Saturday, May 17, 2014

Dua anak saya kecanduan "kesaksian"

Ronny Pattinasarany
Kesaksian, merasa sedih kalau timnya kalah, tetapi rasa pedih saat kedua puteranya menjadi pecandu narkoba, benar-benar menikam jatungnya. Ia memutuskan berhenti melatih dan mendampingi mereka sampai sembuh.

Sibuk Melatih
Kesibukan melatih tim sepak bola Petrokimia Grasik pada tahun 2000 membuat saya jauh dari anak-anak. Jarak yang jauh membuat saya hanya sekali pulang ke jakarta untuk melihat keluarga. Di jakarta pun tidak lama, hanya dua-tiga hari.

Suatu waktu saya pulang ke Jakarta ketemu keluarga. Kesempatan itu saya pakai untuk menghabiskan waktu bertemu Yerry dan putra kedua Ronny. Saya cukup dekat dengan Yerry karena saya merasa darah olahraga mengalir dalam tubuh Yerry. Pada saat itu dia adalah petenis junior.

Pengakuan keluar dari mulut anaknya, “Pak saya udah ga kuat lagi”, saya heran. Apa maksud Yerry berkata seperti itu. Yerry mengakui bahwa dia telah kecanduan putaw. Mendengar itu saya biasa saja karena mengira putau adalah sejenis minuman keras.

Dua anak saya kecanduan
Saya datangi dokter untuk memeriksa kondisi Yerry dan bertanya apa itu putaw. Saya tekejut. Bagaimana mungkin anak seusia Yerry bisa mengkonsumsi narkotika jenis putaw. Pada saat itu Yerry berumur 15 tahun dan masih duduk di bangku SMP.

Saya tidak bisa menyalahkan Stella (Maria) isteri saya merawat anak-anak. ini kesalahan kami berdua. Saya terlalu sibuk dengan melatih. Berbagai cara saya lakukan menyembuhkan Yerry dengan membawanya beronbat ke pusat rehabilitasi. Walaupun demikian saya tetap meneruskan pekerjaan saya sbagai pelati di Gersik. Karena hanya itu pekerjaan yang bisa saya lakukan. Saya serakan perawatan Yerry kepada ibunya.

Tak disangka keadaan Yerry semakin memburuk. Dia tidak berhenti mengkonsumsi putaw. Rahabilitasi sepertinya tidak bisa menyembuhkan kecanduan dalam diri Yerry. Saya pikir, saya harus ambil keputusan; karier atau keluarga? Meskipun sangat berat, saya terpaksa kembali ke Jakarta. Saya kembali bukan sebagai mantan pesepak bola nasional yang sukses dengan gelar olahragawan terbaik, tetapi sebagai seorang ayah yang anaknya sedang kecanduan narkoba.

Tidak tahu harus kerja apa di Jakarta, saya putuskan akan mendampingi Yerry. Mereka adalah titipan Tuhan kapada kami. Sekembali saya ke rumah, saya bingung. Apakah mengirim Yerry kembali ke tempat rahabilitasi lagi atau tidak? Dia sudah pernah masuk ke sana dan ternyata kembali lagi. Saya putuskan berjuan bersama Yerry tanpa harus ke pusat rehabilitasi. Tetapi keadaan makin parah karena ternyata Benny, abangnya, juga mengkonsumsi putau. Prosesnya makin sulit karena saya tidak punya penghasilan.

Keadaan di rumah semakin kacau ketika satu demi satu barang-barang yang ada dirumah hilang. Mereka tidak segan-segan menggadaikan atau menjual barang-barang untuk beli putau. Bahkan Benny dan Yerry hadir dalam acara keluarga. saudara-saudara kami langsung berusaha melindungi tas milik mereka. Mereka mencap anak-anak sebagai pencuri, karena mereka tidak tahu Benny dan Yerry “pemakai”. Walaupun demikian saya tetap memutuskan mendampingi mereka, apapun yang terjadi.

Berserah pada Tuhan
Pernah suatu hari Yerri sukau. Karena tidak tahan melihatnya menderita saya antar dia ke bandar narkoba. Karena tidak kuat lagi, saya beli ke bandar, setelah itu saya menyaksikan anak saya menggunakannya dengan cara menyuntik tangannya. Pada saat memakai “barang” itu, saya menangis. Satu sisa saya melihat anak saya keluar dari penderitaan sukau itu, tetapi di sisi lain saya seolah-olah membunuh anak saya secara perlahan.

Rasa saya kami tidak berkurang sedikit pun. Tak jarang saya mencari mencari mereka menunggu di pinggir jalan. Pada saat melihat mereka pulang dalam keadaan ngefly kami tetap menyuruh mereka makan terlebih dahulu. Pernah suatu saat Yerry mau bunuh diri. Dia tulis surat yang dia letakan dibawah bantal di dalam kamar dengan pesan agar papa dan mama tidak saling menyalahkan. Ketika itu dia sudah minum satu gelas baygon. Dia tersadarkan ketika saya bangunkan. tapi anak saya masih diberikan kesempatan untuk sembuh.

Saya terus berdoa walaupun sebelumnya jarang sekali melakukannya, bahkan untuk ke gereja. Saya bertanya kenapa saya bisa begitu? Di situlah saya sadar telah salah langkah. Saya seperti diingatkan, “mengapa mengandalkan dokter. Kamu lupa masih ada dokter diatas segala dokter, yaitu Tuhan.’ Saat itu saya merasa Tuhan menyertai kami. Mulai saat itu saya sadar dan mengandalkan Tuhan. Karena kalau saya mengandalkan Tuhan saya tidak akan menyerah! Saya mulai memperbaiki hubungan saya dengan Tuhan. Saya menyadari bahwa Tuhan tidak langsung menjawab doa kami. Saya selalu menunggu waktu Tuhan dan bertanya tidak lama lagi kesembuhan itu akan terjadi.

Kami terus berharap Tuhan akan menjawab doa kami. Saat mereka sedang narmal saya tidur dengan Yerry atau Benny. Sebelumnya kami berdoa dan bernyanyi. Tak pernah saya lupa untuk berdoa setiap pagi dengan memohon kesehatan dan kesabaran, karena pada dasarnya saya seorang yang emosional.

Telepon itu
Tetapi setiap hari cobaan terasa semakin berat. suatu saat, jam dua malam Yerry menggigil kesakitan karena sukau. Tidak ada uang satu sen pun. Kami berdua menangis dan berdoa menunggu pagi untuk meminjam uang pada tetangga. Inilah proses Tuhan bekerja. Ketika saya hendak berangkat untuk kembali putaw telpon rumah berdering. Untuk Yerry. entah apa yang mereka bicarakan, tapi setelah menutup telpon Yerry meminta Alkitab.

Heran melihat Yerry meminta Alkitab. Sebelumnya dia tidak pernah pengang dan membacanya. Setelah itu Yerry membatalkan rencana saya untuk membeli putaw. Padahal sebelumnya dia merengek memaksa saya untuk membelinya. Keesokan harinya Yerry meminta saya untuk mengantar dia kerumah Pendeta Herry. Ternyata dialah yang menelepon Yerry kemarin. Sampai di sana diserahkan dompet dan juga rokok yang dia bawa. Yerry mau tinggal dirumah pendeta tersebut.



Selang beberapa hari benny pun menyusul Yerry untuk tinggal dirumah Pdt. Harry. Kami menjenguk mereka berdua 3 hari Benny dan Yerry tinggal di sana. Proses penyembuhan Tuhan luar biasa. Mereka tidak merasa lagi ketagihan dan yang mereka lakukan berdoa dan memuji nama Tuhan. Saya percaya Tuhan memiliki rencana terindah untuk keluarga kami. Dan Ia sudah tunjukan melalui kesembuhan Benny dan Yerry. 

Asal mula narkoba
Demi memperoleh jenis obat baru, Heinrich memang mengutak-atik diasetilmorfin, saudara dekat mormin. Ketemulah obat bentuk yang bersifat menenangkan (sedatif) dan menghilangkan rasa sakit. Diberinya nama heroisch yang berarti heroik, dan dikampanyekan dapat menyembuhkan bronkhitis, asma serta tuberculosis. Memang berkhasiat. Dalam tempo singkat saja produk ini merambah 12 negara di luar Jerman.

Tetapi keanehan mulai nampak. Rumah sakit mencatat permintaan terhadap “sang penangkal bentuk” ini melesat tinggi meskipun pasien mereka tidak memiliki keluhan pada saluran pernapasan. Sejumlah ilmuwan dan ahli kimia kemudian mendeteksi diasentilmorfin yang dikandung heroin ternyata lebih keras dibandingkan morfin kerabatnya itu. Ini membuat orang merasa melayang-layang di awan. Celakanya, zat itu membuat orang tergantung dua sampai empat kali lipat. Saat memasuki metabolisme tubuh, heroin mengalir ke otak, sehingga menyebabkan euforia.

Hari ini, heroin yang berasal dari Poppi Opium, sejenis bunga yang tumbuh di iklim kering dan panas itu dapat ditemukan dapat ditemukan dalam bentuk opium, morfin, dan kodein. Tetapi ia menjadi laknat karena menyebabkan ketergantungan dan merusak mental berjuta-juta orang. Masuk dalam kelompok  laknat ini adalah ganja, shabu, putaw dan zat-zat lain yang berkaitan dengannya.

Ternyata zat-zat adiktif yang mempengaruhi kerja saraf otak itu kini menjadi industri rumah tangga. Karena rumahan, gampang sekali barang haram ini di dapatkan. Mau dilayani bandar besar yang wangi dan naik mercy atau si paiman yang bau keringat bersepeda menyusuri lorong-lorong, tinggal pilih.

Harganya pun disesuaikan kantong anda. Putau, jenis narkoba yang sangat adiktif dapat dibeli enceran dalam satuan kecil “pahe”, paket hemat seharga Rp 10 ribu, bisa didapatkan, kesaksian dari seorang bekas narkoba. Kesaksian ini diambil dari Majalah Rohani BAHANA

Kumpulan Kisah Nyata:

No comments:

Post a Comment