Saya
tidak mau diantar
Kedua kali dibawa ke Surga dan Neraka
Vidio Bangkit dari Kematian
"Kesaksian" mantan peramal dan ahli Hong Sui
Tiba-tiba saya melihat waktu
sudah jam 11 malam. Saya mendengar suatu suara berkata, "Engkau akan
bersaksi di Muree besok dan kau masih disini sekarang." Saya menjadi agak
panik dan bergegas ke kamar kakak perempuanku serta memohon bantuan bila ada
orang yang dapat mengantarku ku ke Badami Bagh. Tapi mobil Samina sedang
dipakai tamu-tamu lainnya, Anis sedang sibuk dengan kaum keluarga suaminya dan
beberapa tamu dengan tegas menolak.
Saya mendengar seseorang berkata, "Kami tidak mau mencemarkan mobil kami. Mintalah kepada Yesusmu untuk menolong dirimu." Samina mendekat dan memegang tanganku – "Gulshan maafkan saya karena tidak dapat menolongmu. Kenapa kau tidak bermalam dengan kami malam ini lalu besok kami akan mengantarmu ke stasiun bus?" Sebenarnya usul ini baik kedengarannya, karena bagi seorang wanita pergi sendirian dimalam hari seperti ini di jalanan mengandung ancaman bahaya. Namun saya merasakan suatu desakan perasaan yang mendorongku. Saya telah diberi tugas sehingga saya harus mengusahakan sedapatnya untuk memperoleh jalan keluarnya
Saya mendengar seseorang berkata, "Kami tidak mau mencemarkan mobil kami. Mintalah kepada Yesusmu untuk menolong dirimu." Samina mendekat dan memegang tanganku – "Gulshan maafkan saya karena tidak dapat menolongmu. Kenapa kau tidak bermalam dengan kami malam ini lalu besok kami akan mengantarmu ke stasiun bus?" Sebenarnya usul ini baik kedengarannya, karena bagi seorang wanita pergi sendirian dimalam hari seperti ini di jalanan mengandung ancaman bahaya. Namun saya merasakan suatu desakan perasaan yang mendorongku. Saya telah diberi tugas sehingga saya harus mengusahakan sedapatnya untuk memperoleh jalan keluarnya
Saya
minta Tuhan tolong saya
Lupa berpamitan saya
menyelinap perlahan dari rumah yang terang benderang itu bersama seluruh
kesenangan dan rasa amannya lalu berdiri di pinggir jalan. Awanawan
menyelubungi bulan, rumah-rumah dan pepohonan kelihatan samar dalam kegelapan.
Dahan-dahan sebatang pohon mulberry (bebesaran) mendesir diatas kepalaku.
Dengan gugup saya bergerak dibawah bayangannya."Tuhan, Engkau telah
menyucikan saya. Jagalah dan tolonglah agar saya dapat sampai ke stasiun bus
pada waktunya. Saya serahkan diriku sepenuh-penuhnya dalam lidungan
Tuhan," doaku. Ketika saya mengakhiri doaku, air mata jatuh berlinang.
Saya merasa kehadiran Allah di sekelilingku di dalam gelap itu dan di dalam
lingkaran itu saya merasa aman.
Saya
mendengar suara motor
Lalu dari jauh saya
mendengar dan makin mendekat, bunyi deru mesin sepeda motor dan hampir
bersamaan saya melihat lampu depannya kelap-kelip; cahaya lampu diselubungi
kegelapan malam itu, sewaktu kendaraan itu bergerak menuju ke arahku menelusuri
jalanan aspal. Saya melihat rupanya sebuah rickshaw (semacam becak bertutup
yang dilengkapi mesin). Apakah kendaraan ini sedang membawa seseorang yang terlambat
datang ke pesta kawin itu ataukah pengemudinya akan pulang setelah bekerja
sehari-harian? Sambil berdoa agar orang ini akan berhenti bagiku, saya
melambai-lambai dan kendaraan itu berhenti disamping tempat saya berdiri.
"Dapatkah bapak membawa
saya ke Badami Bagh secepat yang dapat bapak lakukan? Saya harus mengejar
sebuah sebuah bus yang akan berangkat ke Rawalpindi selekas mungkin." Saya
tidak dapat melihat wajahnya karena ia memakai semacam penutup kepala, namun ia
mengangguk dan saya naik keatas kendaran itu dan saya tidak mau mengira-ngira
apakah orang ini penjahat yang akan mengambil keuntungan dari situasi saya.
Saya
di antar terminal bis
Kami bergerak maju,
meninggalkan gema deru mesin. Rasanya kami melaju degan cepat sepanjang jalan.
Sewaktu kami berputar masuk ke Badami Bagh saya melihat ke jam saya, nyatanya
kami menempuh jarak 28 km dalam waktu 5 menit. Pengemudi itu mengangkat tas
kerjaku tanpa berkata-kata dan membawanya ke deretan bus Watan Transport untuk
tujuan Rawalpindi. Waktu ia mendekat, kelihatan berperawakan tegap dan
mengenakan sebuah jubah panjang yang aneh berwarna coklat tua, pikirku mungkin
di seorang Pathan (Indo-Iran).
Tasku diletakkan di bawah
tempat duduk depan dan mau berlalu tanpa menunggu bayaran, sewaktu saya
menghentikan dan bertanya, "Berapa ongkos yang harus saya bayar?"
Allah
yang menyuruh saya menolongmu
Setelah berpaling kearahku,
ia berkata, "Allah telah menyuruh saya untuk menolongmu. Pergilah dengan
damai". Lalu ia membalik, pada lipatan leher jubahnya dan pada lengannya
yang berotot saya membaca sebuah kata yang ditulis dengan huruf mengkilap
"PETRUS".Saya berusaha melihat wajahnya namun saya hanya dapat
melihat matanya yang bercahaya.
Air mataku berlinang-linang
dan saya terpaksa menghapusnya. Ketika saya menengok lagi kearahnya, dia telah
menghilang dan tidak mengambil bayaranku, saya melihat ke sekeliling stasiun
bus itu yang pada waktu malam selarut itu cukup sibuk karena orang-orang lebih
suka bepergian di saat itu dibandingkan dengan di siang hari yang panas, namun
yang terlihat ialah para penumpang bus yang meluruskan kaki-kakinya bersiapsiap
melaksanakan perjalanan panjang. Saya mengambil tempat di tempat duduk
berkasur, satu-satunya wanita di bus itu yang bepergian sendirian dan tidak
mengenakan ‘burka’ dan saya membayar ongkosnya pada kondektur sewaktu ditagih.
Kumpulan Kisah Nyata
Vidio Bangkit dari Kematian
"Kesaksian" mantan peramal dan ahli Hong Sui
No comments:
Post a Comment