“...dan tangan Allah kami melindungi kami dan
menghindarkan kami dari
tangan musuh dan penyamun.” (Ezra 8:31)
Pada
tahun itu, OPM sangat banyak berkeliaran. Mereka pada dasarnya tidak setuju
bergabung dengan Republik Indonesia. Tak jarang mereka melakukan berbagai
penyerangan bersenjata yang tentu saja amat membahayakan. Sebagai dokter
penugasan pemerintah, Drg. Tjipto seringkali harus melakukan
kunjungan-kunjungan ke berbagai daerah bersama team dokter lainnya. Daerah yang
sering dikunjunginya adalah pulau-pulau sekitar Biak Numfor dan Serui.
Suatu malam,
ketika ia bersama team medis lainnya sedang berada di atas perahu kecilnya,
tiba-tiba perahu itu ditembaki oleh orang-orang OPM. Perahu berukuran 1x5 meter
dengan mesin ganda itu menjadi sasaran penembakan dari darat. Mereka mulai
panik karena dilemanya sangat sulit. Jika mendarat pasti akan dibunuh, jika
terus dan perahu bocor pun juga akan mati tenggelam.
Dalam keadaan
begitu kritis, hamba-Nya ini bertanya kepada Tuhan apa yang harus dilakukan. Dan
Tuhan berkata bahwa mereka harus mendarat. Segere dia berkata bahwa mereka
harus mendarat karena Tuhan telah mengatakan hal itu. Pada saat tiba di darat,
dari arah pantai terdengar teriakan orang-orang OPM : “Republik...! Potong....! Potong....! Potong..!”
Mereka bermaksud membunuh rombongan itu karena mereka adalah warga Republik
Indonesia.
Tanpa berpikir
panjang, dibentaknya mereka dengan keras: “Potong, potong,...kata Drg. Tjipto ...apa
kamu pikir gampang?! Yang punya hidup kami adalah Tuhan, bukan kalian, tahu!!”
Disaat demikian
genting tiba-tiba dari kejauhan terdengar seoarang berteriak: “Jangan ganggu
dia! Dia dokter hamba Tuhan!” Semua mereka terkejut. Ternyata orang tersebut
adalah narapida yang melarikan dari penjara. Ia seorang perawat yang kemudian
di angkat oleh OPM menjadi menteri kesehatan mereka. Dan laki-laki itu masih
megenali Drg. Tjipto yang setiap minggu melayani sekali dipenjara itu. “Jangan
takut dokter, dokter hamba Tuhan yang berbuat baik untuk orang Irian”: pesanya
sebelum berpisah.
Perlindungan Tuhan sungguh luar biasa. Sekaligus
mengajar kita bahwa tidak ada yang kebetulan dalam kehidupan kita bersama
Yesus. Semua yang Tuhan perintahkan, pasti akan ada manfaatnya di kemudian hari
yang membawa kepada kemuliaan NamaNya.
Firman Tuahan berkata: “Sebab Ia melindungi aku dalam pondok-Nya pada waktu bahaya; Ia
menyembunyikan aku dalam persembunyian di kemah-Nya, Ia mengangkat aku ke atas
gunung batu. Maka sekarang tegaklah kepalaku, mengatasi musuhku sekeliling aku;
dalam kemah-Nya aku mau mempersembahkan korban dengan sorak-sorai; aku mau
menyanyi dan bermazmur bagi TUHAN.” (Mazmur 27:5-6)
Sumber: Buku Hidup bergaul karib dengan Tuhan bagian 1
Kumpulan
Kisah Nyata:
No comments:
Post a Comment