Penyelidikan Kain Kafan
KAIN
KAFAN TORINO BERASAL DARI ABAD KE-14?
Atas
perintah dari Paus Johannes Paulus II kain kafan yang disimpan di kota Torino
di Italia Utara diselidiki secara ilmiah dengan test-Carbon-14.
Test-Carbon-14
itu adalah cara yang baik untuk menentukan umur dari barang purbakala. Metode
itu sudah lama dikenal, tetapi baru sekarang ini dapat dilakukan dengan contoh
kain yang kecil (kurang dari satu centimeter persegi).
Test dilakukan oleh tiga Universitas (satu di Amerika, satu di Inggris dan satu di Swis). Penyelidikan dikoordinasi oleh Direktur dari British Museum, Dr. Tite.
Pada
bulan Oktober 1988 diumumkan hasilnya: Kain kafan di Torino berasal dari abad
14, Dengan demikian sudah terbukti bahwa kain kafan Torino bukan kain kafan
Yesus, yang disebut dalam Injil Yohanes.
PENIPUAN OLEH BRITISH MUSEUM?
Akan
tetapi Dr. Bruno Bonnet-Eymard dalam majalah bulanan Perancis 'La
Contre-reforme catholique' menuduh Dr. Tite melakukan penipuan. Pada waktu
potongan dari kain kafan akan dikirim ke Universitas yang akan menyelidiki kain
itu, Dr. Tite menukar potongan kain kafan dengan potongan kain lain yang
diambil dari Korkap Santo Louis, Uskup dari Anjou pada abad ke-14.
PETISI
KEPADA SANTO BAPA
Sekarang
sudah ada banyak petisi kepada Santo Bapa di Roma, supaya test-Carbon-14
diulang dengan penjagaan lebih ketat, supaya jangan ada penipuan lagi.
Pada
bulan Mei 1989 akan diadakan simposium di kota Bologna, Italia, sebagai
persiapan Kongres Internasional kelima, yang akan diadakan di Cagliari, Italia
pada bulan April 1990.
Harapan
besar mereka akan mohon izin dari Santo Bapa untuk mengulang test-Carbon-14.
PENYELIDIKAN
BARU:
KAIN
KAFAN DIBUAT DALAM ABAD KEDUA SEBELUM MASEHI!
Pada
tahun 1973 Prof. Gilbert Raes dari Universitas Gent di Belgium telah membuat
penyelidikan-tekstil sepotong dari kain kafan. Prof. Raes membuktikan bahwa
benang dari kain kafan dipintal dengan tangan. Pada akhir abad ke-11 di Eropa
Barat sudah memakai roda pemintal, sehingga penyelidikan dari British Museum
tidak cocok. Prof. Raes masih menyimpan sepotong dari kain kafan itu. Potongan
itu dikirim ke Universitas di California (Amerika Serikat) untuk diselidiki
dengan test-Carbon-14. Hasilnya bahwa kain kafan itu dibuat lebih kurang 200
tahun sebelum Yesus lahir.
Yosef dari Arimatea yang sudah mempunyai kuburan
dekat Kalvari, mungkin juga sudah mempunyai kain kafan yang mahal dan tua.
Darah
merembesi serat2 kain
HASIL
PENYELIDIKAN TEAM AMERIKA PADA TAHUN 1976
Pada
tahun 1976 team dari Amerika menyelidiki kain kafan.
Hasil
penyelidikan mereka dipelajari di Amerika oleh lebih dari 400 orang ahli sains.
Mereka semua berpendapat, bahwa kain kafan bukan penipuan.
Flagrum
(cambuk) dan sepotong kain kafan dengan tanda dua pasang luka cambuk
Gambar
pada kain kafan sungguh cetakan dari jenasah seorang yang disiksa seperti
diceriterakan dalam Injil, bukan lukisan. Tidak ketemu zat warna atau bahan
kimia lain, yang diperlukan untuk melukis.
Gambar
punggung dengan lebih dari 120 luka cambuk (flagrum taxillatum)
Diperiksa
dengan microscope tidak ketemu kesalahan anatomis.
Padahal
ilmu anatomi yang tepat baru berumur 150 tahun.
Gambar
tangan dengan empat jari, kedua ibujari tertekuk ke dalam
Gambar
adalah negatif, sedangkan fotografi baru dikenal dalam abad ke-19.
Gambar
mempunyai sifat tiga dimensi. Komputer dan alat foto untuk menyelidiki tiga
dimensi adalah alat mutakhir (tahun 70-an) yang dipakai oleh NASA untuk
menyelidiki permukaan bulan.
Tangan
dipaku pada Rongga Destot tempat urat syaraf median
Luka
pada tangan Yesus ketemu pada pergelangan tangan, bukan ditengah-tengah tangan
seperti lukisan-lukisan dari abad pertengahan.
Gambar
luka ditikam tombak; darah mengalir ke bawah; bagian yang terang pada noda
adalah terpisahnya serum dengan darah.
Luka
pada lambung Yesus ketemu disebelah kanan bawah, bukan kiri atas seperli patung
salib biasa.
KEBENARAN
AKAN MENANG
Kain
kafan pernah dipakai untuk membungkus jenasah yang disiksa seperti Yesus!
Ahli
sains yang menyelidiki dulu tidak akan diam. Dalam waktu singkat kebenaran akan
menang!
J.
Lampe S.J.
------------------------------------------------------------
BAGAIMANA
SAMPAI DI TURIN?
------------------------------------------------------------
Kain
kafan Turin dipercayai sebagai kain kafan yang dipakai oleh para murid-Nya
untuk membungkus jenazah Yesus waktu dimakamkan, seperti dikisahkan oleh semua
penginjil.
"Mereka
menurunkan tubuh Yesus, lalu dikafaninya dengan kain halus sambil membubuh
rempah-rempah wangi, semuanya menurut adat Yahudi menguburkan orang mati."
(Yoh 1 9 :40)
Bagaimana
sejarahnya maka Kain kafan itu sekarang disimpan di kota Turin di Italia Utara?
Pada
waktu Yesus bangkit dari antara orang mati, Kain kafan ditinggal di dalam
makam. Yohanes memberi kesaksian dalam injilnya: "Ia (Yohanes) menjenguk
ke dalam dan dilihatnya kain kafan terletak di situ." Sesudah itu tidak
disinggung tentang Kain kafan. Dapat dipastikan, para rasul dan para murid
membawa Kain kafan suci ke Yerusalem dan menyimpan serta menghormatinya di
sana. Tetapi sebelum tahun 348 (jadi selama tiga abad lebih) tidak adalah
berita-berita tentang Kain kafan itu. Dapat kita maklumi keadaan ini, sebab
selama waktu itu orang-orang kristiani sedang dikejar-kejar, dianiaya, dan bila
tertangkap, dibunuh. Orang-orang kristiani bersembunyi, menjalankan
ibadat-ibadat secara sembunyi-sembunyi, dan menyembunyikan semua barang dan
orang yang bersangkut paut dengan iman mereka, termasuk Kain kafan Yesus.
Baru
sesudah Konstantinus naik takhta sebagai Kaisar Roma dan bertobat menjadi
kristiani, (313), maka agama kristiani dapat berkembang dengan bebas dan
orang-orang kristiani dapat menjalankan ibadat-ibadat mereka dengan leluasa.
Pada tahun 348 St. Sirilus, uskup Yerusalem, membuktikan kebangkitan Yesus
dengan menunjukkan kepada umatnya Kain kafan Yesus. Pada tahun 670 uskup
Arkulfus dari Britani Perancis menulis dalam buku hariannya tentang ziarahnya
ke Yerusalem; ia mencatat bahwa ia melihat, mencium dan mengukur panjang Kain
kafan itu.
Pada
tahun 1005 Yerusalem diserang dan diduduki oleh orang-orang Turki (Islam).
Orang-orang kristiani melarikan diri ke Konstantinopel (Istambul sekarang); harta
Gereja dan barang-barang suci yang sangat berharga mereka bawa serta, termasuk
Kain kafan Yesus. Pada tahun 1147 raja Louis VII dari Perancis datang ke
Konstantinopel dan menghormati Kain kafan.
Konstantinopel
pun tidak luput dari serbuan orang-orang Turki. Berkali-kali Konstantinopel
menjadi rebutan antara raja-raja kristiani dan raja-raja Islam. Relikui-relikui
suci ada yang hilang. Tetapi Kain kafan masih tetap aman dan utuh. Para
peziarah tetap berdatangan ke Konstantinopel untuk menghormati Kain kafan
Yesus. Dalam salah satu buku harian para peziarah itu disebutkan bahwa
tiap-tiap hari Jumat Kain kafan itu diperlihatkan kepada khalayak umum yang
ingin menghormatinya. Tetapi Konstantinopel terus menerus saja menjadi
bulan-bulanan serangan orang-orang Turki.
Keamanannya
kurang terjamin. Maka selama Perang-perang Salib berikutnya diamankanlah
barang-barang suci dari Konstantinopel.
Pada
tahun 1353 Kain kafan diketahui berada di keluarga Geoffrey de Charny dari
Perancis, di kota Lirey. Pada tahun 1357 keluarga bangsawan yang miskin di
daerah Perancis Tengah itu memamerkan kain itu dalam gereja setempat mereka.
Keluarga
yang berharap menarik perhatian para peziarah dan sumbangan mereka mengatakan
bahwa kain itu adalah Kain kafan yang dipakai pada pemakaman Yesus Kristus.
Uskup
setempat segera memerintahkan supaya pameran itu ditutup. Pada waktu itu barang
peninggalan merupakan usaha dagang yang menguntungkan, dan pemalsuan pun sudah
menjadi hal yang biasa. Sangat tidak mungkin bahwa sebuah keluarga yang tidak
dikenal memiliki Kain kafan asli dari Yesus.[1]
----
[1]
Majalah Mingguan Hidup, No.1O Th. XXXIV 7 Maret 1982,
"Inikah
Wajah Yesus Kristus?", hlm. 6.
Pada
tahun 1452 Kain kafan itu dipertukarkan dengan sebuah puri dan tanah yang
mengelilinginya. Pemiliknya sekarang adalah Pangeran Louis Savoie. Kain kafan
dipindah dari Lirey ke Chambery. Dan di tempat ini dibangun sebuah kapel yang
indah untuk Kain kafan itu. Kain kafan disimpan dalam sebuah peti perak,
dilipat rapi. Pada tahun 1532 terjadi kebakaran di sakristi kapel itu. Sebagian
tutup peti perak itu terbakar. Lelehan perak menjatuhi Kain kafan dan
menghanguskan lipatan-lipatannya. Pada tahun 1534 suster-suster Klaris dari
Chambery diberi tugas memperbaiki Kain kafan itu.
Pada tahun 1578 Emmanuele Filibert II, Raja Savoie, memindahkan Kain kafan ke Turin, untuk memperpendek perjalanan Karolus Borromeus, Uskup Agung Milan, yang ingin menghormati Kain kafan karena Milan telah dijauhkan dari suatu bencana. Di Turin Kain kafan mula-mula disimpan di gereja St. Laurensius, di dalam kapel Bunda Berdukacita.
Pada
tahun 1649 Kain kafan dipindahkan ke kapel yang dirancang dan dibangun oleh
Guarino Guarini di dekat Katedral Turin.
Dalam
Perang Dunia II Kain kafan sempat diamankan ke kota Napels. Tetapi pada tahun
1946 Kain kafan dibawa kembali ke Turin dan disimpan di sana hingga sekarang.
Secara yuridis Kain kafan tetap menjadi milik keluarga Savoie. Namun ada tiga
instansi yang memegang kuncinya, yaitu keturunan keluarga Savoie sendiri, Uskup
Agung Turin, dan Pemerintah di Turin.
------------------------------------------------------------
PENELITIAN
KAIN KAFAN
------------------------------------------------------------
Pertanyaan-pertanyaan
yang timbul tentang Kain kafan Turin itu telah menciptakan ilmu pengetahuan
baru, yang disebut sindonologi. (Sandon, bhs. Latin, berarti: kain kafan.)
Pertanyaan-pertanyaan
itu mengenai:
1.
Keaslian (autentisitas) Kain kafan:
Apakah
Kain kafan Turin itu benar-benar kain lenan yang dibeli oleh Yusuf Arimatea
untuk membungkus (mengafani) tubuh Yesus?
2.
Keaslian (kesungguhan) gambar pada Kain kafan:
Apakah
gambar yang tertera pada Kain kafan itu sungguh-sungguh bekas darah yang
mengalir dari luka-luka? Mungkinkah itu hanya hasil lukisan seorang seniman,
suatu tiruan dari abad 14 atau sebelumnya?
3.
Bagaimana gambar itu sampai tertera pada Kain kafan?
Bagaimana
darah-darah yang meliputi tubuh penuh luka itu membekas (mengecap) pada Kain
kafan, sehingga timbullah perwujudan manusia Kain kafan itu?
Penelitian
Kain kafan bermula dengan pembuatan foto Kain kafan itu pada tahun 1898 oleh
Secondo Pia. Sambil mengikuti pameran umum yang jarang dibuat untuk Kain kafan
Turin, Secondo Pia, seorang fotografer Italia, diijinkan untuk mengambil foto
dari peninggalan itu. Ketika memperbesar negatifnya, Secondo terkejut karena
menemukan gambar positif dari wajah pada Kain kafan itu, sebuah gambar yang
jauh lebih jelas bagaikan hidup daripada kalau Kain kafan dilihat dengan mata
telanjang. Ini adalah penemuan pertama bahwa gambar pada Kain kafan itu menyerupai
negatif fotografis -- semacam gambar yang tidak dapat dipahami oleh pemalsu
abad pertengahan.
Pada
tahun 1900 seorang seniman Perancis dan ahli biologi, Paul Vignon, berusaha
menemukan bagaimana terjadi gambar pada Kain kafan Turin itu. Ia menetapkan bahwa
itu bukanlah lukisan atau celupan dan menyatakan bahwa bagaimanapun juga gambar
itu diproyeksikan ke dalam Kain kafan oleh sebuah tubuh manusia.[2]
----
[2]
Hidup, 7 Maret 1982, hlm. 12
Pada
tahun 1931 seseorang bernama Joseph Enrie membuat foto lagi atas Kain kafan
dengan hasil yang lebih jelas dan lengkap.
Pada
tahun 1969 Uskup Agung Turin, Kardinal Pellegrino, membentuk suatu komisi
penelitian untuk mempelajari lebih mendalam lagi tentang Kain kafan. Seseorang
bernama Giovanni Battista Judica-Cordiglia membuat foto baru Kain kafan dengan
teknik-teknik fotografi yang lebih maju. Pada tahun 1973 tanggal 22 dan 23
November, Kain kafan dipertunjukkan di layar televisi untuk pertama kalinya.
Monsignor Giulio Ricci membuat foto-foto dari Kain kafan untuk meneruskan
penyelidikan-penyelidikannya. Dan komisi baru dibentuk pula untuk
penelitian-penelitian lebih lanjut.
Monsignor
Giulio Ricci mengabdikan diri kepada penelitian Kain kafan itu sejak tahun
1950. Ia mempelajari bekas-bekas pada Kain kafan satu demi satu, menganalisis
sifat dan morfologinya (bentuk dan susunannya), dan menyelidiki arah-arah
aliran darah, sudut-sudut, keteraturan dan ketidakteraturannya. Ia mendasarkan
penelitian-penelitiannya atas semua ilmu pengetahuan modern dengan dibantu oleh
ilmuwan-ilmuwan dari Italia dan negara-negara lainnya. Pada tahun 1976 ia
terpilih menjadi presiden Centro Romano di Sindonologia (Pusat Sindonologi
Roma). Ia juga menjadi anggota Pusat Internasional Sindonologi di Turin. Dewasa
ini ia dipandang sebagai seorang ahli terkemuka tentang Kain kafan.
Selain
ilmuwan-ilmuwan Italia, para ilmuwan dari negara lain pun menaruh perhatian
yang besar. Kain kafan Turin telah menjadi salah satu obyek penelitian ilmiah
yang sangat intensif yang pernah dilakukan di antara sekian banyak peninggalan
sejarah lainnya. Pada tahun 1978 terbentuk kelompok ilmuwan dari Amerika
Serikat yang disebut Proyek Penelitian Kain Kafan Turin. Dua orang yang
terlibat dalam Proyek ini ialah Kenneth Stevenson, seorang insinyur dan bekas
perwira angkatan udara, dan Gary Habermas, seorang profesor sejarah dan
filsafat. Mereka menjelajahi seluruh Italia dengan susunan terbaik dari alat
uji-coba non-destruktif yang mungkin dapat mereka adakan. Mereka mengadakan
segalanya dari sinar merah infra sampai pada x-ray. Mereka mempergunakan
spektroskopi, cermin sinar merah infra, sinar ultraviolet, x-ray standar, sinar
x-ray pokoknya apa saja yang dapat dipikirkan dipakai untuk menenun kapas;
bekas-bekas kapas terdapat pada serat-serat lenan yang diselidikinya. Dan
diketahui bahwa kapas sudah terdapat di Timur Tengah sejak abad 7 sebelum
Masehi dan tidak ditanam di Eropa. Jadi penemuan-penemuan kedua orang ilmuwan
itu membuktikan bahwa Kain kafan Turin ditenun di Timur Tengah dan sudah
diproduksi 2000 tahun yang lalu, dan bahwa Kain kafan Turin itu pernah berada
di Palestina, di Turki dan di kawasan Laut Tengah.
Yang
tidak dapat diragu-ragukan lagi tentang Kain kafan Turin ialah bahwa Kain kafan
itu dahulu dipakai untuk membungkus Seorang Manusia; bahwa Manusia itu membekas
pada Kain kafan itu; dan bahwa bekas-bekas pada Kain kafan itu bekas-bekas
darah yang mengalir dari luka-luka Manusia itu.
Sifat
luka-luka Manusia itu juga sudah diselidiki secara anatomis dan patologis dan
menambah kepastian bahwa bekas-bekas itu sungguh-sungguh bekas-bekas darah,
bukan tiruan atau buatan tangan manusia/seniman abad 14.
Seandainya
bekas-bekas itu tiruan atau buatan belaka, bagaimana mungkin bekas-bekas itu
dapat dilukis demikian cermatnya sampai hal yang sekecil-kecilnya dan tak satu
kejanggalan pun yang dapat dikenali oleh ilmuwan-ilmuwan kedokteran dewasa ini.
Mungkinkah seniman abad 14 akan mempunyai ilmu pengetahuan kedokteran abad 20?
Karena pertimbangan itu semua maka para ahli anatomi dan patologi berkesimpulan
bahwa gambar yang membekas pada Kain kafan Turin itu bukanlah tiruan atau buah
karya seniman abad 14.
Apakah
Manusia yang terbungkus Kain kafan Turin benar-benar Yesus sendiri? Hal ini
kiranya juga tidak diragu-ragukan lagi. Penelitian terhadap bekas-bekas darah
yang ada pada Kain kafan Turin mengungkapkan bahwa Manusia Kain kafan itu telah
mengalami lima tahap penderitaan: penderaan, pemahkotaan duri, pemanggulan
salib, penyaliban di atas bukit Kalpari, dan penusukan lambung dengan tombak.
Dari historiografi (penulisan sejarah) tak dapat diketemukan orang lain yang
telah menjalani kelima tahap penderitaan itu, kecuali orang yang disebut
"Yesus Kristus" dalam kisah sengsara menurut Matius, Markus, Lukas
dan Yohanes.
Gary
Habermas menguatkan hal ini. Ia berkata, "Sejarah dan arkeologi memberikan
kerangka umum tentang apakah itu penyaliban. Dan kita tahu dari cerita Injil
tentang sejumlah hal yang telah diperbuat terhadap Yesus yang bukan merupakan
prosedur biasa dalam penyaliban. Hal-hal itu seperti misalnya: bahwa Ia
dimahkotai duri, bahwa kaki-Nya tidak dipatahkan, bahwa Ia ditikam di lambung
setelah Ia meninggal dan keluarlah darah dan air. Juga tidak lazim bagi seorang
penjahat yang tersalib mendapatkan penguburan pribadi dengan pakaian lenan yang
mahal.
Para
ahli kedokteran yang telah meneliti Kain kafan berkata bahwa hal ini dengan
tepat menunjukkan hal-hal sebagai berikut: seorang yang dimahkotai dengan duri,
yang kakinya tidak dipatahkan, yang ditikam di lambung dengan senjata ukuran
seorang serdadu Roma, dengan darah dan air tercurah dari lukanya setelah
kematian. Dan ia juga dikuburkan tersendiri dalam pakaian lenan yang mahal.
Bukan hanya semuanya ini menunjukkan kesamaan tetapi juga tidak adanya titik
perbedaan. Jika mereka adalah orang-orang yang berlainan, anda dapat berharap
menemukan sekurang-kurangnya satu detail yang tidak cocok. Tetapi sekali lagi,
tidak ada titik perbedaan.
Selain
itu, Proyek Penelitian Kain Kafan Turin juga mengungkapkan bahwa
sekurang-kurangnya terdapat empat petunjuk pada Kain kafan tentang kebangkitan
orang yang terbungkus di dalamnya.
Pertama,
tidak terdapat pembusukan pada pakaian. Mayat yang terbungkus di dalamnya
selama lebih dari empat hari pastilah akan membusuk dengan hebatnya. Tetapi
kita tidak menemukan suatu tanda tentang hal itu pada Kain kafan. Jadi orang
yang mati di dalamnya telah bangkit, atau sebelum hari yang keempat telah
dipindahkan dari dalamnya. Seandainya mayat dipindahkan dari dalam bungkusnya,
bagaimana kita akan menerangkan gambar yang terjadi pada kain pembungkus itu?
Pada Kain kafan itu kita menyaksikan bekas lumuran darah yang pekat dan utuh;
bekuan darah tidak retak atau rusak. Anda dapat membayangkan pembalut pada
luka: ketika anda membuka, pembalut itu sedikit melekat pada luka. Kain kafan
dihubungkan secara longgar dengan mayat oleh darah yang mengering. Jika ada
orang melepaskannya, ia akan menghancurkan bekuan darah dan meretakkan ujung
bekas lumuran darah yang kering. Para ahli kedokteran yang telah mempelajari
Kain kafan mengatakan itu tidak terjadi.
Jadi
pertama, mayat tidak berada cukup lama dalam Kain kafan untuk membusuk.
Petunjuk
kedua, bekas lumuran darah yang utuh mengatakan kepada kita bahwa mayat itu
(tetap) terbungkus; mayat tidak pernah dipindahkan dari bungkusnya .
Petunjuk
ketiga tentang kebangkitan ialah bahwa gambar itu memiliki ciri-ciri barang
hangus. Maka petunjuk ketiga berdasarkan pada teori bahwa gambar disebabkan
oleh suatu penghangusan. Mayat telah meninggalkan Kain kafan tanpa terbungkus
dan pakaian yang hangus dengan gambar tentang dirinya sendiri. Hal ini
memberikan penjelasan adanya semacam kekuatan enersi yang mungkin menghanguskan
Kain kafan itu kekuatan enersi yang bersinar cemerlang yang telah menjadikan
orang mati dalam bungkus Kain kafan itu bangkit dan hidup kembali dalam
kemuliaan ilahi.
Petunjuk
keempat adalah sebuah bukti sejarah. Jika Kain kafan menguatkan cerita Injil
tentang kematian Yesus, maka Kain kafan cenderung menguatkan apa yang dikatakan
Injil tentang kebangkitan Yesus.
Jadi
gambar pada Kain kafan hanya dapat terjadi, bila orang yang terbungkus di
dalamnya bangkit dari mati penuh cahaya cemerlang.[5]
----
[5]
Hidup, 7 Maret 1982, hlm. 9-10.
Tentang
bagaimana terjadinya gambar pada Kain kafan itu, penyelidikan demi penyelidikan
sedang berlangsung. Ahli-ahli kimia, biokimia, pembesaran gambar dan analisis
dengan komputer, fisika nuklir, fotografi bintang, spektroskopi, termo-kimia,
mikroanalisis dan selidik-mikro ion, penentuan tanggal dengan karbon semuanya
mencurahkan perhatian untuk membuka rahasia tentang terjadinya gambar pada Kain
kafan itu. Yang mereka ungkapkan antara lain bahwa gambar itu terjadi melalui
proses pancaran cahaya termonuklir (fotolisis dalam kilatan cahaya sekejap),
atau ledakan sinar yang sangat terang dalam sekilas; bahwa gambar itu terjadi
sebagai akibat campuran wangi-wangian ratus dan blendok dalam iklim yang
lembab; bahwa gambar itu tercipta berkat proses fibrinolisis (pelunakan darah
yang beku karena adanya fibrinolisin dalam darah atau karena ulah
bakteri-bakteri); bahwa gambar itu terjadi sebagai akibat dari pelbagai reaksi
biokimia.
Semoga
seluruh dunia tidak lama lagi akan mengetahui lebih banyak tentang Manusia Kain
kafan dan menanggapi dengan cinta dan kerendahan hati yang mendalam seruan yang
tidak kunjung padam-- "Ecce homo! Lihatlah manusia itu!"
Manusia
Kain Kafan 012074 © Kanisius 1983
PENERBIT
KANISIUS (Anggota IKAPI)
Jln.
Cempaka 9, Deresan, Yogyakarta 55281
Telepon
(0274) 588783. 565996, Teleks 295213
Fax
(0274) 563349 Kotak Pos 1125/Yk, Yogyakarta 550011
Kumpulan Kisah Nyata:
No comments:
Post a Comment