Monday, February 4, 2013

Pendeta Penyembah Piramid "Kesaksian"

Kesaksian Tony Mulya
Selama hidupnya terobsesi dengan uang, harta dan kekayaan. Ia tak habis pikir bagaimana mungkin bisnis yang dijalaninya tidak maju-maju sedangkan rekan-rekannya bisa berhasil dan memiliki uang serta harta yang banyak. Istri Tony, Evie Yonasa, sebenarnya sudah merasa bahagia dan tidak merasa berkekurangan dengan kondisi mereka saat itu. Namun Evie memang melihat latar belakang keluarga Tony yang menganggap uang sebagai suatu hal untuk mendapatkan pengakuan dan penghormatan dari orang lain.

Tony kemudian mencari jalan untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik. Dari salah seorang kenalannya, ia diperkenalkan akan jimat-jimat yang dapat menjadikannya kaya dan sukses dalam bisnis. Ia pun mulai mengumpulkan berbagai macam benda yang dianggap dapat mendatangkan keberuntungan. Mendatangi orang pintar menjadi pilihan Tony agar cepat kaya.

Dari orang-orang pintar itulah Tony kemudian mendapatkan jimat-jimat keberuntungan dari cincin, keris, bahkan Tony menjalani ritual mandi kembang di tengah malam yang diyakininya dapat mendatangkan kekuatan dan rejeki yang banyak.


Dari sebuah buku yang dibacanya di sebuah toko buku yang membahas mengenai piramid, dikatakan bahwa piramid sesungguhnya memiliki kekuatan yang luar biasa. Semenjak saat itu, Tony mulai mengumpulkan benda-benda yang berbentuk piramid.

"Piramid-piramid itu menjadi terlalu banyak di rumah. Bahkan di atas ranjang tidur kami digantung piramid," ungkap Evie.

Bisnis Tony mulai membaik namun hal itu tidak lantas membuatnya puas. Obsesinya untuk menjadi orang kaya membawanya kepada suatu pengalaman supranatural.

"Saya sangat percaya, kalau ada piramid uang bisa datang. Dan suatu hari, saya semedi di dalam kuasa piramid itu. Saya berdoa lewat piramid itu. Dan saya dibawa ke dalam suatu alam, saya masuk ke dalam piramid, dan sungguh sulit untuk dibayangkan karena saya merasakan rasa takut yang luar biasa dan saya percaya bahwa memang betul piramid itu memiliki kekuatan yang luar biasa," ungkap Tony.

Sejak saat itu, Tony mempercayakan segala sesuatu di dalam hidupnya kepada benda piramid itu.

"Saya sangat percaya kalau ada piramid maka bisnis saya bisa sukses. Dan ternyata betul, setiap transaksi bisnis yang saya lakukan itu sukses. Dalam waktu singkat, uang yang begitu banyak, harta yang berkelimpahan, saya miliki. Dan akhirnya saya merasa bahwa inilah sumber uang saya. Saya merasa bahwa piramid itu adalah sesuatu yang hebat dan luar biasa," kisah Tony.

Dalam waktu sekejap, semua yang diimpikannya terwujud. Namun ternyata hal itu tidak juga membuatnya bahagia.

"Dengan adanya uang, saya merasa kalau di rumah saya menemukan banyak hal yang tidak sesuai dengan keinginan saya. Saya selalu merasa sebagai orang yang paling benar sehingga seringkali terjadi pertengkaran di rumah," lanjut Tony.

Istrinya Evie merasakan perubahan drastis dari suaminya. "Kalau saya bicara sedikit, akan menjadi ribut yang berkepanjangan. Dan kata-kata kasar pun keluar. Lebih baik saya banyak diam," ungkap Evie.

Peran Tony sebagai kepala keluarga, suami dan ayah bagi dua orang anaknya pun tidak berjalan dengan baik. Sampai-sampai kedua anaknya, Bisa dan Bara, mulai kehilangan figur ayah.

"Waktu saya kecil, saya tidak terlalu ada gambaran akan sosok ayah. Soalnya papi saya sendiri jarang ada di rumah. Sekalipun ada di rumah, bagi saya juga tidak ada gunanya, karena tiap kali ada di rumah, kerjaannya berantem. Jadi lebih enak buat saya kalau tidak ada papi, karena hanya nyiksa mami saya saja," ungkap Bisa Mulya, putra Tony.

Bosan dengan rumah, Tony mulai masuk kelamnya dunia malam. Dalam kenikmatan obat-obatan terlarang dan pesta, ia merasa menemukan kebebasan. Keluarga pun diabaikan olehnya dan ia menjalani hidup sesuka hatinya. Bahkan di mata Tony, istri yang begitu setia menemaninya menjadi tidak layak lagi untuk mendampinginya. Perceraian menjadi suatu hal yang tinggal menunggu waktu. Namun kecintaan sang istri terhadap anak-anaknya membuatnya mencoba untuk mencari pertolongan demi menyelamatkan pernikahan mereka. Dalam ketidakberdayaannya, sang istri pun berseru meminta pertolongan kepada Tuhan.

"Saya akhirnya berdoa. Saya minta kepada Tuhan, kalau memang keluarga saya harus pulih, saya tidak mau memakan waktu yang lama. Tiap malam saya berdoa. Di situlah saya dapat jawaban bahwa saya harus merubah diri saya dulu setelah itu baru suami saya dapat berubah," kisah Evie.

Perubahan Evie tidak lantas mengubah Tony dalam sekejap seperti membalik telapak tangan.

"Istri saya berubah dan ia meluangkan waktu untuk terus sujud berdoa seperti itu. Saya mulai marah tapi dia tetap berdoa dan saya tetap pergi, menikmati apa saja yang saya rasakan nikmat," ungkap Tony.

Uang memang sangat berguna dalam hidup ini, namun uang juga bisa mendatangkan malapetaka. Tony semakin hanyut dengan semua kebiasaan buruknya. Hingga suatu ketika sesuatu yang buruk terjadi dalam hidupnya.

"Apa yang tidak pernah terpikirkan oleh saya terjadi. Hubungan saya dengan teman-teman terputus semua. Bisnis saya sepertinya tertutup semua," ungkap Tony.

Pada akhirnya semua bisnis yang dikerjakannya hancur dan penghasilan Tony pun berkurang drastis.

"Dan saya ingat saat saya naik mobil hari itu, saya ditunjukkan dengan dosa saya yang begitu banyak. Karena tidak ada alternatif lain, dan teman juga sepertinya telah tertutup, saya memberanikan diri untuk pulang ke rumah. Dan waktu saya pulang ke rumah, saya kaget. Ternyata istri saya bisa menerima saya dengan baik. Sejak hari itu saya tinggalkan semua perbuatan yang salah. Saya kembali ke keluarga," ungkap Tony mengisahkan titik balik hidupnya.

Tony memang sudah kembali ke keluarganya namun ada satu kebiasaan yang belum dapat ia tinggalkan. Meskipun sudah mulai berubah, keinginannya untuk mengumpulkan piramid masih terus dilakukannya. Namun suatu kali saat ia hendak membeli sebuah piramid, sang penjual mengatakan bahwa piramid itu sebenarnya tidak memiliki kuasa apa-apa. Sang penjual kemudian menyerahkan selebaran sebuah pertemuan ibadah kepada Tony.

Lima hari kemudian Tony dan istrinya berjalan-jalan ke Puncak. Tanpa sengaja ia melihat selebaran itu tergeletak di mobilnya. Saat ia melihat selebaran tersebut, ternyata pertemuannya diadakan di Puncak. Tony dan istrinya kemudian memutuskan untuk menghadiri acara tersebut karena tidak terlalu jauh dari jalur perjalanan mereka. Saat itulah ia dibukakan mengenai sebuah kebenaran Firman Tuhan.

"Kalau menjadi orang percaya itu bisa diberkati. Karena sumber berkat itu Tuhan. Rasanya waktu itu seperti kena halilintar," kisah Tony.

Semenjak saat itu perubahan dalam hidup Tony semakin terlihat. Ia pun menyadari bahwa uang ternyata bukan segalanya dalam hidup ini. Sejak saat itu ia mulai meninggalkan keyakinannya kepada piramid dan menyingkirkan semua piramid yang ada di dalam hidupnya.

"Saya buang piramid. Saya tidak percaya lagi. Saya percaya Tuhan yang sanggup mengubah saya. Dan akhirnya saya mulai dekat lagi dengan anak-anak, dengan istri," ungkap Tony.

"Saya merasa jauh lebih bahagia daripada awal saya nikah. Suami saya lebih perhatian," ungkap Evie.

"Papi sudah lebih sering berkomunikasi dengan kita. Jalan hidupnya juga sudah lebih benar," ungkap Bara, putra Tony.

"Saya sudah mulai merasa kehidupan keluarga lagi. Pergi bareng-bareng, makan bareng-bareng, suasana kekeluargaan terasa lagi," ungkap Bisa.

Semua yang terjad pada hidup Tony pada akhirnya memberikan pelajaran berharga bahwa Tuhanlah sumber segala sesuatu dalam hidup ini.

"Apapun bendanya, jangan pernah percaya. Percaya sama Tuhan. Dan kalau kita mau bekerja, tidak mungkin kalau Tuhan tidak mau berkati. Berkat Tuhan yang menjadikan kita kaya, bukan piramid, keris atau benda apapun. Yag bisa memberikan damai sejahtera hanya Tuhan," ujar Tony dengan berapi-api.

Kini Tony beserta keluarga hidup di dalam Tuhan. Bahkan keluarga mereka dipercaya Tuhan untuk melayani.

"Puji Tuhan saat ini Tuhan percayakan saya untuk melayani orang-orang yang hidupnya mungkin seperti saya. Hidup yang tidak karuan, diluruskan. Semuanya saya melihat bukan karena saya hebat tapi karena Tuhan yang hebat," ujar Tony menutup kesaksiannya.

No comments:

Post a Comment