Ribuan pengungsi Timur
Tengah yang tiba di Jerman dipandang sebagai dua sisi berlawanan oleh negara
Uni Eropa. Di satu sisi, Eropa menghadapi ketidakmampuan dalam menahan arus
deras peningkatan pengungsi dan di sisi lain banjirnya pengungsi berdampak
signifikan dengan peningkatan jumlah jemaat di sejumlah gereja di Jerman.
Seperti dikutip dari
Satuharapan.com, Jerman sedang mengalami lonjakan pengungsi yang belum pernah
terjadi sebelumnya, dengan jumlah imigran yang mencapai 800.000 orang. Para
imigran ini datang dari negara-negara yang tengah dilanda perang saudara,
seperti Irak, Afghanistan, Pakistan, Suriah, Sudan Selatan dan Libya. Adapula
yang datang dari negara jauh seperti Rostock di Laut Baltik. Namun untuk
mendapatkan hak tinggal atau suaka, pengungsi harus tetap memenuhi persyaratan
yang ditetapkan pemerintah. Salah satu yang mereka lakukan adalah dengan mengubah
keyakinan dengan mengikuti ‘kursus kilat’ agama Kristen demi mendapatkan suaka
tersebut.
Meskipun motivasi para
pengungsi ini tidak murni, namun gereja Jerman yang tengah menghadapi
kemerosotan jemaat tetap terbuka menyambut para pengungsi. Gereja Berlin’ Evangelical Trinity, misalnya,
mengetahui bahwa banyak imigran yang menjadi jemaat gereja hanya untuk
mendapatkan suaka tetapi gereja tetap menerima dan membaptis mereka. “Saya tahu
orang-orang datang ke sini karena mereka berharap memperoleh suaka, tapi saya
tetap membiarkannya karena saya percaya pada mereka,” kata Pendeta gereja
Evangelical Trinity, Gottfriend Martens, seperti dilansir Theglobejurnal.com,
Sabtu (5/9).
Martens justru menilai hal
itu sebagai ‘mujizat’ bagi Jerman yang tengah menghadapi kemerosotan penganut
Kristen. Setidaknya 80 orang jemaat baru Trinity adalah imigran yang berasal
dari Iran dan beberapa warga Afghanistan, dan tengah menunggu dibaptis.
Selain gereja Evangelical
Trinity, gereja Lutheran di Hannover dan Rhineland juga telah melaporkan
peningkatan jemaat asal Iran. Tidak ada jumlah yang pasti terkait banyak
imigran yang telah menjadi jemaat di salah satu gereja di Jerman beberapa tahun
belakang ini. Tetapi jumlah itu masih mengalahkan sebanyak empat juta Muslim di
Jerman.
Kendati begitu, salah satu
keluarga pengungsi bernama Mohammed Ali Zooobi dan istrinya Afsaneh asal Iran
membantah telah masuk Kristen demi memperoleh suaka. Ia mengaku sudah menjadi
Kristen secara diam-diam sejak berusia 18 tahun. Ia memutuskan untuk melarikan
diri ke Jerman setelah teman Kristen lainnya ditangkap, dan setiba di Jerman ia
masuk gereja Trinity dan baru saja dibaptis pada Minggu (29/8) lalu. “Sekarang
kami bebas dan dapat menjadi diri kami sendiri. Yang paling penting saya sangat
senang bahwa anak-anak kami akan memiliki masa depan yang baik di sini dan bisa
mendapatkan pendidikan yang baik di Jerman,” terangnya.
Kendati lonjakan pengungsi
ini dianggap baik bagi gereja Jerman, tetapi negara-negara Eropa menyadari
bahwa penampungan imigran di negara-negara Eropa ini akan menjadi masalah besar
ke depan.
Sumber :
Satuharapan.com/jawaban.com/ls
>>>
Berita Keselamatan Harus
Disampaikan <<<
Kumpulan Kisah Nyata:
No comments:
Post a Comment