dan kenal,
ketika Tuhan memakai dimensi itu, membuat kita tidak tenang, panik, kuatir, dan
kita berpikir, apakah Tuhan tidak peduli dengan kita, persoalan kita. Padahal
kita yang parah, tidak mengerti dimensi Tuhan. Ini adalah sesuatu warna yang
sering muncul di tengah orang-orang percaya. Membuat kita kecewa, hari itu
kalau anak saya katakan saya batal ke jakarta, apa yang terjadi dia tidak
mendapat apa-apa yang seharusnya dia dapatkan, paling tidak dia turuti dan di
paksa oleh keadaan dia harus ke jakarta, dan dia dibuktikan, bahwa tidak
seperti yang dia bayangkan.
Hidup kita dengan Tuhan persiis sama,
ada banyak hal dalam kehidupan kita ini yang dimensi Ilahi, kita tidak bisa
raba, ketika Tuhan bergerak dengan dimensi itu, kita katakan Tuhan tidak peduli
dengan kita, dan kita mengatakan Tuhan sudah tidak sayang dengan kita. Salah,
percayalah, kita punya Yesus yang luar biasa. Amin... Gratis
Download Mp3 Kotbah
Kumpulan Kisah Nyata:
No comments:
Post a Comment