Kesaksian Xiao Hu, hanya memiliki
pendidikan sampai SD, namun hidupnya menjadi warna ditengah lingkungan
masyarakat, dengan kesederhanaan namun hidupnya selalu menolong orang lain yang
bisa dia bantu dan selalu memberikan senyuman kepada setiap orang, apapun
kondisi hidupnya namun dia tetap tersenyum dan mengucap syukur.
Pembantu
rumah tangga
"Ni hao, bolehkah
saya membantumu?" Ia pun segera membantu mengangkat dan membereskan
barang-barang kami. Marganya Hu dan ia biasa dipanggil Xiao Hu. Orangnya cukup
baik, senang membantu, dan penuh perhatian. Dan yang membuat saya kagum pada
Xiao Hu adalah ketulusan dalam memberi bantuan dan perhatian bagi orang yang
membutuhkan. Karena itu, tidak mengherankan jika ia sanggup menjadi saluran
terang Tuhan bagi orang-orang di sekitarnya, meskipun pekerjaan sehari-harinya
adalah pembantu rumah tangga.
Xiao Hu, seorang wanita
yang hidup bersama suami dan seorang putri. Suaminya bekerja sebagai juru masak
di sebuah asrama kecil, sedangkan pekerjaan utama Xiao Hu adalah membersihkan
dan merapikan rumah. Ia tinggal di depan rumah kami. Setiap hari ketika ia
berangkat bekerja, wajahnya yang berseri-seri selalu menyapa orang-orang yang
ditemuinya. Sore hari sepulang dari tempat kerjanya, wajahnya pun tetap
berseri-seri dan selalu menyebar senyum.
Selalau tersenyum merupakan karakternya
Mulanya saya pikir itu
karena mungkin ia baru mengalami peristiwa yang membuat dia tersenyum senang.
Namun lama-kelamaan, saya melihat bahwa itu sudah merupakan karakter dan
kebiasaan hidupnya sehari-hari. Setiap hari, ia berjalan kaki pulang pergi dari
dan menuju tempat kerjanya sejauh 4 km. Jadi, ia harus berjalan kaki 8 km!
Sewajarnya jika sepulang kerja, raut wajahnya berubah karena penat atau kelelahan.
Namun, yang membuat saya kagum adalah ketika melihatnya pulang kerja, ia selalu
tersenyum dan menyapa orang-orang dengan ramah. Sepulang kerja, ia biasanya
beres-beres rumah sejenak dan bermain-main bersama putri semata wayangnya.
Setelah makan malam usai, ia mulai keluar untuk memberikan perhatian bagi orang
yang membutuhkan dan menawarkan bantuan seperlunya secara praktis.
Lingkungan tempat
tinggal kami adalah daerah universitas. Mayoritas penduduk adalah mahasiswa dan
dosen. Di pinggir jalan banyak pedagang-pedagang kecil. Xiao Hu memunyai
prinsip untuk mengunjungi paling sedikit lima rumah dalam seminggu walau hanya
sejenak. Ia percaya bahwa hidupnya bisa menjadi berkat saat ia memberikan
perhatian sejenak dan membantu jika diperlukan. Tinggal di lingkungan tersebut,
saya semakin memahami bahwa Xiao Hu cukup dikenal oleh orang-orang. Kebanyakan
orang yang kenal menghargai dan senang berkomunikasi dengannya.
Saya sekeluarga juga
menerima perhatian dan bantuannya. Sebagai orang asing, ada banyak kendala
untuk hidup, namun Xiao Hu senang datang untuk membantu kami. Misalnya, pergi
mengantar anak ke dokter, mencari atau membetulkan kerusakan di rumah, menjahit
seprai, dan menemani istri saya ke pasar. Waktu itu memang ada kendala bahasa,
tetapi ia mengerti bahasa hati kami sekeluarga. Ia sama sekali tak mau menerima
imbalan jasa. Ia juga melakukan hal ini bagi orang-orang lain. Melihat dan
memerhatikan hidupnya yang demikian, saya tidak habis pikir, apa yang
membuatnya memunyai kekuatan ekstra, kasih, dan perhatian yang konsisten?
Xiao
Hu hanya berpendidikan SD, namun bisa menjadi pengajar Alkitab
Karena tertarik untuk
melihat kehidupannya yang menjadi berkat, kami pelan-pelan mengenal Xiao Hu.
Walaupun ia seorang PRT, namun tidak sedikit mahasiswa yang mengunjungi
rumahnya. Para mahasiswa tidak datang untuk minta bantuan belajar, karena Xiao
Hu hanya jebolan SD. Mereka datang untuk beribadah bersama Xiao Hu dan
keluarganya. Ternyata ia juga rajin memberitakan Kabar Baik Tuhan kepada
mahasiswa. Banyak mahasiswa yang membutuhkan perhatian dan pertolongan, karena
mereka jauh dari keluarga. Mereka mendapatkannya dari Xiao Hu. Jadi, karena
hidup Xiao Hu menjadi berkat, akhirnya mereka pun bisa menerima Kabar Baik yang
disampaikan olehnya. Xiao Hu mengajarkan Alkitab kepada mereka.
Saya salut! Mengapa?
Karena saya mengetahui orang-orang yang diajar Alkitab olehnya bukan mahasiswa
perantauan saja, melainkan juga beberapa dosen dan mahasiswa pascasarjana.
Tingkat pendidikan dan status sosialnya tak menjadi halangan untuk menjadi
berkat bagi para mahasiswa dan dosen, yang notabene lebih berpendidikan dan berpengalaman.
Ia tidak minder ketika melayani orang-orang yang berpendidikan tinggi. Ia tak
hanya menjalankan ibadah bersama para mahasiswa, tetapi juga ada orang-orang
biasa, yang juga datang untuk belajar Alkitab dengannya.
Suatu hari, saya datang
ke gereja rumah yang ia pimpin. Dalam segala kesederhanaannya, ia mengajar
Alkitab dan menjadi berkat. Ternyata Xiao Hu adalah gembala sidang gereja
rumah. Jemaatnya 30 -- 40 orang. Hampir semua jemaat adalah orang-orang yang
berpendidikan tinggi. Namun demikian, semua jemaatnya telah melihat terang
Tuhan melalui hidup dan perbuatannya.
Ucapkanlah
syukur
Kunci hidup Xiao Hu
adalah: "Ucapkanlah syukur dalam segala hal." Ia mengucap syukur,
karena walaupun ia orang yang sederhana dengan pendidikan rendah, Tuhan mau mengangkat
dia menjadi anak-Nya. Ia tidak minder berada di tengah-tengah orang yang
berpendidikan tinggi. Ia bersyukur untuk hidup yang dianugerahkan-Nya. Ia penuh
semangat menebarkan perbuatan baik, walau dalam segala keterbatasan, sebagai rasa terima kasihnya kepada Tuhan. Ia tetap tersenyum, kendati beberapa
penyakit tahunan terus mengganggunya. Mengucap syukur memampukannya melayani
dengan yang ada padanya. Ia tak minder dan tak ada kesombongan pada dirinya.
Saya berterima kasih
kepada Tuhan karena saya mengenal Xiao Hu. Kadang pekerjaan atau pelayanan yang
seharusnya saya kerjakan sedikit terhambat, karena terus berpikir belum bisa
ini atau itu, belum ada ini dan itu. Saya seharusnya bersyukur atas apa pun
yang sudah saya bisa dan apa pun yang sudah saya punya. Sikap hati seperti ini
akan menolong saya untuk memaksimalkan yang sudah Tuhan percayakan. Jika Dia
nanti akan memberi lagi yang belum kita punya dan yang belum kita bisa, itu
berarti anugerah. Dia mau agar saya melakukan tugas panggilan hidup dari-Nya,
sesuai dengan karunia-Nya.
Pembantu
Naaman
Alkitab juga pernah
mencatat kisah mukjizat kesembuhan Naaman. Banyak orang berkhotbah dan menulis
bahwa Tuhan memakai Elisa untuk menyembuhkan Naaman. Namun, saya melihat bahwa
Tuhan tidak hanya memakai Elisa, tetapi juga gadis kecil yang bekerja sebagai
pembantu rumah tangga Naaman. Dalam 2 Raja-raja 5:2-5 tercatat, "Orang
Aram pernah keluar bergerombolan dan membawa tertawan seorang anak perempuan
dari negeri Israel. Ia menjadi pelayan pada isteri Naaman. Berkatalah gadis itu
kepada nyonyanya: 'Sekiranya tuanku menghadap nabi yang di Samaria itu, maka
tentulah nabi itu akan menyembuhkan dia dari penyakitnya.' Lalu pergilah Naaman
memberitahukan kepada tuannya, katanya: 'Begini-beginilah dikatakan oleh gadis
yang dari negeri Israel itu.' Maka jawab raja Aram: 'Baik, pergilah ....'"
Jika gadis itu tidak
bekerja secara baik sebagai pembantu istri Naaman dan jika perkataannya tidak
dapat dipercaya oleh istri Naaman, nyonya tersebut tak mungkin mau mendengarkannya.
Kemungkinan besar, gadis pembantu rumah tangga Naaman tersebut hidupnya baik
dan dapat dipercaya. Ia bekerja dengan penuh tanggung jawab sehingga ketika ia
berbicara, nyonyanya mau mendengarkan dan menghargai sarannya. Gadis itu
pastilah orang yang bertanggung jawab akan tugas yang diberikan oleh
juragannya. Jika ia tidak bertanggung jawab, juragannya pasti tidak suka. Kalau
sudah tidak suka, kemungkinan besar juragannya sulit percaya terhadapnya. Ia
juga mungkin PRT yang tak mudah mengeluh kepada juragannya. Orang akan bosan
jika terus mendengarkan keluhan pembantu. Jika gadis itu minder, ia bisa saja
tidak menyampaikan informasi kepada juragannya, karena merasa tidak akan
didengarkan.
Jika ia tidak punya
harapan akan kesembuhan juragannya, ia tidak akan menyampaikan informasi yang
baik itu, karena ia sendiri ditawan dan menderita akibat dijauhkan dari sanak
famili dan komunitasnya. Jadi, gadis itu orang yang kompeten dalam kerja,
tingkah laku, dan perkataanya. Ia juga baik karena walau ditekan dan ditawan,
masih tetap mengharapkan yang terbaik untuk juragannya -- musuh orang
sebangsanya. Gadis itu baik sehingga
ucapannya pun didengar, dipercaya, dan menjadi bagian yang penting dalam
mukjizat kesembuhan Naaman dari penyakit kusta.
Xiao Hu dan pembantu di
rumah Naaman sama-sama orang sederhana dan memunyai banyak keterbatasan. Mereka
sama-sama berpendidikan rendah, namun hidup mereka bisa memengaruhi orang-orang
yang berpendidikan tinggi dan jabatan yang tinggi pada zaman hidup mereka
masing-masing. Kendati zaman di antara mereka terpaut lebih dari 2.500 tahun,
namun prinsipnya sama: Tuhan bisa memakai siapa saja, termasuk orang-orang
berpendidikan serta status sosial yang rendah. Kita mungkin merasa sebagai
orang-orang biasa, namun Tuhan juga mau memakai kita. Sombong dan minder adalah
penyakit kronis setiap orang berdosa. Orang
yang sudah lahir baru seharusnya memancarkan terang Yesus yang lemah lembut dan
rendah hati. Dengan hikmat dan pengertian dari Tuhan, mari kita kalahkan
penyakit keminderan dan kesombongan kita agar kita memancarkan sinar kemuliaan
Tuhan di dunia ini. Sumber:
Buku Sejuta Sehari/sabda.org
Kumpulan Kisah Nyata:
No comments:
Post a Comment