Wednesday, October 10, 2012

Budak Narkoba “Kesaksian”


By: Relon Star
Kesibukan orang saya, membuat saya terasa kesepian, lalu saya mencari pelarian menelan pil setan.

Saya kecil tumbuh dengan suasana yang sangat menyenankan. Kebersamaan dalam keluarga dan lingkungan sekolah mendukungnya bergairah belajar. Ia juga aktif dalam kegiatan gereja. “Belajar saya lakukan tampa beban.

Mulai tergoda
Saya mulai tergoda dengan narkoba  karena orang tua saya tidak memberikan kasih sayang kepadaku , saya melihat teman-teman yang lain, mereka sangat enjoy, dan tanpa beban. Saya mulai ikut-ikutan mereka, saya di ajak untuk merokok dari teman-teman, lalu juga diajak untuk menggunakan ganja, kata mereka nanti bikin happy, akhirnya aku coba dan ketagihan.

Waktu SMA
Ketika masuk SMA, kehidupan saya semakin hancur, segala macam bentuk obat-obatan terlaran saya gunakan, biarpun harganya mahal, saya dapat memperoleh, hal ini karena teman-teman saya orang kaya. Satu waktu ada razia di sekolah saya, waktu itu ada sebungkus rokok terdapat di tas saya, padahal itu bukan milik saya. Karena saya di dapati maka keputusan sekolah saya di keluarkan.

Mendengar itu orang tua saya marah, saya di pukuli dengan sapu, seluruh paha dan betis bengkak merah. Berdarah. Aku menangis kesakitan. Tak lama orang tua saya di panggil ke sekolah. Guru kelas saya Ibu Nur memperjuangkan saya, karena menemukan bukti kalau rokok itu bukan milik saya. Akhirnya saya tidak dikeluarkan, hanya tidak ikut study tour ke bali.   

Mulai Kuliah
Ketika saya kuliah dengan cepat saya dapat memperoleh teman, yang dapat bolos kuliah dan juga pesta narkoba. Dosis yang digunkan semakin meningkat, beberapa teman saya mati di depan saya, ketika menyuntik kokain. Namun saya tidak jera! Pergaulan saya semakin luas, saya juga ikut menyanyi di kafe.

Pada waktu itu kita ke sentul, apalagi kalau bukan pesta narkoba. Karena menginap beberapa hari persediaan yang di bawa begitu banyak. Dalam perjalanan pulang, semua dalam keadaan mabuk, saya yang nyetir mobil ingat, masih ada narkoba, padahal kita akan melewaki jalan dengan penjagaan polisi yang ketat. Siapa yang mau telan? Tanya seorang teman. Tak ada jawaban. Semua setengangah sadar. Teler. “Aku bilang saja, sini buat saya.

Tak lama, saya pusing, saya sudah tidak dapat melihat, teman-temanku sangat ketakutan kalau aku mati. Demi keamanan mereka segera membawa saya pulang ke rumah. Malam menjelang pagi, saya tersadar. Saya berusaha mengingat-ingat apa yang sebenarnya terjadi, kemana teman-teman, saya merasa kesepian sendirian.

Saya membaca sebuah buku
Tiba-tiba saya digerakan untuk membaca buku, ketika saya membaca sebuah buku… ternyata selama ini saya merasa tertolak dari orang tua saya dan ketika kakak yang sekolah alkitab. Saya merasa berbeda dari hidup mereka yang lurus. Di buku itu tertulis Yohanes 3:16. “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini….”

Saya menutup buku. Lalu memejamkan mata, berdoa. Air mata saya menetes. Teringat akan semua kebaikan Tuhan dalam hidup saya. Saya mulai melepaskan pengampunan bagi orang-orang yang menyakiti hati saya.

Ada suara yang saya dengar
Ketika saya mau tidur, saya mendengar suara “Anakku, anakku, berapa lama lagi aku harus menunggu? Suara itu begitu jelas. Aku takut, lalu aku coba ke rumah kakak yang tidak jauh dari rumah, kakak iparku menjelaskan kisah paulus. Dari sanalah awal pemulihanku.

Saya mulai bertobat dan masuk di sekolah alkitab, kini melayani Tuhan dari kota ke kota, sering adakan seminar narkoba. Besar mujizat masih ada..

Kumpulan Kisah Nyata:
Kesaksian Puan Maharani (Tragedi Tsunami Aceh)

No comments:

Post a Comment