Dua puluh tahun usia pernikahan,
Herdy dan Kustinawati tak kunjung dikaruniai anak. Terlebih lagi Herdy adalah
anak laki-laki pertama sehingga tuntutan keluarga untuk memiliki cucu dari
mereka semakin menekan Kustinawati. Segala macam cara telah mereka tempuh,
termasuk usaha medis, namun tak kunjung membuahkan hasil.
"Suami saya itu anak laki-laki pertama
jadi otomatis keluarganya mengharapkan cucu dari anak laki-laki pertamanya.
Untuk menghindari konflik, saya hanya bicara seperlunya dengan mertua. Saya
juga orangnya diam, jadi lebih banyak disimpan di dalam hati," ungkap
Kustinawati.
Namun sikap diam Tina untuk menghindari konflik dengan mertuanya tak dapat bertahan lama ketika mertuanya mengalami keretakan pinggul akibat jatuh saat beres-beres rumah. Tindakan operasi tidak mungkin dilakukan karena penyakit diabetes yang diderita mertuanya. Otomatis Kustinawatilah yang harus merawat sang mertua karena memang semua iparnya tinggal di luar kota. Karena setiap hari bertemu dan perubahan kondisi mertua yang hanya bisa tergolek di tempat tidur membuat mertuanya mudah terpancing emosi. Konflik dengan mertuanyapun tak terhindarkan. Hubungan Tina dan mertuanya semakin renggang.
Tak hanya konflik dengan mertua, Tina
juga harus kembali menelan kepahitan hidup ketika program bayi tabung yang
dijalaninya gagal. Dari tiga sel telur yang berhasil dikeluarkan dari rahimnya,
semuanya gugur. Tekanan demi tekanan yang dihadapinya membuat Kustinawati
memutuskan untuk pergi dari rumah dan tinggal dengan saudaranya.
Herdy, sang suami, bingung harus
membela siapa. Karena memang Herdy sendiri tidak mengetahui kenyataan akan kegagalan
program hamil yang dijalani istrinya. Ia tak dapat memahami perilaku istrinya
yang tertekan sampai memutuskan pergi dari rumah.
"Pikiran saya serba bingung.
Satu sisi ada mama, di sisi lain ada istri. Tidak mungkin bagi saya untuk marah
ke mama," ungkap Herdy.
Di rumah saudaranya, Kustinawati
dinasehati saudaranya untuk mulai terbuka membagi bebannya kepada orang lain,
terutama kepada Yesus. Ia diminta untuk berdoa mengungkapkan segala keluh kesah
yang ada di dalam hatinya dan tidak menyimpannya sendiri.
"Saya diminta untuk menyerahkan
semua permasalahan, semua persoalan ke tangan Yesus. Saya hanya bisa bilang,
"Tuhan, jangan permalukan saya karena saya selalu berharap kepada
Engkau". Akar kepahitan dan segala beban yang ada di dalam hati ini sepertinya
dilepaskan saat itu," kisah Kustinawati.
Setelah merasakan kelepasan atas
segala beban-beban yang ada di hatinya, Kustinawati memutuskan untuk kembali
pulang ke rumah. Sikap hatinya yang telah diperbaharui Tuhan ini juga mengubah
pandangan dan perilaku Kustinawati terhadap mertuanya. Ia merawat mertuanya
dengan penuh kasih sayang, tak lagi sambil bersungut-sungut. Hubungan
Kustinawati dan mertuanya yang tadinya renggang kembali terjalin dengan
harmonis. Herdy tentu saja senang melihat perubahan yang terjadi di antara
istri dan mamanya.
"Kalau memang kuasa Tuhan sudah
bekerja, orang yang tadinya keras pun bisa luluh," ungkap Herdy.
"Saya punya inisiatif seperti
misalnya tiap sore saya ajak nyanyi terus berdoa. Kalau memang kita mengampuni,
otomatis kita akan mengasihi," ungkap Tina mengenai sikapnya yang berubah
manis terhadap mertuanya.
Hingga suatu hari tanpa disangka,
Tina kembali terlambat datang bulan. Dan kali ini hasil tes kehamilan
menunjukkan kalau dirinya positif sedang mengandung. Kabar gembira ini langsung
disampaikan Tina kepada mertuanya. Namun sayang mertuanya tak sempat
menyaksikan kelahiran cucu yang telah dinantikan kehadirannya selama 20 tahun
karena di bulan Juni 2003, mertua Kustinawati meninggal dunia.
Hari demi hari berlalu dan janin yang
berada di rahim Kustinawati berkembang dengan baik. Sebuah awal yang baru telah
dimulai.
"Dari awal pernikahan kami
selama 21 tahun itu Tuhan tetap ada," ujar Kustinawati menceritakan
kebesaran Tuhan dalam kehidupan pernikahannya.
Tepat di hari ulang tahun pernikahan
yang ke-21, Kustinawati melahirkan seorang putra yang turut melengkapi
kebahagiaan mereka.
"Jadi tepat di usia perkawinan
yang ke-21, istri saya melahirkan seorang putra," kisah Herdy.
"Curhat ke manusia mungkin
hasilnya bisa berbeda. Tapi Tuhan bisa dijadikan tempat curhat. Dan saya
berharap Tuhan bisa pakai anak saya untuk pekerjaan Tuhan yang luar biasa
nantinya," tutup Kustinawati mengakhiri kisah hidupnya yang
mempertontonkan kuasa Tuhan secara luar biasa.
Sumber Kesaksian: Jawaban.Com
Kustinawati.
Kumpulan Kisah Nyata:
No comments:
Post a Comment