Skip to main content

Sadar akan kesalahan kita

Kotbah Pdt. Petrus Agung Purnomo
Kalau kita orang percaya bisa menyadari, betapa eror diri kita, sebetulnya itu adalah posisi yang sudah lumayang, kerena untuk mencapai kepada titik kesadarang tidak banyak orang yang dapat mencapai sampai kepada, titik tersebut. Kebanyakan manusia merasa dirinya baik, merasa dirinya sudah hebat, dan merasa dirinya suda luar biasa, sehingga kita tidak membutukan pertobatan setiap saat, kalau kita mengalami apapun yang salah orang lain  dan Tuhan yang salah.

Ada dimensi-dimensi Ilahi yang ternyata tidak dapat disentuh dengan dimensi manusia kita, dan pada waktu kita tidak dapat menyentuhnya, itu adalah awal dimana kita merasa kacau, bimbang, kuatir, dan takut. Tetapi sesungguhnya kalau kita belajar kenal Tuhan, maka makin lama ada akan makin kenal dimensi Tuhan yang tidak terselami oleh cara berfikir kita, tetapi kenyataan itu fakta itu tidak pernah berubah, Tuhan tetaplah Tuhan yang sempurna dan luar biasa.

Saya memiliki pengalaman kecil beberapa tahun yang lalu, waktu itu anak saya masih kecil sehingga mereka belum memiliki  kartu ATM, sehingga mereka jalani hidup mereka sebagai anak-anak.

Anak:  papi, nanti minggu depan kami mau berankat ke jakarta untuk belanjakan beberapa hal untuk di  pakai pelayanan,
Saya:   oh ya,
Anak:   nah, duitnya,
Saya:   ya sudah, nanti sebelum berangkat, ke jakarta, temui papi lagi, untuk kasih duitnya.

Minggu itu mereka sibuknya luar biasa, sampai pada waktu mereka ke Air Port, terbang ke jakarta, sejak pada waktu itu menjelang tengah hari saya di telpon,

Anak:   papi kami sudah di Air Port,
Saya:    mau kemana,
Anak:   kan kejakarta,
Saya:    hati-hati,
Anak:   ko hati-hati, duitnya mana,

rupaya, mereka lupa minta duit. Sebenarnya hal tersebut hampir sama dengan orang kristen yang tinggal meminta kepada Tuhan.

Anak:   kan papi janji nanti, papi beri uang ketika kami mau berangkat, ini lupa lalu
mereka ngotot bilang papi bisakah, nyusul ke air port sekarang, bawa duitnya,
Saya:    kamu bording jam berapa,
Anak:   sudah dipanggil,
Saya:    lah percuma bapak, sampai di air port kamu sudah naik pesawat,
Anak:   ga bisa, terus gimana, mau belanja tidak ada duitnya,
Saya:    bilang sudah tenang nantikan sumua beres,
Anak:   tidak bisah pi tidak ada duwit sama sekali di aku, sampai di jakarta nyuruh ngapain,
Saya:    ya belanja.

Saudara mengerti ga, ada dimensi yang saya memahami sedangkan anakku belum mengerti, lalu kemudian mereka ngotot.

Anak:   ini bagaimana pi, batal berangkat ke jakarta,
Saya:    jangan,  
Anak:   duitnya mana,
Saya:    sudah berangkat, nanti papi tanggung jawab.

Ketita saya matikan Telpon, lalu saya menelepon teman saya yang menjemput anak-anak di air port, saya katakan kepada dia, nanti saya akan mengirim duit ke no rekening kamu, jadi kalau kamu sudah sampai di air port, mapir ke ATM, ambil duitnya, isi di amplop, kasi anak saya, dan bilang ini dari papinya.Saya perkirakan ketika anak saya baru saja mau berangkat ke jakarta, duitnya suda ada sama teman saya di jakarta. Anak saya sampai di air port, mereka telpon saya.

Anak:   papi kami sudah sampai di jakarta,
Saya:    Puji Tuhan,
Anak:   ko Puji Tuhan, duitnya,
Saya:    yang penting kamu selamat sampai ke jakarta,
Anak:   duitnya,
Saya:    tenang, lalu saya bilang, apakah selama ini papi pernah menngecewakanmu,
Anak:   bulum, mukin kali ini,
Saya:    yang lupa siapa,
Anak:   memang yang lupa aku, tetapi papi terlalu anggap biasa,
Saya:    memang bengini bapakmu ini, tenang saja,
Anak:   ko tidak perduli,
Saya:    peduli,
Anak:   aku ngapain sekarang, tidak punya duit ya belanja,
Saya:    sudah, ambil kopermu dulu, jangan sampai lupa, ada yang jemput kamu,
Anak:   apa minta duitnya sama teman papi
Saya:    ga juga, nanti sampai di luar kalian rundinkan mau belanja di mana
Anak:   papi ko aneh,
Saya:    ya, sudah ambil barang

Kemudian anakku, mematikan telponnya, ambil barang, saya tidak berpindah dari kursi saya di kantor, selama mereka terbang, saya ada urusan di kantor, saya duduk tinggal memegang telpon, sedangkan anak saya sedang kuatir, aku cuma tenang-tenang saja. Sampai dibandara teman saya jemput, lalu kasih amplop, katakan ini dari papi, ko bisa. Teman saya ceritakan semuanya, kepada dia dan dia katakan, ada begitu to, lalu anak saya telpon, papi, lalu saya katakan sudah heppy, ya, sekarang aku belanja ya, sudah itu tidak minta terima kasih.

Apa yang saya ceritakan adalah suatu gambaran dimensi yang kita sebagai anak-anak tidak dapat mengerti dan kenal, ketika Tuhan memakai dimensi itu, membuat kita tidak tenang, panik, kuatir, dan kita berpikir, apakah Tuhan tidak peduli dengan kita, persoalan kita. Padahal kita yang parah, tidak mengerti dimensi Tuhan. Ini adalah sesuatu warna yang sering muncul di tengah orang-orang percaya. Membuat kita kecewa, hari itu kalau anak saya katakan saya batal ke jakarta, apa yang terjadi dia tidak mendapat apa-apa yang seharusnya dia dapatkan, paling tidak dia turuti dan di paksa oleh keadaan dia harus ke jakarta, dan dia dibuktikan, bahwa tidak seperti yang dia bayangkan.

Hidup kita dengan Tuhan persiis sama, ada banyak hal dalam kehidupan kita ini yang dimensi Ilahi, kita tidak bisa raba, ketika Tuhan bergerak dengan dimensi itu, kita katakan Tuhan tidak peduli dengan kita, dan kita mengatakan Tuhan sudah tidak sayang dengan kita. Salah, percayalah, kita punya Yesus yang luar biasa. Amin... Gratis Download Mp3 Kotbah

Kumpulan Kisah Nyata:

Comments