Ayat bacaan: Lukas 13:8-9
"Jawab orang itu: Tuan, biarkanlah
dia tumbuh tahun ini lagi, aku akan mencangkul tanah sekelilingnya dan memberi
pupuk kepadanya, mungkin tahun depan ia berbuah; jika tidak, tebanglah
dia!"
Ada sepetak bidang kecil di belakang
rumah saya yang saya jadikan taman. Awalnya rumput tumbuh penuh menutupi tanah,
tetapi belakangan ada beberapa bagian tanah yang gundul. Usut punya usut, tanah
di bagian yang itu ternyata mengeras sehingga akar rumput tampaknya sulit
menembus bagian-bagian tersebut.
Kalau memang mau rumput tumbuh baik lagi disana, tanahnya harus terlebih dahulu digemburkan, karena rumput baru tidak akan bisa tumbuh disana kalau tanahnya memang masih keras. Pohon mangga yang saya tanam disana juga sempat sulit tumbuh. Untuk pohon mangga ini saya menyemprotkan anti hama dan memberi pupuk. Tidak lama setelahnya pohon ini mulai menunjukkan tanda-tanda kehidupan. Cabang mulai muncul, batang pohonnya mulai menebal dan daun terus bertambah dengan baik. Ada beberapa tanaman lain disana yang mungkin terlambat saya rawat sehingga keburu mengering dan mati. Apa gunanya tanaman kalau tidak bisa tumbuh lagi, hanya tinggal batang kurus dan kering? Mau tidak mau saya hanya bisa mencabut dan membuangnya.
Kalau memang mau rumput tumbuh baik lagi disana, tanahnya harus terlebih dahulu digemburkan, karena rumput baru tidak akan bisa tumbuh disana kalau tanahnya memang masih keras. Pohon mangga yang saya tanam disana juga sempat sulit tumbuh. Untuk pohon mangga ini saya menyemprotkan anti hama dan memberi pupuk. Tidak lama setelahnya pohon ini mulai menunjukkan tanda-tanda kehidupan. Cabang mulai muncul, batang pohonnya mulai menebal dan daun terus bertambah dengan baik. Ada beberapa tanaman lain disana yang mungkin terlambat saya rawat sehingga keburu mengering dan mati. Apa gunanya tanaman kalau tidak bisa tumbuh lagi, hanya tinggal batang kurus dan kering? Mau tidak mau saya hanya bisa mencabut dan membuangnya.
Apa yang terjadi pada taman saya
sangat cocok untuk dipakai untuk menggambarkan seperti apa seharusnya 'taman'
hidup orang percaya. Bahkan Yesus sendiri mempergunakan perumpamaan seperti itu
dengan menempatkan Tuhan sebagai pemilik kebun dan kita sebagai pohon-pohon atau
tanaman yang ada di dalam kebun tersebut.
Yesus mengatakan: "Tidak
mungkin pohon yang baik itu menghasilkan buah yang tidak baik, ataupun pohon
yang tidak baik itu menghasilkan buah yang baik. Dan setiap pohon yang tidak
menghasilkan buah yang baik, pasti ditebang dan dibuang ke dalam api."
(Matius 7:18-19). Pohon yang tidak berbuah, yang tidak kunjung membaik
meski sudah mendapat penanganan serius pada akhirnya hanya akan ditebang dan
dibakar. Ada kalanya untuk menyelamatkan pohon dan tanaman itu, mereka harus
melalui proses pemotongan tunas-tunas yang tidak produktif, pembersihan benalu
dan parasit yang menempel dan sebagainya. Bagi pohon mungkin proses itu
menyakitkan. Tapi proses tetap harus dilalui agar selanjutnya bisa tumbuh
menjadi pohon yang tumbuh subur dengan menghasilkan buah segar dengan lebat.
Hal yang sama bagi kita. Kalau sebagai orang percaya kita masih belum berbuah
dan tidak sehat tumbuhnya, kita harus mau dibentuk dan mengalami
pemotongan-pemotongan hal-hal yang tidak perlu, yang mungkin terasa menyakitkan
saat proses berlangsung. Tetapi itu akan membuat kita bisa sehat bertumbuh
dalam iman akan Kristus. Itu akan jauh lebih baik ketimbang pada akhirnya
dibuang dan dibakar.
Ada sebuah perumpamaan singkat yang
menarik berasal dari Yesus. "Seorang
mempunyai pohon ara yang tumbuh di kebun anggurnya, dan ia datang untuk mencari
buah pada pohon itu, tetapi ia tidak menemukannya. Lalu ia berkata kepada
pengurus kebun anggur itu: Sudah tiga tahun aku datang mencari buah pada pohon
ara ini dan aku tidak menemukannya. Tebanglah pohon ini! Untuk apa ia hidup di
tanah ini dengan percuma! Jawab orang itu: Tuan, biarkanlah dia tumbuh tahun
ini lagi, aku akan mencangkul tanah sekelilingnya dan memberi pupuk
kepadanya,mungkin tahun depan ia berbuah; jika tidak, tebanglah dia!"
(Lukas 13:6-9).
Perumpamaan ini menggambarkan Tuhan
sebagai pemilik kebun, mendapati ada umatNya yang tidak kunjung berbuah meski
sudah diberi kesempatan yang lama. Perhatikan ada jangka waktu yang diberikan
Tuhan sebagai kesempatan bagi kita untuk berubah. Yesus datang untuk
menyelamatkan dan akan terus mengetuk pintu hati kita agar kita bertobat
sehingga bisa menerima keselamatan. Berbagai peringatan agar berbalik dari
jalan-jalan yang salah terus diberikan, termasuk masa-masa sulit yang bisa
membentuk kita menjadi orang benar yang sejati. Begitu baiknya Tuhan, karena
tidak saja Dia memberikan kita waktu dan kesempatan, tetapi Dia pun mau turun
tangan langsung bekerja, mengusahakan agar lebih banyak lagi orang-orang yang
bertobat, bertumbuh dan berbuah.
Sebuah pohon ara yang tidak kunjung
berbuah di kebun anggur masih akan dipertahankan apabila bisa menghasilkan
buah. Sang pemilik kebun bahkan dengan jelas menunjukkan perhatian akan pohon ara ini. Ia mengingat betul
kapan pohon itu ditanam, dan dalam perumpamaan ini dikatakan bahwa ia pun terus
mengamati apakah pohon tersebut sudah berbuah atau tidak. Tiga tahun, tapi
tetap juga tidak menampakkan hasil. Pohon yang tidak berguna pada akhirnya akan
ditebang. Pohon Ara yang tumbuh di tengah-tengah kebun anggur itu tidak hanya
sia-sia ada disana, tapi juga akan menghabiskan zat-zat nutrisi yang dibutuhkan
tanaman anggur dalam kebun. Wajarlah apabila sang pemilik meminta agar pohon
itu ditebang saja. Tapi luar biasa, Yesus yang diumpamakan sebagai pengurus
kebun masih meminta kesempatan sekali lagi. "aku akan mencangkul tanah sekelilingnya dan memberi pupuk
kepadanya, mungkin tahun depan ia berbuah." (ay 8-9a). Sang "Pengurus kebun"
akan mengerjakan sesuatu bagi pohon agar bisa berbuah. Hidup kita yang begitu
rusak oleh benalu dan tunas-tunas dosa seringkali tidak lagi dapat diperbaiki
sendiri, sehingga kita membutuhkan uluran tangan Yesus untuk "mencangkul
tanah dan memberi pupuk" agar bisa
selamat. Dan kabar baiknya, Yesus bersedia untuk itu.
Dalam prosesnya, terkadang ada
bagian-bagian yang tidak efektif dari diri kita harus dicangkul, dan itu
bukanlah hal yang menyenangkan. Proses itu terkadang terasa begitu menyakitkan,
tapi sungguh diperlukan, untuk menyelamatkan kita dari ditebang dan dilempar
kedalam api. Yesus pun berseru: "Tinggallah
di dalam Aku dan Aku di dalam kamu. Sama seperti ranting tidak dapat berbuah
dari dirinya sendiri, kalau ia tidak tinggal pada pokok anggur, demikian juga
kamu tidak berbuah, jikalau kamu tidak tinggal di dalam Aku." (Yohanes
15:4). Agar kita bisa bertumbuh dan berbuah dengan baik, kita harus tetap
tinggal di dalam Kristus, dan Kristus di dalam kita. Baik dalam kehidupan
sehari-hari, keluarga maupun pekerjaan, hendaklah kita selalu menjalaninya di
dalam Kristus, bersama-sama dengan Dia. Ketika ada proses-proses pemotongan
tunas yang tidak produktif atau pembersihan benalu, laluilah itu dengan suka
cita, karena proses itu sungguh diperlukan untuk menjadikan kita pohon yang
berbuah lebat.
Pepatah mengatakan bahwa sebatang
pohon dikenal dari buahnya. Pohon yang baik akan berbuah baik, begitu pula
sebaliknya. "Jikalau suatu pohon
kamu katakan baik, maka baik pula buahnya; jikalau suatu pohon kamu katakan
tidak baik, maka tidak baik pula buahnya. Sebab dari buahnya pohon itu
dikenal." (Matius 12:33). Ada banyak ranting, tunas dan benalu dalam
hidup kita yang harus dipotong agar kita berbuah lebat. Apakah itu kesombongan,
harta, kebiasaan buruk, status, adat dan sebagainya, jika itu menghambat kita
untuk berbuah, potonglah segera. Terus pupuk kebun kehidupan kita dengan firman
Tuhan. Kalau memang ada bagian-bagian yang keras sehingga menghambat
pertumbuhan, cangkul dan gemburkanlah. Hanya dengan demikianlah kita bisa
menjadi pohon yang tumbuh subur menghasilkan buah yang banyak.
Pastikan agar kita tidak termasuk pohon ang tidak kunjung tumbuh dan
berbuah sehingga pada akhirnya harus ditebang dan dibakar
Sumber: www.renunganharianonline.com
Kumpulan Firman:
No comments:
Post a Comment