Ayat bacaan: Pengkotbah 10:18
==========================
"Oleh
karena kemalasan runtuhlah atap, dan oleh karena kelambanan tangan bocorlah
rumah."
Kita semua ingin menjadi orang-orang yang pintar. Orang tua pun akan berusaha mati-matian agar anaknya mendapatkan pendidikan yang baik setinggi mungkin. Menuntut ilmu sampai setinggi langit tentu menjadi dambaan setiap orang yang ingin sukses, dan benar bahwa itu akan sangat menentukan keberhasilan kita. Tapi sayangnya ada banyak orang yang hanya secara sempit mengasosiasikan keberhasilan hanya mengacu kepada tingkat pendidikan saja.
Kita semua ingin menjadi orang-orang yang pintar. Orang tua pun akan berusaha mati-matian agar anaknya mendapatkan pendidikan yang baik setinggi mungkin. Menuntut ilmu sampai setinggi langit tentu menjadi dambaan setiap orang yang ingin sukses, dan benar bahwa itu akan sangat menentukan keberhasilan kita. Tapi sayangnya ada banyak orang yang hanya secara sempit mengasosiasikan keberhasilan hanya mengacu kepada tingkat pendidikan saja.
Padahal
masalah kerajinan, kedisplinan, semangat berjuang dan sikap pantang menyerah
pun merupakan hal yang sangat menentukan sukses tidaknya kita dalam hidup ini.
Saya mengenal banyak orang pintar yang memilih untuk malas-malasan, dan
akibatnya mereka tidak mengalami kemajuan berarti dalam hidupnya. Sebaliknya saya
mengenal pula orang-orang yang kurang beruntung dari segi pendidikan karena
ketidakmampuan orangtuanya dahulu, tapi mereka tampil menjadi orang-orang yang
berhasil dalam pekerjaan, dalam hidup dan sebagainya karena didukung oleh
kegigihan mereka berjuang dari nol.
Jika kita
menelaah isi Alkitab, kita tidak menemukan satupun orang malas yang Tuhan mau
pakai. Tidak ada satupun yang menerima tugas dari Tuhan ketika sedang
bermalas-malasan. Ini menunjukkan bahwa Tuhan tidak menyukai orang malas. Di
masa-masa sulit seperti sekarang ini kita justru seharusnya tertantang untuk
bekerja lebih giat lagi.
Tetapi yang
banyak terjadi justru sebaliknya. Semakin banyak saja orang yang malas berusaha
untuk memperjuangkan hidup mereka. Para pemalas ini biasanya tidak mau
repot-repot mengeluarkan tenaga atau mempergunakan pikiran mereka. Mereka
terbiasa menunda pekerjaan atau bahkan melupakannya sama sekali. Apakah itu
artinya mereka tidak memiliki keinginan atau impian? Dari yang saya lihat,
mereka pun sebenarnya punya impian tinggi.
Tetapi yang
membedakannya adalah cara menyikapinya. Ketika orang rajin akan berusaha dengan
sekuat tenaga dan sungguh-sungguh untuk mencapai impian mereka, si pemalas
hanya berhenti sampai tingkat bermimpi untuk itu. Mereka berharap untuk
mencapai cita-citanya dengan cara yang paling mudah tanpa harus mengeluarkan
setitik keringat pun. Banyak diantara mereka biasanya akan terus mencari
kambing hitam, tidak jarang pula mereka berani menyalahkan Tuhan atas keadaan
mereka.
Firman Tuhan
"Hati si pemalas penuh keinginan, tetapi sia-sia, sedangkan hati orang
rajin diberi kelimpahan." (Amsal 13:4). Sikap-sikap seperti ini tidak
boleh dibiarkan menjadi bagian dari diri kita. Selain ayat ini,ada begitu
banyak firman Tuhan yang mengingatkan kita untuk bekerja dan berusaha serius
untuk mencapai sebuah tujuan.Kitab Amsal berisi begitu banyak firman Tuhan
lainnya yang menyinggung soal kemalasan ini. Misalnya dalam Amsal pasal 6 yang
banyak sekali menyinggung soal kemalasan.
Agaknya si
Penulis mengerti betul mengenai kemalasan yang menjadi gaya hidup banyak orang
ini, sehingga ia sampai perlu mengajak kita untuk belajar mengenai kerajinan
dari seekor semut, binatang yang paling lemah dan sangat kecil
ukurannya."Hai pemalas, pergilah kepada semut, perhatikanlah lakunya dan jadilah
bijak." (Amsal 6:6). Kita tahu bagaimana semut selalu bergerak dan bekerja
dengan rajin. Semut mampu mengangkat makanan yang berukuran jauh lebih besar
darinya, kalaupun tidak kuat mereka akan bergotong-royong mengangkutnya
bersama-sama dengan menempuh jarak yang seringkali sangat jauh menurut ukuran
seekor semut.
Dan firman
Tuhan berkata"biarpun tidak ada pemimpinnya, pengaturnya atau penguasanya,
ia menyediakan rotinya di musim panas, dan mengumpulkan makanannya pada waktu
panen." (ay 7-8). Dan hal ini sungguh berbanding terbalik dengan tipe
manusia pemalas yang membuang-buang waktu dalam kemalasannya. "Hai
pemalas, berapa lama lagi engkau berbaring? Bilakah engkau akan bangun dari
tidurmu? Tidur sebentar lagi, mengantuk sebentar lagi, melipat tangan sebentar
lagi untuk tinggal berbaring."(ay 9-10). Ketika ini yang menjadi sikap
hidup kita, "maka datanglah kemiskinan kepadamu seperti seorang penyerbu,
dan kekurangan seperti orang yang bersenjata." (ay 11). Bandingkan kedua
ayat ini, dan kita bisa melihat bahwa masalah kemalasan merupakan hal yang
harus segera kita lawan. Kemalasan yang terus dipupuk akan membawa kita masuk
ke dalam kemiskinan dan kekurangan. Itu sama saja dengan menghambat sendiri
turunnya berkat Tuhan atas diri kita.
Kita tidak
akan pernah menikmati peningkatan-peningkatan atau kemajuan dalam hidup apabila
kita terus membiarkan rasa malas menguasai diri kita. Sikap ini bahkan bisa
membuat kita menjadi semakin rapuh dan gampang runtuh. Sebuah firman Tuhan
dalam Pengkotbah mengatakannya seperti ini:"Oleh karena kemalasan
runtuhlah atap, dan oleh karena kelambanan tangan bocorlah rumah."
(Pengkotbah 10:18). Kegagalan dan kehancuran seringkali berawal dari kemalasan
yang terus dibiarkan berdiam dalam diri kita. Untuk itulah kita harus melatih
diri sedini mungkin untuk menjadi orang-orang dengan semangat yang kuat dan
giat dalam berusaha. Ingatlah bahwa Tuhan tidak menyukai para pemalas seperti
ini. Tuhan menyukai orang-orang yang rajin bekerja, dan Dia pun suka memberkati
kita lewat usaha sungguh-sungguh yang kita lakukan.
Kepada jemaat
Tesalonika Paulus mengingatkan dengan sangat keras: "Sebab, juga waktu
kami berada di antara kamu, kami memberi peringatan ini kepada kamu: jika
seorang tidak mau bekerja, janganlah ia makan." (2 Tesalonika 3:10). Selanjutnya lihatlah ayat berikut:
"Apapun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti
untuk Tuhan dan bukan untuk
manusia." (Kolose 3:23) Ini adalah sebuah panggilan untuk melakukan
apapun yang kita perbuat dengan segenap hati seperti sedang melakukannya untuk
Tuhan dan bukan untuk manusia. Artinya keseriusan, kesungguhan dan kerajinan
kita merupakan bagian yang sangat penting dalam memperoleh kemajuan atau
keberhasilan. Dan Tuhan sendiri menganggap penting hal itu. Kemalasan tidak
akan pernah masuk dalam konteks ayat Kolose tersebut. Karenanya jangan sampai
kemalasan menjadi bagian dalam hidup kita.
Mari periksa
diri kita masing-masing, apakah ada hal-hal yang belum berhasil dicapai yang
diakibatkan oleh belenggu kemalasan yang masih terus menguasai kita? Apakah
anda termasuk orang yang suka menunda-nunda sesuatu, malas merancang masa depan
anda, malas untuk melangkah dan sebagainya? Apakah anda lebih menyukai
tidur-tiduran ketimbang mulai melakukan sesuatu? Jika ini masih menjadi bagian
dari diri anda saat ini, lawanlah segera dan mulailah melakukan perubahan.
Kemalasan hanya akan mendatangkan kemiskinan dan kekurangan, yang cepat atau
lambat akan meruntuhkan kita habis-habisan.
Kemalasan
berarti menutup berkat Tuhan untuk sampai kepada kita
Sumber:
http://renungan-harian-online.blogspot.com
No comments:
Post a Comment