Saya dilahirkan
dari sebuah keluarga kristen yang taat beribadah. Orang tua saya adalah hamba
Tuhan disalah satu gereja di kota sala tiga. Sewaktu kecil saya diwajibkan
untuk datang kesetiap ibadah dan dudukpun didepan dibaris paling depan.
Sejak
kecil, saya memang suda terbiasa dengan suasana beribadah dalam gereja karena
dikeluarga saya setiap hari diadakan ibadah. Hal ini membuat saya rasakan hari
diadakan ibadah. Hal tersebut akhirnya saya rasakan hanya sebagai sebuah
kebiasaan yang terjadi sebuah rutinitas. Saya menaikan pujian dan penyembahan
hanya sebatas penjiwaan atau merasakan dengan pikiran dan pemahaman serta emosi
saya saja.
Dan tibalah saatnya saya merasakan ibadah itu kegiatan rutin yang membosankan. Saya juga merasa kering bahkan saya juga sering beribadah tampa merasakan sesuatu apapun. Puji Tuhan hal tersebut tidak berlangsung terlalu lama. Kondisi tersebut terjadi karena saya belum lahir baru. Saya belum menjadi penyembah yang benar namun suda mencoba menyembah dengan kekuatan dan cara saya sendiri.
Dan tibalah saatnya saya merasakan ibadah itu kegiatan rutin yang membosankan. Saya juga merasa kering bahkan saya juga sering beribadah tampa merasakan sesuatu apapun. Puji Tuhan hal tersebut tidak berlangsung terlalu lama. Kondisi tersebut terjadi karena saya belum lahir baru. Saya belum menjadi penyembah yang benar namun suda mencoba menyembah dengan kekuatan dan cara saya sendiri.
Menjelang
masuk kemasa remaja, Tuhan mengubah cara penyembahan saya yang kering dan
membosankan tiba-tiba, Tuhan menjamah
hati saya, Dia masuk kedalam hati saya dan melembutkannya sehingga saya
merasakan jatuh cinta kepada Tuhan dan saya lahir baru. Mulai saat itu ketika
saya menyembah, saya merasakan kebosanan saya telah hilang. Saat saya naikan
pujian, saya dapat merasakan hadirat Tuhan dalam hidup saya. Saranya saya
begitu rindu dan ingin jumpa dengan Tuhan serta menyanyi, memuji-muji Tuhan.
Meskipun
hanya menyanyikan lagu-lagu sederhana yang diiringi dengan alunan gitar, hal
tersebut tidak mempengaruhi penyembahan saya kepada Tuhan. Saya tahu hadirat
Tuhan jauh melampui aturan-aturan liturgi penyembah, melampui lagu sederhana
yang kita naikan karena yang penting bagi Tuhan adalah hati yang mau menyembah.
Seorang penyembah yang
benar adalah penyembah yang hatinya bisa selaras denga Tuhan.
Misalnya, seperti saat akan melayani, saya pasti mempersiapkan diri dulu, saya
menantikan Tuhan sampai ada urapan yang turun atas saya.
Bagi
saya, biasanya saya rasakan urapan dari kepala turun mengalir kelengan dan
tangan saya. Atau pada saya melayani khotbah atau memimpin pujian, pertama-tama
saya akan ajak jemaat untuk berdoa, memuji, dan menyembah Tuhan, sampai mereka
merasakan kehadiran Tuhan. Kami bisa sama-sama merasakan jamahan Tuhan.
Uarapan
itu datang kapan saja, bisa diawal, bisa saat pujian atau penyembahan bisa juga
ketika kita berdoa dan berdiam diri dihadapan Tuhan. Inilah yang saya sebut
dengan penyembahan yang benar, yang hatinya bisa selaras dengan hati Tuhan
dalam penyembahan sehingga urapan Tahan bisa turun atas hidup kita.
Tetapi saatnya akan datang
dan sudah tiba sekarang, bahwa penyembah-penyembah benar akan menyembah Bapa
dalam roh dan kebenaran; sebab Bapa menghendaki penyembah-penyembah demikian.
Yohanaes 4:23
Kumpulan
Kisah Nyata:
No comments:
Post a Comment