Kesibukan orang saya,
membuat saya terasa kesepian, lalu saya mencari pelarian menelan pil setan.
Saya kecil tumbuh dengan
suasana yang sangat menyenankan. Kebersamaan dalam keluarga dan lingkungan
sekolah mendukungnya bergairah belajar. Ia juga aktif dalam kegiatan gereja.
“Belajar saya lakukan tampa beban.
Mulai
tergoda
Saya mulai tergoda dengan
narkoba karena orang tua saya tidak
memberikan kasih sayang kepadaku , saya melihat teman-teman yang lain, mereka
sangat enjoy, dan tanpa beban. Saya mulai ikut-ikutan mereka, saya di ajak
untuk merokok dari teman-teman, lalu juga diajak untuk menggunakan ganja, kata
mereka nanti bikin happy, akhirnya aku coba dan ketagihan.
Waktu
SMA
Ketika masuk SMA, kehidupan saya
semakin hancur, segala macam bentuk obat-obatan terlaran saya gunakan, biarpun
harganya mahal, saya dapat memperoleh, hal ini karena teman-teman saya orang
kaya. Satu waktu ada razia di sekolah saya, waktu itu ada sebungkus rokok
terdapat di tas saya, padahal itu bukan milik saya. Karena saya di dapati maka
keputusan sekolah saya di keluarkan.
Mendengar itu orang tua saya
marah, saya di pukuli dengan sapu, seluruh paha dan betis bengkak merah.
Berdarah. Aku menangis kesakitan. Tak lama orang tua saya di panggil ke
sekolah. Guru kelas saya Ibu Nur memperjuangkan saya, karena menemukan bukti
kalau rokok itu bukan milik saya. Akhirnya saya tidak dikeluarkan, hanya tidak
ikut study tour ke bali.
Mulai
Kuliah
Ketika saya kuliah dengan
cepat saya dapat memperoleh teman, yang dapat bolos kuliah dan juga pesta
narkoba. Dosis yang digunkan semakin meningkat, beberapa teman saya mati di
depan saya, ketika menyuntik kokain. Namun saya tidak jera! Pergaulan saya
semakin luas, saya juga ikut menyanyi di kafe.
Pada waktu itu kita ke
sentul, apalagi kalau bukan pesta narkoba. Karena menginap beberapa hari
persediaan yang di bawa begitu banyak. Dalam perjalanan pulang, semua dalam
keadaan mabuk, saya yang nyetir mobil ingat, masih ada narkoba, padahal kita
akan melewaki jalan dengan penjagaan polisi yang ketat. Siapa yang mau telan?
Tanya seorang teman. Tak ada jawaban. Semua setengangah sadar. Teler. “Aku
bilang saja, sini buat saya.
Tak lama, saya pusing, saya
sudah tidak dapat melihat, teman-temanku sangat ketakutan kalau aku mati. Demi
keamanan mereka segera membawa saya pulang ke rumah. Malam menjelang pagi, saya
tersadar. Saya berusaha mengingat-ingat apa yang sebenarnya terjadi, kemana
teman-teman, saya merasa kesepian sendirian.
Saya
membaca sebuah buku
Tiba-tiba saya digerakan
untuk membaca buku, ketika saya membaca sebuah buku… ternyata selama ini saya
merasa tertolak dari orang tua saya dan ketika kakak yang sekolah alkitab. Saya
merasa berbeda dari hidup mereka yang lurus. Di buku itu tertulis Yohanes 3:16. “Karena begitu besar kasih
Allah akan dunia ini….”
Saya menutup buku. Lalu
memejamkan mata, berdoa. Air mata saya menetes. Teringat akan semua kebaikan
Tuhan dalam hidup saya. Saya mulai melepaskan pengampunan bagi orang-orang yang
menyakiti hati saya.
Ada
suara yang saya dengar
Ketika saya mau tidur, saya
mendengar suara “Anakku, anakku, berapa lama lagi aku harus menunggu? Suara itu
begitu jelas. Aku takut, lalu aku coba ke rumah kakak yang tidak jauh dari
rumah, kakak iparku menjelaskan kisah paulus. Dari sanalah awal pemulihanku.
Saya mulai bertobat dan
masuk di sekolah alkitab, kini melayani Tuhan dari kota ke kota, sering adakan
seminar narkoba. Besar mujizat masih ada..
Kesaksian Puan Maharani (Tragedi Tsunami Aceh)
No comments:
Post a Comment