Kita
di ajarkan untuk saling mengampuni.. ketika saudara Membaca Kesaksian
ini... Maka kita belajar untuk mempertahankan Iman kita kepada Kristus dalam
situasi apapun bahkan hidup kita harus dipertaruhkan, Salib tetap harus kita
bawah sampai garis Akhir.. Jangan mau menyerah tetap berjalan dalam kasih Tuhan
yang Memampukan kita... GBU
Tetapi kamu akan menerima kuasa,
kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem
dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi. ~ Kisah Para Rasul
1:8
Pernahkah
kamu mendengar kata martir? Kata martir
ini tidak terlalu akrab di telinga gereja masa kini. Walaupun saat ini, di berbagai belahan dunia
banyak umat Kristen yang memberikan dirinya menjadi martir.
Apa
itu martir? Kata ini berasal dari kata Yunani mártyr yang artinya adalah saksi,
orang yang memberi kesaksian atau seseorang yang rela mengalami aniaya hingga
kematian untuk apa yang ia percayai.
Yesus memanggil umat yang percaya
kepada-Nya untuk menjadi saksi-Nya (Kisah Para Rasul 1:8), saat itu gereja mula-mula sadar
betul arti dari hal ini. Mereka dipanggil untuk memberi kesaksian bahwa Yesus
Kristus adalah Mesias yang sudah datang, mati di kayu salib, dan bangkit pada
hari ke tiga untuk menebus dosa-dosa umat manusia. Hal ini bukan tanpa resiko,
mereka tahu bahwa akhir hidup mereka bisa sangat mengerikan, namun mereka
memandang hal itu sebagai sebuah kehormatan.
Dalam
sebuah wawancara di sebuat acara televisi yang ditayangkan di saluran satelit
Mesir, isteri dari penjaga Gereja St. Mark's Cathedral, korban bom bunuh diri
pada Minggu Palma berkata, "Saya
tidak marah kepada yang melakukan hal ini, saya berkata kepadany, 'Semoga Tuhan
mengampuni,' dan kami juga mengampunimu. Percayalah, kami mengampunimu."
"Kamu
menempatkan suami saya pada posisi yang tidak pernah dapat bayangkan sebelumnya
(sebagai martir-red)," tambahnya.
Naseem
Faheem adalah penjaga gerbang yang mengorbankan diri dan kemungkinan pertama
kali mati dalam ledakan itu karena ia menghalangi teroris yang kemudian
meledakkan diri. Ia telah menyelamatkan belasan jemaat yang ada di dalam gereja
karena tindakannya itu.
Kristen
Koptik di Mesir saat ini menghidupi kembali warisan iman gereja mula-mula dalam
menjadi martir. Sesuatu yang sebelumnya mungkin bagi mereka hal itu sesuatu
yang tidak pernah dibayangkan terjadi di abad ini. Karena tindakan keji
kelompok teroris ISIS, banyak orang dipaksa menyangkal imannya atau memilih
mati.
Hal
ini mungkin terasa jauh bagi umat percaya di Indonesia. Namun sepertinya tidak
lagi! Filipina negara dengan mayoritas beragama Katolik diguncang dengan
serangan di kota Marawi. Ada belasan umat Kristen menjadi martir demi iman
mereka, dan hal itu terjadi di negera tetangga kita yang perbatasannya sangat
dekat.
Bagaimana
dengan di negeri kita tercinta, Indonesia? Baru bulan lalu ledakan bom terjadi,
hal tersebut menjadi sebuah pernyataan keras dari kelompok teroris ISIS bahwa
mereka hadir di negeri ini. Tidak hanya itu, ada berbagai tekanan dan juga
persekusi dari kelompok-kelompok intoleran menggunakan dalil agama untuk
membenarkan tindakan mereka.
Pertanyaannya
adalah, "Apakah gereja di negeri ini siap untuk menjadi martir bagi
Kristus? Siapkah kita menjadi saksi, bukan hanya di mulut saja, namun hingga
saat nyawa kita dipertaruhkan?"
Hal
ini membawa kita kembali untuk menyelami ajaran dari Tuhan kita, Yesus Kristus.
Kasih adalah penggerak utama dari ajaran-Nya, yaitu mengasihi Tuhan dan
mengasihi sesama. Bahkan saat kita diperhadapkan dengan aniaya, kita diajarkan
untuk melepaskan pengampunan dan kasih kepada mereka yang menganiaya kita. Dia
adalah teladan sempurna dari seorang martir, karena Yesus telah menjadi martir
bagi kita, dan kita terpanggil untuk mengikuti jejak langkah-Nya dalam
mengasihi sesama manusia, bahkan mereka yang memusuhi kita.
Di waktu-waktu yang semakin hari
semakin sulit ini, mari kita terus menabur kasih, melepaskan pengampunan, doa
dan berkat, sehingga nama Tuhan ditinggikan dan berita keselamatan disebarkan.
Tiap 6 Menit Sekali Ada Satu Orang
Kristen Mati Martir Loh!
Dalam
sebuah riset yang dilakukan di Italia ditemukan bahwa ternyata sepanjang tahun
2016 lalu, hampir 90.000 orang Kristen meninggal karena iman mereka (dalam
istilahnya mati martir). Laporan yang akan dipublikasikan oleh Pusat Studi
Agama Baru (Censur) ini terdengar begitu menyedihkan. Jika dihitung-hitung, itu
artinya ada satu orang Kristen yang mati martir (di seluruh dunia) setiap enam
menit sekali.
Kepada
Radio Vatikan, Direktur Pusat Studi Agama Baru, Massimo Introvigne menyampaikan
bahwa jumlah ini menjadi sebuah kesimpulan besar bahwa umat Kristen memang
menjadi kelompok yang paling teraniaya di seluruh dunia. Pun begitu, perlu
dicatat bahwa jumlah umat Kristen ternyata paling tinggi dibanding penganut
keyakinan lainnya.
Introvigne
menjelaskan, sebagian besar penganiayaan terhadap umat Kristen (sekitar 70
persen) terjadi karena ‘konflik suku’ di Afrika. Orang Kristen menjadi target
serangan karena mereka menolak ambil bagian dalam kekerasan yang terjadi.
Sementara
pembunuhan terhadap orang Kristen yang tak kalah memperihatinkan terjadi di
Nigeria bagian utara. Di negara ini, banyak orang Kristen yang diserang
tiba-tiba dan dibunuh oleh kelompok teroris Boko Haram.
Sementara
di sisi lain, sekitar 30 persen orang Kristen lainnya mati martir karena
diserang oleh teroris dan juga penganiayaan yang dilakukan oleh pemerintah
negara tertentu.
Hasil
survei ini tentu saja sangat menyedihkan bukan? Penganiayaan terhadap umat
Tuhan terus berlanjut sampai saat ini. Tapi seberat dan sesakit apapun itu,
biarlah kita bisa tetap punya iman yang sama seperti rasul Paulus yang justru
bermegah atas penderitaan yang dia tanggung.
Anak-anak Para Martir Ini Bangga
Dengan Iman Yang Sudah Ditunjukkan Para Ayah Mereka
Anak-anak
dan keluarga korban dari 21 orang yang tewas dibunuh oleh kelompok teroris
Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) pada 21 Februari 2015 lalu di Libya
menyatakan mereka bangga atas keberanian para pria yang mati sebagai seorang
martir karena mempertahankan iman mereka tersebut.
Sekalipun
hingga kini mereka masih berduka karena kematian ayah mereka, namun pengorbanan
ayah mereka tersebut menjadi penyemangat bagi anak-anak tersebut untuk terus
kuat dalam iman mereka.
"Kabar
baiknya tentang keluarga para martir di Libya itu adalah sekalipun telah dua
tahun mereka masih hidup dalam penghiburan Roh Kudus dan mereka tetap teguh
dalam iman seperti yang ditunjukkan para
martir itu kepada dunia; bagaimana seharusnya seorang Kristen sejati harus
hidup dan mati untuk kemuliaan Kristus," demikian ungkap tim Fokus Pada
Keluarga Timur Tengah yang masih terus memberikan pendampingan bagi para
keluarga korban hingga saat ini.
"Ketika
kami mengunjungan keluarga-keluarga itu secara rutin, kami bertemu dengan para
istri martir-martir tersebut dan bertanya tentang anak-anak mereka dan
bagaimana mereka hidup saat ini, jawaban yang umum adalah, 'Anak-anak kami di
sekolah baru mereka sangat membanggakan
ayah mereka kepada teman-temannya dan mereka bekerja keras untuk bisa
mengimbangi kurikulum agar tetap bisa mengejar tingkatan baru pendidikan
tersebut.'"
Selain
itu, para keluarga dari 21 Kristen Koptik yang menjadi martir tersebut juga
mengunjungi dan menghibur keluarga-keluarga Koptik lain yang kehilangan
orang-orang terkasih karena berbagai serangan teroris yang berbeda, seperti di
Kairo, Tanta, Aleksandria, dan juga pembantaian terhadap penumpang bus di Minya
pada tahun ini.
Para
keluarga korban itu berbagi satu sama lain tentang, "bagaimana Tuhan setia
dan menguatkan mereka dalam melewati pengalaman yang menyakitkan
tersebut."
Umat
Kristen Koptik di Mesir mengalami penganiayaan hebat sejak munculnya ISIS di
Timur Tengah. Mereka menjadi korban intimidasi, perampokan, penganiayaan, dan
bahkan pembantaian yang keji. Video pembantaian 21 martir yang disebarkan ISIS
pada Februari 2015 lalu berjudul "Pesan yang ditandatangani dengan darah
kepada Negara-negara Salib." Walau demikian hal itu tidak melemahkan iman
para penganut Koptik di Mesir dan Timur Tengah.
Paus
Koptik Teodoros II secara resmi pada 2016 lalu mencatatkan nama ke 21 orang
yang dibunuh oleh ISIS pada Februari 2015 tersebut dalam buku para martir,
karena mereka tewas untuk mempertahankan iman Kristen mereka. Uskup Amba
Angaelos, uskup umum dari Gereja Koptik Orthodok menyatakan bahwa apa yang
terjadi saat itu menyatukan orang-orang.
"Para
pria tersebut membayar harga tertinggi, tetapi memberi kita alasan untuk
memperjuangkan semua orang yang mengalami aniaya; mereka juga menunjukkan
kepada kita bahwa tingkatan kejahatan yang harus kita lawan bersama, dan
tingkatan keberanian, keimanan dan keteguhan yang harus kita teladani,"
demikian ungkap Uskup Angaelos.
Iman
dan kasih kepada Kristus menghadapi ujian setiap harinya. Namun di hari-hari
akhir ini, akan semakin banyak tantangan, namun seperti para umat Kristen
Koptik di Mesir itu, mari terus teguh
dalam iman, lepaskan pengampunan dan kasihi serta berdoa mereka yang membenci
dan menganiaya kita.
Sumber:
Jawaban.com
Catatan:
Tetap
selalu berdoa buat Saudara-saudara kita Orang Percaya yang berada di daerah
konflik. Ingat Tuhan mengajar kita untuk mengampuni... Apapun itu keadaan kita
pengampunan itu kita harus berikan kepada orang yang telah menganiaya kita.. Matius 5:10-12 “Berbahagialah orang yang
dianiaya oleh sebab kebenaran, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga. Berbahagialah
kamu, jika karena Aku kamu dicela dan dianiaya dan kepadamu difitnahkan segala
yang jahat. Bersukacita dan bergembiralah, karena upahmu besar di sorga, sebab
demikian juga telah dianiaya nabi-nabi yang sebelum kamu.".. Amin
Kumpulan Kisah Nyata:
No comments:
Post a Comment