Kesaksian dari seorang gangster asal Jepang, dia memiliki sifat kejam lalu diubahkan oleh Tuhan menjadi seorang penginjil jalanan dan menjadi salah satu
pendiri Prison Fellowship Jepang.
Menjadi
Mafia di Jepang
Tidak lama kemudan ia menjadi anggota
dari "Yakuza," yang dikenal sebagai Mafia Jepang yang terkenal.
"Saya menembak dan membunuh serta melukai banyak orang," akunya,
"Saya mencuri, merampok, dan melakukan banyak kejahatan." Sebagai
penjudi kelas berat dengan gaya hidup yang tinggi-, akumulasi utangnya mencapai
lebih dari $ 2 juta dolar (AS).
Setelah melanggar aturan Yuzuka dengan
berteman dengan bos geng lain, Suzuki terpaksa bersembunyi, melarikan diri ke
Tokyo dan meninggalkan istri dan anaknya. Khawatir bahwa "Yakuza"
akan menemukan lokasi dan membunuhnya, Suzuki merasa putus asa. "Kecemasan
karena merasa saya akan dibunuh kapan saja mendorong saya untuk mengkonsumsi
obat-obatan," kenangnya, "Saya sangat tertekan dan ingin bunuh
diri."
Suatu hari, merasa sedih dan sendirian,
ia mencari perlindungan di gereja yang terjepit di antara rumah bordil dan
tempat perjudian. Dia teringat kuasa doa yang telah bertahun-tahun dialami
istrinya ketika pendetanya berdoa untuk penyembuhan dari tempurung lutut yang
patah dan membuat pemulihan penuh.
Pertobatan
Begitu berada di dalam gereja ia pingsan
di depan salib, menangis atas kesalahan yang telah dilakukannya, yakin bahwa ia
tidak layak untuk berdoa kepada Tuhan. Ketika seorang hamba Tuhan mendekatinya,
Suzuki berteriak bahwa ia tidak bisa dipulihkan lagi. Hamba Tuhan ini
mengatakan kepadanya terlepas dari latar belakangnya dan perbuatan mengerikan
yang telah ia lakukan, Allah masih mengasihinya. "Alkitab mengatakan
engkau berharga," sang Pastor meyakinkan dia. Suzuki percaya, tapi dia
bilang, "Saya ingin percaya itu sebagai kebenaran."
Akhirnya Suzuki memperoleh keberanian
untuk kembali ke Osaka untuk menemui istri dan putrinya. Meskipun mereka berdua
pindah ke Korea, istri dan putrinya kebetulan mengunjungi Osaka saat Suzuki
datang mencari mereka. "Ajaibnya, istri saya menerima saya dengan
hangat," katanya, sesuatu yang mendalam menegaskan keyakinan barunya.
Suzuki membawa mereka ke Tokyo untuk
memulai hidup baru bersama-sama. Kehidupan barunya membawanya ke sekolah
teologia dan akhirnya ia mendirikan 'Misi Barabas', suatu penjangkauan Kristen
bagi anak-anak nakal, anggota geng, dan orang-orang dalam kesulitan. Seperti
Barabas, orang yang dibebaskan dari
hukuman, Misi Barabas terdiri dari mantan anggota Yakuza yang telah dibebaskan
oleh Kristus dari hidup mereka yang penuh kejahatan.
Meskipun ia diusir dari Yakuza, Suzuki
tidak takut akan pembalasan dendam mereka. "Sekarang Tuhan melindungi
saya,". Setelah beberapa tahun kontak dengan Prison Fellowship
International, Suzuki dengan mantan koleganya Yakuza mendirikan Prison
Fellowship Ministry di Jepang. Secara resmi diakui sebagai pelayanan PF ke-100
selama Convocation PFI pada bulan Agustus 2003.
Masih menyandang tato yang banyak yang
pernah menandai mereka sebagai anggota Yakuza dan bekas luka dari perkelahian
jalanan masa lalu, Suzuki dan rekan-rekannya secara unik mampu mengidentifikasi
dan berhubungan dengan anggota geng, tahanan, dan mantan tahanan. Di antara
berbagai program yang mereka telah terapkan adalah program dukungan bagi korban
dan keluarga para tahanan, dan program kerja untuk mantan narapidana.
Suzuki juga melayani sebagai pendeta dari Siloam Gereja Kristus di
pinggiran timur Tokyo. Dia memperkirakan bahwa sekitar 50% dari jemaatnya
adalah mantan narapidana dan mantan anggota geng. Baru-baru ini, Kementerian
Kehakiman Jepang mengangkat secara resmi Pastor Suzuki sebagai seorang pendeta
penjara, membuatnya menjadi mantan tahanan pertama untuk memegang posisi
tersebut di Jepang.
Suzuki telah menyebarkan Firman dengan
cara yang unik. Pada satu kesempatan, ia dan rekan-rekannya membawa salib kayu
besar sepanjang jalan dari Okinawa ke Hokkaido untuk membawa pesan Injil.
Pastor Suzuki menggunakan kesempatan kedua dalam hidupnya untuk membantu orang
lain memulai awal hidup yang baru. "Saya berterima kasih atas belas
kasihan Tuhan untuk hidup saya, dan kehormatan untuk mengikuti-Nya di sepanjang
hari-hari kehidupan saya yang tersisa," serunya. “Amen”.
Sumber: http://inspirazio.blogspot.com
Kumpulan Kisah Nyata:
No comments:
Post a Comment