Tuesday, June 13, 2017

KESAKSIAN PARA MARTIR

Kita di ajarkan untuk saling mengampuni.. ketika saudara Membaca Kesaksian ini... Maka kita belajar untuk mempertahankan Iman kita kepada Kristus dalam situasi apapun bahkan hidup kita harus dipertaruhkan, Salib tetap harus kita bawah sampai garis Akhir.. Jangan mau menyerah tetap berjalan dalam kasih Tuhan yang Memampukan kita... GBU

Tetapi kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi. ~ Kisah Para Rasul 1:8

Pernahkah kamu mendengar kata martir? Kata martir ini tidak terlalu akrab di telinga gereja masa kini.  Walaupun saat ini, di berbagai belahan dunia banyak umat Kristen yang memberikan dirinya menjadi martir.
Apa itu martir? Kata ini berasal dari kata Yunani mártyr yang artinya adalah saksi, orang yang memberi kesaksian atau seseorang yang rela mengalami aniaya hingga kematian untuk apa yang ia percayai.

Yesus memanggil umat yang percaya kepada-Nya untuk menjadi saksi-Nya (Kisah Para Rasul 1:8), saat itu gereja mula-mula sadar betul arti dari hal ini. Mereka dipanggil untuk memberi kesaksian bahwa Yesus Kristus adalah Mesias yang sudah datang, mati di kayu salib, dan bangkit pada hari ke tiga untuk menebus dosa-dosa umat manusia. Hal ini bukan tanpa resiko, mereka tahu bahwa akhir hidup mereka bisa sangat mengerikan, namun mereka memandang hal itu sebagai sebuah kehormatan.

Dalam sebuah wawancara di sebuat acara televisi yang ditayangkan di saluran satelit Mesir, isteri dari penjaga Gereja St. Mark's Cathedral, korban bom bunuh diri pada Minggu Palma berkata, "Saya tidak marah kepada yang melakukan hal ini, saya berkata kepadany, 'Semoga Tuhan mengampuni,' dan kami juga mengampunimu. Percayalah, kami mengampunimu."

"Kamu menempatkan suami saya pada posisi yang tidak pernah dapat bayangkan sebelumnya (sebagai martir-red)," tambahnya.

Naseem Faheem adalah penjaga gerbang yang mengorbankan diri dan kemungkinan pertama kali mati dalam ledakan itu karena ia menghalangi teroris yang kemudian meledakkan diri. Ia telah menyelamatkan belasan jemaat yang ada di dalam gereja karena tindakannya itu.

Kristen Koptik di Mesir saat ini menghidupi kembali warisan iman gereja mula-mula dalam menjadi martir. Sesuatu yang sebelumnya mungkin bagi mereka hal itu sesuatu yang tidak pernah dibayangkan terjadi di abad ini. Karena tindakan keji kelompok teroris ISIS, banyak orang dipaksa menyangkal imannya atau memilih mati.

Hal ini mungkin terasa jauh bagi umat percaya di Indonesia. Namun sepertinya tidak lagi! Filipina negara dengan mayoritas beragama Katolik diguncang dengan serangan di kota Marawi. Ada belasan umat Kristen menjadi martir demi iman mereka, dan hal itu terjadi di negera tetangga kita yang perbatasannya sangat dekat.

Bagaimana dengan di negeri kita tercinta, Indonesia? Baru bulan lalu ledakan bom terjadi, hal tersebut menjadi sebuah pernyataan keras dari kelompok teroris ISIS bahwa mereka hadir di negeri ini. Tidak hanya itu, ada berbagai tekanan dan juga persekusi dari kelompok-kelompok intoleran menggunakan dalil agama untuk membenarkan tindakan mereka.

Pertanyaannya adalah, "Apakah gereja di negeri ini siap untuk menjadi martir bagi Kristus? Siapkah kita menjadi saksi, bukan hanya di mulut saja, namun hingga saat nyawa kita dipertaruhkan?"

Hal ini membawa kita kembali untuk menyelami ajaran dari Tuhan kita, Yesus Kristus. Kasih adalah penggerak utama dari ajaran-Nya, yaitu mengasihi Tuhan dan mengasihi sesama. Bahkan saat kita diperhadapkan dengan aniaya, kita diajarkan untuk melepaskan pengampunan dan kasih kepada mereka yang menganiaya kita. Dia adalah teladan sempurna dari seorang martir, karena Yesus telah menjadi martir bagi kita, dan kita terpanggil untuk mengikuti jejak langkah-Nya dalam mengasihi sesama manusia, bahkan mereka yang memusuhi kita.

Di waktu-waktu yang semakin hari semakin sulit ini, mari kita terus menabur kasih, melepaskan pengampunan, doa dan berkat, sehingga nama Tuhan ditinggikan dan berita keselamatan disebarkan.

Tiap 6 Menit Sekali Ada Satu Orang Kristen Mati Martir Loh!
Dalam sebuah riset yang dilakukan di Italia ditemukan bahwa ternyata sepanjang tahun 2016 lalu, hampir 90.000 orang Kristen meninggal karena iman mereka (dalam istilahnya mati martir). Laporan yang akan dipublikasikan oleh Pusat Studi Agama Baru (Censur) ini terdengar begitu menyedihkan. Jika dihitung-hitung, itu artinya ada satu orang Kristen yang mati martir (di seluruh dunia) setiap enam menit sekali.

Kepada Radio Vatikan, Direktur Pusat Studi Agama Baru, Massimo Introvigne menyampaikan bahwa jumlah ini menjadi sebuah kesimpulan besar bahwa umat Kristen memang menjadi kelompok yang paling teraniaya di seluruh dunia. Pun begitu, perlu dicatat bahwa jumlah umat Kristen ternyata paling tinggi dibanding penganut keyakinan lainnya.

Introvigne menjelaskan, sebagian besar penganiayaan terhadap umat Kristen (sekitar 70 persen) terjadi karena ‘konflik suku’ di Afrika. Orang Kristen menjadi target serangan karena mereka menolak ambil bagian dalam kekerasan yang terjadi.

Sementara pembunuhan terhadap orang Kristen yang tak kalah memperihatinkan terjadi di Nigeria bagian utara. Di negara ini, banyak orang Kristen yang diserang tiba-tiba dan dibunuh oleh kelompok teroris Boko Haram. 

Sementara di sisi lain, sekitar 30 persen orang Kristen lainnya mati martir karena diserang oleh teroris dan juga penganiayaan yang dilakukan oleh pemerintah negara tertentu.


Hasil survei ini tentu saja sangat menyedihkan bukan? Penganiayaan terhadap umat Tuhan terus berlanjut sampai saat ini. Tapi seberat dan sesakit apapun itu, biarlah kita bisa tetap punya iman yang sama seperti rasul Paulus yang justru bermegah atas penderitaan yang dia tanggung.

Anak-anak Para Martir Ini Bangga Dengan Iman Yang Sudah Ditunjukkan Para Ayah Mereka
Anak-anak dan keluarga korban dari 21 orang yang tewas dibunuh oleh kelompok teroris Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) pada 21 Februari 2015 lalu di Libya menyatakan mereka bangga atas keberanian para pria yang mati sebagai seorang martir karena mempertahankan iman mereka tersebut.

Sekalipun hingga kini mereka masih berduka karena kematian ayah mereka, namun pengorbanan ayah mereka tersebut menjadi penyemangat bagi anak-anak tersebut untuk terus kuat dalam iman mereka.

"Kabar baiknya tentang keluarga para martir di Libya itu adalah sekalipun telah dua tahun mereka masih hidup dalam penghiburan Roh Kudus dan mereka tetap teguh dalam iman  seperti yang ditunjukkan para martir itu kepada dunia; bagaimana seharusnya seorang Kristen sejati harus hidup dan mati untuk kemuliaan Kristus," demikian ungkap tim Fokus Pada Keluarga Timur Tengah yang masih terus memberikan pendampingan bagi para keluarga korban hingga saat ini.

"Ketika kami mengunjungan keluarga-keluarga itu secara rutin, kami bertemu dengan para istri martir-martir tersebut dan bertanya tentang anak-anak mereka dan bagaimana mereka hidup saat ini, jawaban yang umum adalah, 'Anak-anak kami di sekolah baru mereka sangat membanggakan  ayah mereka kepada teman-temannya dan mereka bekerja keras untuk bisa mengimbangi kurikulum agar tetap bisa mengejar tingkatan baru pendidikan tersebut.'"

Selain itu, para keluarga dari 21 Kristen Koptik yang menjadi martir tersebut juga mengunjungi dan menghibur keluarga-keluarga Koptik lain yang kehilangan orang-orang terkasih karena berbagai serangan teroris yang berbeda, seperti di Kairo, Tanta, Aleksandria, dan juga pembantaian terhadap penumpang bus di Minya pada tahun ini.

Para keluarga korban itu berbagi satu sama lain tentang, "bagaimana Tuhan setia dan menguatkan mereka dalam melewati pengalaman yang menyakitkan tersebut."

Umat Kristen Koptik di Mesir mengalami penganiayaan hebat sejak munculnya ISIS di Timur Tengah. Mereka menjadi korban intimidasi, perampokan, penganiayaan, dan bahkan pembantaian yang keji. Video pembantaian 21 martir yang disebarkan ISIS pada Februari 2015 lalu berjudul "Pesan yang ditandatangani dengan darah kepada Negara-negara Salib." Walau demikian hal itu tidak melemahkan iman para penganut Koptik di Mesir dan Timur Tengah.

Paus Koptik Teodoros II secara resmi pada 2016 lalu mencatatkan nama ke 21 orang yang dibunuh oleh ISIS pada Februari 2015 tersebut dalam buku para martir, karena mereka tewas untuk mempertahankan iman Kristen mereka. Uskup Amba Angaelos, uskup umum dari Gereja Koptik Orthodok menyatakan bahwa apa yang terjadi saat itu menyatukan orang-orang.

"Para pria tersebut membayar harga tertinggi, tetapi memberi kita alasan untuk memperjuangkan semua orang yang mengalami aniaya; mereka juga menunjukkan kepada kita bahwa tingkatan kejahatan yang harus kita lawan bersama, dan tingkatan keberanian, keimanan dan keteguhan yang harus kita teladani," demikian ungkap Uskup Angaelos.

Iman dan kasih kepada Kristus menghadapi ujian setiap harinya. Namun di hari-hari akhir ini, akan semakin banyak tantangan, namun seperti para umat Kristen Koptik di Mesir itu, mari terus teguh dalam iman, lepaskan pengampunan dan kasihi serta berdoa mereka yang membenci dan menganiaya kita.
Sumber: Jawaban.com

Catatan:
Tetap selalu berdoa buat Saudara-saudara kita Orang Percaya yang berada di daerah konflik. Ingat Tuhan mengajar kita untuk mengampuni... Apapun itu keadaan kita pengampunan itu kita harus berikan kepada orang yang telah menganiaya kita.. Matius 5:10-12 “Berbahagialah orang yang dianiaya oleh sebab kebenaran, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga. Berbahagialah kamu, jika karena Aku kamu dicela dan dianiaya dan kepadamu difitnahkan segala yang jahat. Bersukacita dan bergembiralah, karena upahmu besar di sorga, sebab demikian juga telah dianiaya nabi-nabi yang sebelum kamu.".. Amin

Kumpulan Kisah Nyata:

No comments:

Post a Comment