Diberikan
Alkitab, dari orang gila
Nama saya NN dan cerita saya
bermula di tahun 1970. Suatu hari saya sedang berjalan di sebuah daerah bernama
Bojongloa, Bandung, ketika saya bertemu dengan seorang laki-laki kusam dengan
pakaian compang-camping dan kelihatan tidak waras. Ia mendekati saya dan
memberikan sebuah buku. Dengan kebingungan saya menerima buku itu dan
membawanya pulang karena sayang untuk membuangnya. Sampai di rumah saya coba
membukanya lembar demi lembar. Saya terkejut karena ternyata buku itu adalah
kitab Injil, kitab suci orang Kristen. Saya kemudian menjadi tertarik
mempelajarinya dan menyisihkan waktu untuk membacanya setiap pulang dari
mengajar.
Tidak pernah terlintas dalam
pikiran saya jika melalui buku tersebut saya akan meninggalkan keyakinan lama
saya. Maksud saya membaca kitab tersebut hanyalah untuk menambah wawasan, tidak
ada maksud lain. Bagi orang yang berlatar belakang seperti saya, mengubah
kepercayaan tidak mungkin untuk dilakukan.
Belajar
ilmu santet
Saya lahir dan dibesarkan di
sebuah desa di Tasikmalaya. Sejak kecil saya mempelajari dan mendalami ilmu
pelet, santet, dan ilmu kebal. Saya pun harus tekun menjalani semua kewajiban
agama karena ilmu-ilmu itu hanya berfungsi bila saya rajin menjalani ibadah
agama. Saya menjadi orang yang disegani dan mudah bagi untuk mencari uang
karena saya memiliki ilmu-ilmu itu. Jadi, bisa dibilang saya orang sakti yang
juga sangat taat menjalankan ibadah.
Saya sakit
Suatu hari saya menderita
sakit. Ada batu yang menyumbat saluran empedu saya sehingga saya harus dirawat
di rumah sakit. Dokter memutuskan untuk menjalankan operasi untuk mengobati
penyakit tersebut. Saat di rumah sakit, datang serombongan tamu untuk membesuk
pasien yang di sebelah saya. Saya melihat mereka mendoakan pasien itu. Saya
terkejut karena setelah mendoakan pasien di sebelah saya, mereka kemudian
datang ke tempat saya dan minta izin untuk mendoakan saya. Walaupun agak berat,
saya mengizinkannya juga. Saat mereka sedang berdoa, saya sangat terharu sampai
meneteskan air mata karena melihat dan merasakan ketulusan hari mereka.
Mencari
rahasia damai didalam Kitab Injil
Saya teringat akan kerabat
saya yang kalau membesuk hanya sekadar membawa makanan atau buah-buahan, tapi
tidak membawa harapan akan kesembuhan. Peristiwa itu membuat saya membaca lagi
Injil untuk mendalaminya, mencoba menemukan rahasia dari harapan, damai
sejahtera, dan sukacita yang timbul saat mereka mendoakan saya. Operasi pun
selesai, namun masih ada kemungkinan saya harus dioperasi lagi pada kemudian
hari karena masih ada batu yang tertinggal di dalam saluran empedu saya. Untuk
memastikan hal tersebut maka saya harus menjalani pemeriksaan USG. Saya pun
dilanda kebingungan dan kekhawatiran. Satu kali operasi sudah cukup
menyakitkan. Saya menjadi takut mungkin tidak bisa melewati operasi kedua
dengan selamat.
Terjadi
Mujizat
Tanpa sengaja, saya menjerit
kepada Yesus yang saya baca di Injil, "Jikalau Engkau ada, Tuhan yang
hidup, dan tidak ada perkara yang mustahil bagi-Mu, maka sembuhkanlah saya,
singkirkan batu itu dari saluran empedu saya". Setelah menjalani tes USG,
dengan tegang saya menanti hasilnya. Dokter menyatakan bahwa batu itu sudah
tidak ada di dalam empedu saya! Sebuah mukjizat! Hari itu juga saya
diperbolehkan pulang.
Menerima
Yesus sebagai Tuhan secara pribadi
Malam itu saya berdoa kepada
Yesus memanjatkan terima kasih dan berjanji bahwa besok saya akan mencari
gereja dan beribadah di sana. Keesokan harinya, saat hari masih subuh, saya
membungkus kitab Injil yang saya dapat dari orang gila tersebut dengan koran.
Tanpa sepengetahuan keluarga, saya keluar rumah pergi mencari gereja.
Ketahuan
Keluarga
Beberapa bulan saya pergi ke
gereja tanpa diketahui keluarga. Namun, akhirnya aktivitas saya ke gereja
tercium oleh keluarga. Sebuah risiko yang saya takutkan selama ini terjadi.
Saya diusir dari keluarga dan menjadi anak jalanan, namun tetap memegang teguh
iman kepada Yesus apa pun yang terjadi.
Hidip
di jalanan
Selama 8 bulan saya menjadi
anak jalanan dan saya bertemu dengan seorang kawan lama ketika di kampung dulu.
Dia mengatakan bahwa ia telah percaya kepada Yesus. Saya juga menceritakan
bahwa beberapa bulan yang lalu saya sudah memutuskan untuk percaya kepada
Yesus. Kami berdua kaget akan kebetulan yang luar biasa ini dan berpelukan
dengan keharuan yang mendalam akan kasih Kristus. Sejak hari itu saya memunyai
teman berdiskusi dan melalui pamannya saya mendapatkan pekerjaan hingga saya
bisa menyewa sebuah kamar berukuran kecil untuk berteduh. Tahun 1985 saya kembali
ke desa P, orang tua saya bertanya apakah benar saya sudah beralih kepercayaan.
Selama ini mereka mendengarnya dari orang-orang dan hari ini mereka ingin
mendengar langsung dari mulut saya sendiri. Saya menjawab bahwa saya tidak
berpindah agama, melainkan saya hanya percaya kepada Yesus. Bagi mereka percaya
kepada Yesus adalah suatu perbuatan yang sangat menjijikkan.
Diadili
keluarga
Ayah saya sangat kecewa dan
marah, hingga ia menggelepar-gelepar seperti seorang yang kerasukan, sambil
berteriak-teriak mengatakan saya sudah menjadi orang kafir. Saya diusir dari
rumah itu. Sore harinya saya dipanggil. Kali ini oleh keluarga mertua saya,
katanya mereka ingin bertemu. Seorang saudara menjemput dan saya mengikutinya.
Namun anehnya, bukannya membawa saya ke rumah mertua, melainkan saya dibawa ke
pinggir sebuah sungai yang besar. Sesampai di sana, saudara saya itu bertanya,
apakah saya mau kembali lagi pada kepercayaan yang lama, dan meninggalkan
kepercayaan saya sekarang. Saya menjawab bahwa saat ini saya telah menjadi
seorang benar dan itu adalah hak saya untuk memutuskannya. Jawaban saya membuat
mereka menjadi sangat marah. Ia mencabut golok dan mengatakan, jika demikian
saya harus dibunuh. Begitu melihat golok yang siap dihujamkan ke tubuh saya,
maka saya segera lari menghindar. Puji Tuhan saya dilindungi oleh-Nya. Saya
bisa terluput dari usaha pembunuhan itu, saya diberikan tempat persembunyian
yang membuat mereka tidak bisa melihat saya.
Ibu
saya mau bunuh diri
Kemudian saya kembali untuk
membawa istri saya bersama saya, tapi mertua saya tidak mengizinkannya. Namun,
istri saya bersikeras untuk pergi dan tinggal bersama dengan saya. Melihat
usaha yang sia-sia menahan kepergian istri saya, ibunya berusaha gantung diri.
Tetapi baru saja tergantung terayun-ayun, ada orang yang mencegah serta
menolongnya, sehingga ibu selamat. Kejadian itu kemudian dibawa ke pihak yang
berwajib. Di sana saya membuat perjanjian, bahwa jika saya dengan sengaja
membawa istri saya menjadi pengikut Kristus, maka saya mau diadili. Di kemudian
hari karena melihat perubahan yang terjadi pada diri saya, istri saya akhirnya
menjadi percaya kepada Yesus dengan sukarela tanpa paksaan dari saya. Tuhan
Yesus selalu membela kami dalam menghadapi tekanan dan masalah. Damai sejahtera
melingkupi hari kami dan pengharapan kami akan masa depan menjadi pasti di
tangan Yesus, sekalipun perjuangan hidup sangat berat. Bahkan untuk membiayai
keluarga, saya harus menjadi penggali pasir, sehingga banyak orang yang
mengolok-olok dan menghina saya, namun iman saya tidak goyah.
Mendapat
Pekerjaan
Pada tahun 1987, Tuhan mulai
mencukupi kebutuhan ekonomi keluarga kami. Saya menjadi pekerja sol sepatu di
daerah Bojongloa. Tahun 1994 ada seorang wartawan datang mewawancarai saya akan
keputusan saya mengikuti Yesus. Setelah wawancara dan perbincangan itu, ia
kemudian memutuskan untuk percaya kepada Tuhan Yesus. Puji Tuhan, Dia sungguh
ajaib, dapat menjamah siapa saja yang mau membuka hari untuk-Nya. Tahun 1996,
saya mendapat pekerjaan di sebuah perusahaan. Pada waktu luang, kami melakukan
pelayanan ke desa-desa di Jawa Barat. Sejak saat itu, Tuhan Yesus mulai
mengangkat saya sesuai dengan janji-Nya, bahwa Tuhan tidak akan pernah
mempermalukan orang-orang yang percaya kepada-Nya. Saya berjalan kaki
berpuluh-puluh kilometer jauhnya untuk pelayanan, namun tetap bersukacita
bekerja di ladang Tuhan.
Hidup
dalam kasih Tuhan
Pada suatu hari, seseorang
menelepon menyuruh saya datang ke rumahnya bersama istri. Setelah kami sampai,
orang itu menyerahkan sebuah STNK, BPKB, dan sebuah sepeda motor kepada kami.
Saat itu saya sangat terharu bahwa Tuhan telah menjawab doa kami. Sampai saat
ini, saya tidak mengetahui siapa orang yang memberikan motor itu. Ibu mertua
yang dulu pernah mau gantung diri karena putrinya mengikuti suami yang percaya
Yesus, justru menjadi orang pertama yang mengikut jejak kami menjadi pengikut
Kristus. Beliau dibaptis pada tahun 1994. Walaupun dari pihak keluarga saya
sendiri belum ada yang percaya, namun kalau dulu mereka begitu membenci saya,
sekarang komunikasi kami berjalan baik. Perjalanan hidup di dalam Yesus sungguh
mendatangkan sukacita luar biasa dalam kehidupan saya.
No comments:
Post a Comment