“Ritual Mencari Pesugihan di Dalam Masyarakat Jawa
( Mistis Kejawen )
( Mistis Kejawen )
Terdapat Belenggu Okultisme dan Kuasa Gelap”
Kesaksian-life kembali
membagi kebenaran tentang Ritual Masyarakat Jawa, kita sama-sama akan belajar. Ketika saudara membaca
judul ini tentang ritual, pasti banyak dari antara kita sudah tahu. Setiap suku
memiliki ritualnya masing-masing, kali ini yang saya ingin bagikan di blog ini
ritual dari suku Jawa, yang saya ambil dari teman blogger.. sahabat-gembala. blogspot.com. Cukup menarik untuk di baca karena kebenaran ini di ambil dari sebuah Buku yang
dapat dipercayai.. Selamat membaca..GBU
BAB 1
Pendahuluan
1.1. Latar Belakang
Persoalan hidup manusia sangatlah kompleks.
Kekomplekan tersebut juga menyangkut keyakinan terhadap sesuatu yang dapat
memberikan pengaruh kepadanya. Dilatarbelakangi oleh keadaan, kesulitan hidup
mendorong manusia untuk membuat pola keagamaan yang dipercaya dapat memecahkan
problematika kehidupannya. Dalam masyarakat Jawa terdapat sebuah keyakinan yang
sudah turun-temurun dilakukan yaitu mencari pesugihan. Mencari pesugihan memang
sangat jarang diucapkan secara jelas (vulgar) karena sebenarnya ada unsur
perasaan isin (malu) yang terdapat dalam kehidupan masyarakat. Untuk membuat
makna yang berbeda maka kebanyakan orang menyebut dengan arti : “ ngalap berkah
(mencari berkat)”.
Ngalap berkah dalam masyarakat Jawa dilakukan
ditempat-tempat yang dianggap keramat atau wingit. Demikian waktu
yang dipilih pun tidak setiap hari tetapi ada hari-hari khusus misalnya setiap malam
Jumat dan Selasa. Keyakinan tersebut sampai saat ini belum luntur. Ritual
mencari pesugihan atau ngalap berkah telah menjadi menjadi sebuah kepercayaan
yang turun temurun dilakukan oleh sebagian masyarakat Jawa. Tempat-tempat
keramat atau wingit tersebut di kalangan masyarakat Jawa sangatlah popular dan
disebut sebagai wisata religi. Pengaruh ritual mencari pesugihan yang
dilaksanakan oleh sebagaian masyarakat Jawa mempunyai pengaruh bahwa ketika
kesulitan datang mereka dapat mencari pertolongan di tempat-tempat keramat
tersebut dengan melakukan
samadi, nglakoni, berpuasa, berdoa bahkan mengorbankan sesuatu sebagai tumbal.
Ritual mencari kekayaan tidaklah jauh dari tempat
tinggal orang-orang Kristen karena di setiap daerah hampir ada tempat untuk
melakukannya. Alasan inilah yang mendorong penulis untuk menyoroti ritual mencari
pesugihan dalam perspektif iman Kristen. Dengan dasar bahwa iman Kristen harus
berdiri teguh pada keyakinan akan Kristus Yesus sebagai sumber kehidupan. Dalam
kitab Roma 1:16, 17 dikatakan: “Sebab aku mempunyai
keyakinan yang kokoh dalam Injil, karena Injil adalah kekuatan Allah yang
menyelamatkan setiap orang yang percaya, pertama-tama orang Yahudi, tetapi juga
orang Yunani. Sebab di dalamnya nyata kebenaran Allah, yang
bertolak dari iman dan memimpin kepada iman, seperti ada tertulis: "Orang
benar akan hidup oleh iman."
1.2. Rumusan Masalah
Untuk menghindari pembahasan yang meluas
maka penulis membahas ritual mencari pesugihan yang dilakukan oleh orang Jawa.
1.3. Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah adalah untuk
memberi kontribusi kepada umat Kristiani dan para hamba Tuhan supaya dapat
mencegah terjadinya praktik okultisme dalam kehidupan umat-Nya.
BAB 2
Praktik Okultisme Dalam Ritual Mencari Pesugihan
2.1. Pengertian
Ritual pesugihan mempunyai arti sebuah usaha untuk
mendapatkan kekayaan duniawi dengan melakukan ritual-ritual, pengorbanan (wadal
& tumbal) di tempat-tempat keramat. Mencari pesugihan tidak hanya dilakukan
oleh orang-orang kaya tetapi semua lapisan masyarakat Jawa melakukan; mulai dari
kalangan pejabat, usahawan, sampai pada bakul (penjual kecil-kecilan). Alasan mereka untuk mencari pesugihan
di antaranya adalah :
ü Supaya usaha dan berjualan
lancar
ü Jabatan dalam pemerintahan
atau perusahaan tidak lengser
Orang Jawa menggemari melakukan ziarah termasuk
ritual mencari pesugihan. Meskipun mereka menganut agama formal namun orang
Jawa secara sadar dan tidak sadar adalah penganut
kejawen. Pandangan kejawen mengenai Tuhan mereka dalami dengan suatu
anggapan bahwa Tuhan adalah penyebab dari segala sesuatu di seluruh alam
semesta. Menurut Koentjaraningrat, sumber utama konsep mengenai Tuhan dari
pengikut kejawen adalah buku nawaruci. Dalam
buku itu Tuhan dilambangkan sebagai makhluk yang sangat kecil. Ia dapat melihat
seluruh jagat raya dengan terang benderang. Tuhan dilambangkan dengan wujud
makhluk dewa dan dapat masuk ke dalam hati sanubari manusia. Tetapi Tuhan juga
besar dan luas seperti samudera.
Konsep mistik Dewa ruci memunculkan dua aliran
yaitu:
v Pandangan Tuhan yang bersifat
panteistis.Menganggap Tuhan sebagai yang terbesar,tak terbatas dan sebagai
keseluruhan alam semesta.Tetapi Tuhan dapat berbentuk kecil sehingga dimiliki
oleh seseorang.
v Pandangan Monistis.Menganggap Tuhan
sebagai Maha Besar,tetapi berada di dalam segala bentuk kehidupan di alam
semesta ini,termasuk manusia,yang hanya merupakan ufuk yang sangat kecil
diantara segala-gala hal.
Dalam konsep keyakinan ini, orang Jawa mengenal
banyak sekali tokoh-tokoh keramat diantaranya guru agama, tokoh sejarah, tokoh
pahlawan, keturunan keraton sampai tokoh-tokoh mitologi yang muncul dalam dunia
pewayangan. Untuk menghormati dan menghidupkan tokoh-tokoh keramat maka di
berbagai tempat dibangun makam-makam keramat (pepundhen). Pada akhirnya tempat
tersebut dijadikan tempat ziarah. Sistem keyakinan kejawen juga mengenal roh-roh
yang baik, yang bukan nenek moyang atau kerabat yang telah meninggal, yaitu
dhanyang, bahurekso, sing ngemong, dan widadari.
Dhanyang adalah roh
yang menjaga dan mengawasi seluruh masyarakat (desa, dukuh); bahureksa adalah
penjaga tempat-tempat tertentu seperti bangunan umum, sumur tua, hutan,
tikungan, jembatan pohon, goa dan sebagainya. Sing ngemong adalah roh yang menjaga kesejahteraaan seseorang dipandang
sebagai saudara kembar dari jiwa seseorang (dapat bandingkan dengan ari-ari
ketika seorang bayi lahir dipendam di depan rumah dan diberi lampu).
Sedangkan widadari adalah dianggap sebagai wanita
cantik yang tempatnya di langit dan yang berbuat baik kepada manusia.
Di samping tokoh-tokoh baik di kenal pula
tokoh-tokoh jahat yang dapat menuntut balas atas pertolongan dan keuntungan
yang telah diberikan kepada manusia.Misalnya thuyul, yaitu: dibayangkan sebagai manusia kecil (kerdil) yang dapat
mencari kekayaan dengan cara mencuri milik orang lain. Sehingga bila ada
orang di suatu desa menjadi kaya dapat dituduh memelihara thuyul.
2.2. Kegiatan Ritual dalam mencari pesugihan
2.2.1. Sesajen
Untuk dapat memperoleh kekayaan seseorang harus
melakukan ritual tertentu. Ritual merupakan tata cara atau system yang harus
dilakukan dalam melakukan pemujaan kepada roh-roh. Ritual yang dilakukan oleh
masyarakat Jawa juga sangat kental dengan pemujaan kepada roh-roh. Dalam ritual
tersebut seseorang harus menyajikan sesajen
(sajian) misalnya makanan, daging ayam, dan sayur tertentu.
Sesajen yang telah dipersiapkan adalah masakan
matang yang kemudian di bawa ketempat tertentu untuk diadakan doa. Sesajen
merupakan anggapan bahwa makanan tersebut disajikan
kepada roh yang berkuasa di tempat tersebut.
2.2.2. Laku
Laku adalah suatu
tindakan ritual kepercayaan Jawa untuk memperoleh sesuatu yang diinginkan.
Pada hari-hari besar, orang Jawa melakukan ritual puasa, tirakat, atau
mengendalikan diri. Mereka juga melakukan lara pula (asketis) seperti berpuasa
dan bersemadi. Laku atau ngalakoni dapat dilakukan di rumah atau tempat-tempat
ziarah sebagai syarat untuk memperoleh kekayaan.
Laku tapa brata dalam masyarakat Jawa dianggap
oleh para pengikut kejawen sebagai sesuatu hal yang sangat penting dalam
kesusatraan Jawa kuno. Konsep tapa brata diambil
langsung dari Hindu tapas yang berasal dari buku-buku Veda. Selama
berabad-abad para pertapa dianggap sebagai orang keramat. Mereka dianggap
menjalankan kehidupan dengan ketat, disiplin tinggi dan menahan hawa nafsu.
Dengan tapa brata, maka seseorang dapat mencapai tujuan
yang sangat penting mendapatkan pangkat yang tinggi, menjadi sakti, termasuk
memperoleh kekayaan. Menurut Koentjaraningrat, dalam orang Jawa dikenal
berbagai cara bertapa, yaitu:
v Tapa Ngalong,yaitu melakukan tapa model
badannya tergantung terbalik,kedua kakinya diikat pada dahan pohon
v Tapa Ngluwat,yaitu bersemadi di samping
makam nenek moyang,angoota keluarga atau orang keramat (sakti),untuk jangka
waktu tertentu
v Tapa Bisu,yaitu menahan diri untuk
berbicara.Tapa ini sebelumnya dimulai oleh suatu janji.
v Tapa Bolot,yaitu tidak mandi dan tidak
membersihkan diri selama jangka waktu tertentu.
v Tapa Ngidang,yaitu berjalan-jalan sendiri
masuk hutan
v Tapa Ngramban, yaitu berada sendirian di
dalam hutan hingga waktu tertentu hanya makan tumbuh-tumbuhan yang ada
disekitarnya.
v Tapa Ngalambang,yaitu merendam diri di
tengah sungai selama beberapa waktu yang sudah ditentukan.Dewi Anjani dalam
cerita pewayangan melakukan ini.
v Tapa Ngeli,yaitu bersemadi dengan
membiarkan diri dihanyutkan arus air di atas sebuah rakit.
v Tapa Tilem,dengan cara tidur untuk suatu
jangka waktu tertentu tanpa makan apa-apa.Dalam cerita pewayangan dilakukan
oleh : Kumbakarno dan Rahwan.
v Tapa Mutih, yaitu hanya makan nasi saja
tanpa lauk pauk
v Tapa Mangan, yaitu dilakukan berdiri tidur
tetapi tidak boleh makan.
Jenis bertapa berbagai model ini dilaksanakan
tidak berdiri sendiri, tetapi dilakukan menurut aturan tertentu bahkan
dibarengi dengan puasa dengan harapan orang yang melakukan dapat memperoleh
wahyu.
2.3. Tempat ziarah dan Mencari
Pesugihan
2.3.1. Pesarean Gunung Kawi
Gunung Kawi terletak di desa Wonosari, Kabupaten
Malang, Jawa Timur. Pesarean ini berada di lereng selatan gunung Kawi. Tempat
ziarah ini merupakan makam mbah Djoego atau Kyai Zakaria II dan Raden Mas Imam
Soedjono yang dimakamkan dalam satu liang lahat. Kyai Zakharia II dan RM Imam
Soedono berada dari Keraton Mataram Kartosuro dan Yogyakarta
Gunung Kawi sekarang tidak hanya dikenal sebagai
tempat wisata tetapi juga tempat ziarah komunitas Jawa dan China. Tempat Ziarah
ini merupakan fenomena yang kompleks, terutama karena adanya nuansa pergulatan
agama dan budaya lokal dalam arena mistisme gunung Kawi. Warisan budaya yang
bersendi religi mistis kejawen sangat mewarnai suasana gunung Kawi. Dengan
kedekatannya pada alam lereng gunung Kawi maka mistis kejawen sangat sulit
dipisahkan dengan animisme dan dinamisme yang bersifat akulturatif dengan
Islam.Fenomena wisata ziarah gunung kawi telah melahirkan kapitalisme dan
desakralisasi di tengah askestisme (lara lapa) Jawa. Ribuan orang setiap Jumat
Legi mengunjungi obyek wisata dalam rangka melakukan ritual termasuk mencari
pesugihan.
Dalam ritual tersebut para pengunjung harus
mengikuti syarat yang telah dikeluarkan oleh Yayasan Ngesti Godo selaku
pengelola pesarehan Gunung Kawi, yaitu:
v Bersih lahir batin,harus mandi,pakaian
bersih dan sopan.Secara batin tidak boleh memikirkan hal-hal yang
jelek.Perempuan haid tidak boleh masuk
v Semua pengunjung yang masuk ke ruang
pendopo harus melepaskan alas kaki
v Setelah masuk ke ruang pesarean,pengunjung
menyerahkan tabor bunga kepada Juru Kunci.Dialah yang kemudian menaburkan bunga
ke pusara makam.
Ritual Mencari Pesugihan di Gunung Kawi
Dalam ritual gunung Kawi, para peziarah mempunyai
keyakinan dapat memperoleh kekayaan dengan cara ziarah kubur. Peranan pohon
besar bernama dewandaru yang diyakini mendatangkan kekayaan pun menjadi daya
tarik yang mendapat perhatian para pengunjung. Para peziarah atau orang yang
bermaksud mencari pesugihan datang ke gunung Kawi pada setiap
malam Jumat Legi secara beramai-ramai dan mereka memusatkan ziarah kubur
ke makam Mbah Djoego dan Raden Mas Imam Soedjono. Selain hari khusus tersebut,
para peziarah pada hari biasa juga cukup banyak. Para Peziarah harus membawa
syarat-syarat untuk proses lelaku; misalnya membawa bunga, kemenyan, dan
sesaji.
Pada hari-hari biasa di gunung Kawi diadakan acara
selamatan tiga kali sehari yaitu pkl. 09.00, 14.00, dan 21.00. Hari khusus
lainnya selain Jumat Legi adalah setiap tanggal 12 syuro. Di sana diadakan
ritual tahlil akbar untuk memperingati meninggalnya Raden Mas Imam Soedjono.
Pesarean Gunung Kawi ini menjadi tempat yang
terkenal dan mereka yang datang bertujuan untuk mencari berkah; yang ada
kaitannya dengan ekonomi, lancar rejeki, sukses usaha, berhasil dalam kerja.
Fenomena mencari kekayaan dengan datang ke gunung Kawi berlangsung terus dan
orang mengklaim mengalami peningkatan ekonomi dari ritual tersebut.
2.3.2. Sendang Bulus Jimbung
Legenda
Munculnya legenda Sendang Bulus Jimbung adalah
Adanya sebuah kerajaan Wiratha dengan ratu Ari Ratu Warasugha. Ia pemimpin yang
adil dan bijaksana. Ratu mempunyai seorang putra bernama Raden Patahwan yang
tampan dan tersohor. Sementara di Purwodadi ada kerajaan bernama Kalingga. Raja
Kalingga mempunyai seorang putri bernama Dewi Wahdi.Putri ini setuju untuk
diperistri oleh Raden Patahwan, sanga raja Kalinga setuju, tetapi untuk
membuktikan bahwa rakyat Wiratha jujur, maka raja meletakkan sebuah bokor
kencana yang berisi emas. Ternyata seorang pun dari rakyat Wiratha tidak ada
yang mengambilnya. Namun Pada suatu hari Raden Patahwan sedang berjalan-jalan
dan terjatuh, kakinya mengenai bokor kencana sehingga berubah posisinya.
Kejadian tersebut oleh Ratu Wiratha diindikasikan bahwa Raden Patahwan hendak
mencuri bokor. Hingga akhirnya sang Pangeran di hukum dipotong satu kakinya
yang menyentuh bokor.
Untuk menghilangkan kesedihan maka pangerean
berjalan dan sampai di gunung Buthak dan atas petunjuk kakinya sembuh. Hingga
akhirnya ia terus berjalan dan sampai di suatu tempat yang ia namakan kerajaan
Jimbun.
Tempat ziarah ini terletak di Jimbung, Kalikotes,
Klaten. Orang-orang yang datang ke Sendang Bulus Jimbung sering mengadakan
semadi atau menyepi dengan tujuan untuk memperoleh kekayaan atau ingin laris
dalam usaha dagang. Pada acara perayaan syawalan selalu meriah dan dilakukan
pasar malam selama tujuh hari tujuh malam. Pengunjung yang mempunyai maksud
tertentu, misalnya untuk tirakatan, atau permohonan tertentu biasanya melakukan
tirakat pada hari Jumat Kliwon atau selasa Kliwon. Sesajen yang mereka berikan
melalui juru kunci adalah bunga setaman, kemenyan dan uang wajib.
Ritual Mencari Pesugihan di Sendang Bulus Jimbung
Para peziarah menemui juru kunci dan menyampaikan
maksud kedatangannya. Mereka yang datang membawa kembang setaman, kemenyan dan
uang wajib. Kemudian lewat juru kunci menyampaikan ujubnya kepada Nyai Poleng
dan Nyai Remeng. Para peziarah mengucapkan mantera dan doa dipandu oleh juru
kunci. Disana mereka juga menaburkan bunga ke air sendang, kemudian para peziarah
mengambil air untuk membasuh muka, kedua tangan dan kakinya. Ada juga yang
mengadakan tirakat dan semedi di sekitar lokasi sendang.
Upacara kupatan juga diselenggarakan di Sendang
ini. Hingga sekarang dalam penyelenggaraan upacara kupatan, para peziarah yang
berhasil mendapatkan ketupat dalam acara sesajian, merasa dirinya mendapat
berkah. Ketupat yang diperolehnya itu ada yang digunakan untuk memberi makan
bulus di Jimbung, ada juga yang digunakan untuk memberkati sawah dengan cara
menebarkan ketupat di sawah dan ladangnya.
Tidak ada pantangan bagi pengunjung Sendang
Jimbung. Tidak ada pantangan bagi pengunjung yang hendak mengikuti upacara
syawalan atau kupatan. Pantangan hanya berlaku pada peziarah khusus. Mereka
harus mantap hati dalam mencari pesugihan, bila tidak maka akan mendapat resiko
yaitu badannya dapat berubah warna menjadi belang-belang dan permohonannya
tidak akan terkabulkan. Namun bagi yang terkabulkan akan ada akibat yaitu
tubuhnya menjadi belang-belang dan jika perubahan itu sudah ke pusar maka
biasanya orang tersebut akan mati.
2.3.3. Gunung Kemukus
Gunung Kemukus terletak di desa Pendem, Sumber
Lawang, Sragen. Tempat ziarah ini berada 30 km dari kota Solo. Di gunung ini
terdapat sebuah makam yang dikeramatkan yaitu makam Pangeran Samodra. Pada
umumnya orang yang datang ke gunung Kemukus adalah untuk mencari berkah,
keberhasilan atau memperoleh kekayaan duniawi. Sebenarnya ada banyak tujuan
lain seperti mencari jodoh, meminta agar naik pangkat, jabatan dan mendapat
seks bebas. Seorang laki-laki dapat melakukan dengan pelacur atau bukan
pelacur. Perempuan atau laki-laki yang datang mencari kekayaan harus mencari
pasangan lawan jenis dan melakukan hubungan intim dengan pasangan yang tidak
sah. Sehingga para peziarah yang mencari kekayaan akan juga terjerembab ke
dalam masalah hubungan seks bebas.
Hari Jumat Kliwon dan Jumat Pon ritual mencari
pesugihan di gunung Kemukus merupakan hari yang paling ramai dikunjungi namun
malam satu syuro juga menjadi puncaknya. Para peziarah ternyata juga datang
dari berbagai kota seperti Bandung, Surabaya, Jakarta dan kota-kota lain.
Selain melakukan hubungan intim dengan seks bebas para peziarah juga menaikkan
doa kepada arwah pangeran Samodra
Para pencari pesugihan memunyai keyakian bahwa
ketika mereka mendatangi gunung Kemukus melakukan ritual yang telah ditentukan
mereka mengalami peningkatan ekonomi, usaha pertanian lancar, dan laris dalam
usaha dagangnya.
Ritual mencari pesugihan di gunung Kemukus
Proses ritual ziarah di gunung Kemukus terbagi
dalam beberapa waktu, yaitu waktu kunjungan yang umum terjadi di malam Jumat
Pon dan Jumat Kliwon. Pada malam Jumat Pon pengunjungnya lebih banyak. Puncak
ritual adalah pada malam satu Syuro. Malam Jumat Kliwon diyakini malam
meninggalnya pangeran Samodra. Ritual yang dilakukan adalan para pencari
pesugihan mencari pasangan yang akan diajak berhubungan intim. Para peziarah
yang datang ke makam pangeran Samodra pertama adalah membawa bunga, sebelum
berdoa dan memohon sesuatu para peziarah melakukan tabor bunga di atas makam.
Bunga tersebut sebelumnya diberikan kepada juru kunci untuk didoakan diasapi
dengan kemenyan. Demikian pula para peziarah memberikan amplop kepada juru
kunci.
Pada malam satu Syuro diadakan ritual penyucian
kelambu makam, dan barang-barang pusaka (keris, tombak, dan lainnya) yang
dialirkan ke sungai di kaki gunung Kemukus.
2.3.4. Tempat peziarah di daerah
Jawa
Selain tempat-tempat yang disebutkan di atas
sebenarnya masih banyak tempat keramat untuk mencari pesugihan diantaranya:
Ø Makam raja-raja Imogiri di Bantul
Jogjakarta
Ø Makam Nyai Barat ketiga di Ngawen,Klaten
Ø Sendang Kamulyan,Sentolo,Kulon Progo
Ø Balakan Sokoharjo
Ø
Gunung
Srandil Cilacap
Dalam setiap tempat ziarah dan mencari berkah
(pesugihan), di tempat tersebut ditandai adanya makam dari tokoh yang dianggap
terkenal dari suatu kerajaan. Tokoh tersebut dianggap mempunyai pengaruh
tertentu. Kegiatan ziarah pada dasarnya adalah memohon berkah dari arwah demi
kelancaran usahanya. Dalam ziarah perlu syarat-syarat tertentu baik yang
sifatnya mental maupun fisik.
BAB III
Ritual Mencari Pesugihan Dalam Masyarakat Jawa Dalam Perspektif Iman
Kristen
3.1. Larangan Mencari Pesugihan
Menurut Firman Allah
Firman Allah secara jelas melarang orang untuk
melakukan pemujaan kepada arwah atau roh-roh animisme dan dinamisme. Dalam
perspektif Kristiani orang yang melakukan kegiatan ritual pemujaan mencari
pesugihan sesungguhnya berjalan ke dalam kegelapan dan mengikat hubungan dengan
maut. Dalam kitab Yeheziel 13:18, 20: Katakanlah:
Beginilah firman Tuhan ALLAH: Celakalah dukun-dukun perempuan, yang mengikatkan
tali-tali azimat pada semua pergelangan dan mengenakan selubung pada kepala
semua orang, tua atau muda, untuk menangkap jiwa orang. Apakah kamu hendak
menangkap jiwa orang yang termasuk umat-Ku dan membiarkan orang-orang lain
hidup untuk kepentinganmu? Kamu melanggar kekudusan-Ku di tengah-tengah umat-Ku
hanya demi beberapa genggam jelai dan beberapa potong roti, dengan membunuh
orang-orang yang tidak patut mati, dan membiarkan hidup orang-orang yang tidak
patut hidup, dalam hal kamu berbohong kepada umat-Ku yang sedia mendengar
bohong. Oleh sebab itu beginilah firman Tuhan ALLAH: Aku akan menentang
tali-tali azimatmu, dengan mana kamu menangkap jiwa orang dan Aku akan
mengoyakkannya dari tanganmu dan melepaskan seperti burung-burung, orang-orang
yang kamu tangkap.
Dari ayat di atas jelas bahwa mencari pertolongan
(termasuk mencari pesugihan) dengan datang ke tempat keramat sama artinya
dengan menyerahkan jiwa kepada para dukun. Karena dalam ritual mencari
pesugihan ada sesuatu yang harus dibayar (tumbal) orang harus mengorbankan
dirinya, atau bahkan anaknya sebagai bayaran setelah memperoleh harta.
Penyembahan kepada roh atau sesembahan mempunyai arti penyembahan kepada setan.
Di sini ada esensi bahwa ketika orang menyembah setan berarti mengikatkan
dirinya kepada maut.
Dalam pandangan Kristiani jelas bahwa orang yang
mencari pesugihan dengan datang ke tempat keramat adalah termasuk terikat
okultisme atau kuasa gelap. Dan ikatan yang dibuat tersebut dapat mendatangkan
kutukan atau pun kerusakan yang sifatnya mendasar karena menyangkut jiwa
manusia. Yehezkiel 13:21-23: Aku akan mengoyakkan
selubungmu dan akan melepaskan umat-Ku dari tanganmu dan mereka tidak lagi
menjadi mangsa di dalam tanganmu. Dan kamu akan mengetahui bahwa Akulah
TUHAN.Oleh karena kamu melemahkan hati orang benar dengan dusta, sedang Aku
tidak mendukakan hatinya, dan sebaliknya kamu mengeraskan hati orang fasik,
sehingga ia tidak bertobat dari kelakuannya yang fasik itu, dan kamu membiarkan
dia hidup.Oleh sebab itu kamu tidak lagi melihat perkara-perkara yang menipu
dan mengucapkan tenungan-tenungan bohong; Aku akan melepaskan umat-Ku dari
tanganmu dan kamu akan mengetahui bahwa Akulah TUHAN."
Orang yang melakukan ritual mencari pesugihan dan
berorientasi kepada kekayaan duniawi dapat melegalkan berbagai cara supaya
tujuannya tercapai, sehingga mereka dapat kehilangan akal budi sehat dan mereka
tidak dapat mengerti kebenaran-kebenaran Allah. Roma
1:18-22: Sebab murka Allah nyata dari sorga atas segala kefasikan dan kelaliman
manusia, yang menindas kebenaran dengan kelaliman.Karena apa yang dapat mereka
ketahui tentang Allah nyata bagi mereka, sebab Allah telah menyatakannya kepada
mereka. Sebab apa yang tidak nampak dari pada-Nya, yaitu kekuatan-Nya yang
kekal dan keilahian-Nya, dapat nampak kepada pikiran dari karya-Nya sejak dunia
diciptakan, sehingga mereka tidak dapat berdalih. Sebab sekalipun mereka
mengenal Allah, mereka tidak memuliakan Dia sebagai Allah atau mengucap syukur
kepada-Nya. Sebaliknya pikiran mereka menjadi sia-sia dan hati mereka yang
bodoh menjadi gelap.Mereka berbuat seolah-olah mereka penuh hikmat, tetapi
mereka telah menjadi bodoh.
Dari firman Allah di sini jelaslah bahwa manusia
kerapkali tidak dapat mengucap syukur atas segala berkat yang dikaruniakan oleh
Allah. Manusia mencoba cara sendiri untuk memperoleh kekayaan dan mereka
mencari dengan cara jalan pintas yaitu meminta pertolongan kepada roh-roh setan
yang berada di tempat-tempat keramat.
3.2. Ritual dan Korban melawan
kehendak Allah
Alam raya dan segala isinya diciptakan oleh Allah.
Namun manusia telah menyeleweng dari kebenaran firman Allah. Demi kekayaan atau
harta manusia mengikuti keyakinan hatinya sendiri dengan cara melakukan
penyembahan kepada roh-roh atau arwah. Ritual mencari pesugihan memuat ritual
pemujaan kepada roh-roh tersebut. Mereka menuhankan orang-orang ternama dan
mengkeramatkan tokoh-tokoh untuk membantu mereka menjadi kaya dalam materi.
Ritual yang dibuat oleh pengelola makam
menunjukkan bahwa manusia mempunyai ketundukan lebih kepada kuasa gelap dan
pada wahyu-wahyu gelap. Kedudukan para pencari kekayaan yang menyembah setan
secara otomatis menentang Allah sebagai Pencipta alam semesta. Karena letak
makam tersebut berada di lereng gunung dan terdapat pohon-pohon yang besar,
maka ritual mencari kekayaan tersebut tidak terlepas dari penyembahan kepada
roh animisme dan dinamisme. Berkaitan dengan hal tersebut, firman Allah menegaskan
dalam Yeremia 10:3,5: Sebab yang disegani bangsa-bangsa
adalah kesia-siaan. Bukankah berhala itu pohon kayu yang ditebang orang dari
hutan, yang dikerjakan dengan pahat oleh tangan tukang kayu? Orang
memperindahnya dengan emas dan perak; orang memperkuatnya dengan paku dan palu,
supaya jangan goyang. Berhala itu sama seperti orang-orangan di kebun mentimun,
tidak dapat berbicara; orang harus mengangkatnya, sebab tidak dapat melangkah.
Janganlah takut kepadanya, sebab berhala itu tidak dapat berbuat jahat, dan
berbuat baik pun tidak dapat."
Dalam kitab 2 Raja-raja 21:3 juga ditegaskan : Ia
(Manasye) mendirikan kembali bukit-bukit pengorbanan yang telah dimusnahkan
oleh Hizkia, ayahnya; ia membangun mezbah-mezbah untuk Baal, membuat patung
Asyera seperti yang dilakukan Ahab, raja Israel, dan sujud menyembah kepada
segenap tentara langit dan beribadah kepadanya. Disinilah Allah selalu
menentang dengan berbagai ritual penyembahan berhala atau meminta pertolongan
kepada kuasa lain.
Korban dalam suatu ritual mutlak diperlukan. Tanpa
korban serasa tidak ada yang dapat diharapkan. Ritual mencari kekayaan
kerapkali meminta korban manusia, baik itu anaknya, istri/suami bahkan dirinya
sendiri. Korban sama pentingnya dengan laku yang lain karena merupakan syarat
untuk memperoleh kekayaan atau kesuksesan dalam materi. Orang harus berpuasa
dan menyiksa dirinya untuk memperoleh kekayaan, mereka bahkan mengorbankan diri
dengan pelacuran seperti di gunung Kemukus.
Mereka menahan nafsu seperti di sendang Jimbung.
Namun kesemuanya itu hanyalah sebuah cara untuk meraih keserakahan harta atau
materi yang duniawi. Para pencari kekayaan yang terlibat okultisme secara jelas
menunjukkan gejala ini.
Kolose 2:18 : “Janganlah kamu biarkan
kemenanganmu digagalkan oleh orang yang pura-pura merendahkan diri dan
beribadah kepada malaikat, serta berkanjang pada penglihatan-penglihatan dan
tanpa alasan membesar-besarkan diri oleh pikirannya yang duniawi”
Untuk menghindari ikatan okultisme melalui mencari
kekayaan, maka perlu diketahui tentang data Iblis sebagai penipu manusia dan
bapak pendusta, yaitu Data yang jelas dinyatakan oleh Alkitab tentang iblis
adalah sebagi berikut:
Ø
Iblis
itu ada ( I Tawarikh 21:1,Ayub 1:16-21, 1 Petrus 5:8-9)
Ø Iblis senang menaburkan benih yang jahat (
Matius 13:39)
Ø Iblis menjadi musuh orang beriman ( 1
Petrus 5:8 )
Ø Iblis adalah penguasa kegelapan ( Efesus
6:21)
Ø Iblis adalah roh najis ( Matius 12:43)
Ø Penghulu Setan ( Matius 10:25,Matius
12:24)
Ø Iblis datang hanya untuk mencuri,membunuh
dan membinasakan ( Yohanes 10:10)
Ø
Iblis
adalah bapak pendusta,bapak perjinahan dan pembunuh manusia ( Yohanes 8:44 )
3.3. Iman Kristen
Iman Kristen menekankan bahwa segala berkat
bersumber dari Kristus. Kekayaan yang sejati berasal dari Kristus. Iman Kristen
menegaskan bahwa kepercayaan kepada Kuasa kebangkitan Kristus harus mengalahkan
kepentingan manusia secara materi. Sehinga gereja mempunyai tanggung jawab yang
utama untuk membawa umat Allah datang kepada Kristus, mengenal Allah secara
pribadi.
Yesaya 45 :3: “Aku akan memberikan
kepadamu harta benda yang terpendam dan harta kekayaan yang tersembunyi, supaya
engkau tahu, bahwa Akulah TUHAN, Allah Israel, yang memanggil engkau dengan
namamu.”
Kesulitan adalah sebuah realitas dalam kehidupan
manusia. Namun demikian kesulitan harta dan ekonomi juga dapat dipecahkan
dengan cara yang tepat berdasarkan iman Kristen. Gereja mempunyai tanggung
jawab yang besar untuk mengangkat derajat ekonomi setiap warga jemaat. Tetapi
itu semua dapat dimulai dari pembangunan iman yang benar dalam diri orang
percaya.
Belenggu okultisme adalah sebuah tantangan yang
nyata. Iman Kristen tidak hanya mempelajari gejala dan tindakan dari diri
seseorang tetapi mempunyai tugas untuk membebaskan orang yang terbelenggu
okultisme. Orang yang mencari kekayaaan melalui okultisme pastilah terikat
karena mempunyai hubungan dengan dukun, mantera, tindakan nglakoni dan
penyembahan kepada roh-roh nenek moyang. Jadi gereja harus menekankan pada
jemaat, bahwa kekristenan adalah berpusat kepada karya keselamatan Kristus, dalam
kitab Yakobus 5:3 dikatakan: “Emas dan perakmu sudah
berkarat, dan karatnya akan menjadi kesaksian terhadap kamu dan akan memakan
dagingmu seperti api. Kamu telah mengumpulkan harta pada hari-hari yang sedang
berakhir.”
3.4. Spiritisme
Agar dapat berkomunikasi dengan berbagai roh dan
arwah maka dilakukanlah berbagai acara pengorbanan sebagaimana tersurat berikut
ini: Mazmur 106:37, 38: “Mereka mengorbankan anak-anak
lelaki mereka, dan anak-anak perempuan mereka kepada roh-roh jahat, dan
menumpahkan darah orang yang tak bersalah, darah anak-anak lelaki dan anak-anak
perempuan mereka, yang mereka korbankan kepada berhala-berhala Kanaan, sehingga
negeri itu cemar oleh hutang darah”.
Gambar
Belenggu Spiritisme dalam mencari pesugihan.Ada
berbagai dampak negatif bagi setiap orang yang mempraktikkan spiritisme yaitu:
Mengalami kutukan Tuhan dan bukan berkat Tuhan
Kitab Yesaya mengutarakan belenggu kutukan murka
Tuhan akan menimpa para spiritisme dan mereka yang memperaktekkan okultisme,
yaitu yang diungkapkan oleh Yesaya (Yesaya 8: 20-22) sbb :
ü
Tidak
terbit fajar
ü Lalu lalang di negri itu
ü Melarat (miskin)
ü Lapar
ü Gusar
ü Mengutuk rajanya dan Allahnya.Artinya
mengalami kepahitan hidup
ü Kesesakan
ü Kegelapan
ü Kesuraman yang menghimpit
ü
Akan
dibuang ke dalam kabut,maka tidak dapat melihat ke depan secara terang
BAB 4
Kesimpulan :
Okultisme berpengaruh kuat pada masyarakat Jawa.
Orang Jawa yang belum mengenal Tuhan Yesus secara sungguh-sungguh mereka
mempunyai keyakinan yang mendalam bahwa mereka dapat memperoleh kekayaan dan
kesuksesan bila datang berdoa di tempat-tempat keramat. Adanya unsur
sinkritisme juga telah mempengaruhi pola pikir orang Jawa dalam menjalani
kehidupannya.
Kekristenan secara tegas menolak upaya mencari
kekayaan dengan pergi ke tempat-tempat keramat dan melakukan penyembahan kepada
roh-roh orang mati maupun kegiatan mitologi. Jalan yang patut diambil adalah
gereja kembali kepada dasar kebenaran firman Allah. Kristus Yesus adalah jalan
kehidupan, dan menyembah patung atau roh merupakan penyembahan kepada kuasa
kegelapan.
Pemutusan ikatan okultisme harus dilakukan oleh
gereja dengan aktif mengkonseling jemaat dan melakukan konfrontasi atas
kehidupan dosa semacam ini.
Matius 11:28-30 menegaskan bahwa Allah sungguh
mengasihi umat-Nya. “Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban
berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu. Pikullah kuk yang Kupasang dan
belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan
mendapat ketenangan. Sebab kuk yang Kupasang itu enak dan beban-Ku pun
ringan."
“ Maka kata Yesus sekali lagi
: Pencuri datang hanya untuk mencuri dan membunuh dan membinasakan; Aku datang,
supaya mereka mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan.” (
Yohanes 10:10)
Daftar Pustaka :
1. Ign. Gatut Saksono, Mencari
Pesugihan, Jogjakarta : Yabinkas , 2008 Hal : XXII
2. Tim Progdi Sosiologi
Agama,2007
(Oleh : Sariyanto)
Kumpulan Kisah Nyata:
No comments:
Post a Comment