Kita tidak memiliki dorongan kuat
untuk membicarakannya
Saat
kita belum membereskan emosi kita terhadap seseorang atau situasi tertentu.
Luapan emosi keluar dari mulut kita sepanjang waktu, bahkan kita tidak
menyadari bahwa kita telah mulai mengatakannya. Perhatikanlah perkataan kita.
Amatilah beberapa sering percakapan mengarah kepada orang yang telah menyakiti
kita. Kita akan mendapat jawaban berapa jauh kemajuan kita dalam proses
mengampuni.
Kita jarang memikirkannya
Orang yang belum kita ampuni mendominasi pikiran kita. Dia menyeruak dalam pikiran kita saat kita tidak mengharapkannya. Saat kita mencoba untuk berdoa, dia muncul di depan kita. Kita kesulitan untuk berhenti memikirkannya. Jika hal ini terjadi ketika anda ingin berdoa, berhentilah. Ucapkanlah kata-kata pengampunan. Alkitab menyatakan bahwa jika kita mengetahui bahwa seseorang sakit hati karena kita, kita harus meninggalkan persembahan korban di atas mezbah, lalu pergi membereskan hubungan itu dulu.
Kita tidak berhasrat untuk membalas dendam
Orang yang belum kita ampuni mendominasi pikiran kita. Dia menyeruak dalam pikiran kita saat kita tidak mengharapkannya. Saat kita mencoba untuk berdoa, dia muncul di depan kita. Kita kesulitan untuk berhenti memikirkannya. Jika hal ini terjadi ketika anda ingin berdoa, berhentilah. Ucapkanlah kata-kata pengampunan. Alkitab menyatakan bahwa jika kita mengetahui bahwa seseorang sakit hati karena kita, kita harus meninggalkan persembahan korban di atas mezbah, lalu pergi membereskan hubungan itu dulu.
Kita tidak berhasrat untuk membalas dendam
Ada
kecenderungan kuat pada kita untuk membalas dendam dan menghukum. Secara
diam-diam, kita ingin menjadi hakim, juri, dan algojo, sehingga memastikan
bahwa hukuman atas kejahatan tersebut sesuai dengan pemikiran kita tentang
beratnya kejahatan itu. Allah berfirman agar kita tidak menuntut balas.
Pembalasan adalah hak-Nya. Saat kita membalas dendam, kita tidak menaati Allah.
Kita aka menerima akibatnya. Kadang kala kita menantikan Allah memberikan hukuman
atau menunggu mereka mengakui kesalahan, baru kita mengampuni.
Ini
bukanlah kehendak Allah. Dia mengatakan, “Tugasmu
adalah mengampuni. Akulah yang menghukum. Pembalasan adalah hak-Ku.” Anda
tidak perlu memikir cara pembalasan itu terjadi. Allah memiliki gambaran yang
sempurna tetang pembalasan itu. Dia memiliki seluruh pengetahuan untuk
menghakimi secara tepat dan menjatuhkan hukuman dengan adil. Dia memang hak
untuk menghakimi dan menghukum para pelaku kesalahan. (Roma 12:19-20).
Kita
sering ingin memberikan ucapan pengampunan yang bersyarat, “Aku akan
mengampuni, tetapi aku tidak akan melupakan.” Ini bukanlah tipe pengampunan
kehendak Allah. Kita terus menyimpan rasa sakit dengan memilih untuk terus
mengingat-ingat kaesalahan orang. Ketika kita sungguh-sungguh mengampuni, Allah
menyembuhkan rasa sakit dalam ingatan kita tentang peristiwa tersebut. Ingatan
tersebut tetap berada disana, tetapi tidak menimbulkan rasa sakit. Hal itu
tidak mengontrol hidup kita lagi. Kita jangan memikirkannya. Selama proses
tersebut, kita harus mampu melepasnya dengan cepat tanpa rasa sakit atau
penyesalan.
Kita bisa memberkati orang yang
menyakiti kita
Ini
merupakan tujuan akhir ke depan. Kita akan tahu bahwa kita telah
sungguh-sungguh mengampuni ketika kita tidak hanya rindu melihat musuh kita
diberkati, tetapi aktif mendoakannya, bahkan memperlancar mengalirkan berkat
itu. proses pengampunan bisa dibantu dengan memilih berdoa untuk memberkati
orang tersebut.
jika
pada awalnya anda melakukan dengan kemarahan, perlahan-lahan perasaan anda
mulai membaik. Anda dapat melakukan sesuatu untuk memberkati mereka atau memberi
mereka hadiah. Hal ini akan memberlakukan prinsip pengampunan secara lebih
cepat. (Matius 5:24)
Yesus
mengatakan, “Berbuat baiklah kepada
orang yang membenci kamu, dan berdoalah kepada mereka yang memandang kamu
rendah.” Rasul Paulus mengajar kita untuk tidak menuntut balas, tetapi
menyerahkan kepada Allah untuk bertindak atas kita. Dia berkata bahwa kita
harus memberi makan musuh kita dan memberkati mereka.
“Jangan membiarkan dosa menjadi
tuan atas kita. jangan mau dikuasi kejahatan. kalahkan kejahatan dengan
kebaikan.” (Roma 12:12)
Hal
ini disebut hidup dengan roh yang berbeda. Yesus telah menunjukkannya dengan
begitu indah melalui kedatangan-Nya ke bumi dan dengan hidup dalam kerendahan
hati, menyerahkan kepada Bapa, dan ketaatan kepada-Nya. Karya Yesus ini
menghancurkan kuasa dosa atas maut.
Dia
memiliki sikap seperti ini dan menunjukkannya. Bapa meninggalkan-Nya. Dia
menunjukan sikap ini secara ekstrem, yaitu merelakan diri-Nya didakwa bersalah
dan disalib seperti penjahat. Tanpa membuka mulut-Nya untuk membela diri.
Bukannya membalas dendam, yang dapat Dia lakukan dengan memanggil pasukan
malaikat untuk membebaskan diri-Nya, Dia taat pada kehendak Bapa.
Apapun
keadaanmu hari ini, dalam keadaan yang sulit sekali untuk mengampuni, ingatlah
kepada Tuhan Yesus yang telah mengampuni dirimu terlebih dahulu, oleh sebab itu
tidak ada alasan untuk kita mengampuni musuh kita. Amin
Kumpulan
Kisah Nyata:
No comments:
Post a Comment